Artikel
Khutbah Pernikahan Imam Ali dan Sayyidah Fathimah
Kitab Madinah al-Ma’ajiz (hal. 146) menukil dari Musnad Fathimah, dari Hasan Muhammad bin Abu Ghraib adh-Dhabi, dari Muhammad bin Zakaria bin Dinar al-Ghulabi, dari Syuaib bin Waqid, dari Layts, dari Jafar bin Muhammad as, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Jabir ra yang menuturkan:
Rasulullah saw hendak menikahkan Fathimah as dengan Ali as. Saat pernikahan, Rasulullah saw datang lalu duduk di tangga tertinggi mimbarnya. Manakala masjid telah penuh dengan jamaah, Rasul saw berdiri lalu memuji Allah Swt seraya berkata,
“Segala puji bagi Allah yang telah meninggikan langit, yang telah membentangkan bumi, yang telah mengokohkan gunung. Dia telah mengeluarkan darinya air dan padang rumput. Dia Mahatinggi dari segala sifat yang digambarkan manusia dan Maha Agung dari segala ungkapan bahasa orang yang berbicara. Dia menjadikan surga sebagai balasan bagi orang-orang yang bertakwa, dan neraka sebagai siksa bagi orang-orang yang zalim. Dan Dia menjadikanku sebagai pembalasan bagi orang-orang kafir dan rahmat bagi orang-orang Mukmin.
Baca juga Yaumul Mahabbah, Hari Kasih Sayang Pernikahan Imam Ali dengan Sayidah Fatimah
Hamba Allah kalian berada di negeri angan-angan, negeri perhitungan, negeri tempo, negeri nyata dan negeri sebab. Negeri yang segera berlalu, cepat berubah keadaannya yang dijadikan sebagai sebab untuk perpindahan. Allah merahmati orang yang memendekkan angan-angannya, bersungguh-sungguh dalam amal perbuatannya, menginfakkan kelebihan hartanya, dan menahan kelebihan kekuatannya untuk digunakan di hari ia kekurangan, yaitu hari di saat orang-orang mati dibangkitkan kembali, suara-suara tunduk kepadanya dan anak serta ibu terlupakan.
Pada saat itu engkau melihat manusia seperti orang mabuk padahal mereka tidak mabuk. Hari saat Allah menunaikan secara penuh agama mereka yang benar dan mereka tahu bahwa Allah adalah kebenaran yang nyata pada saat setiap diri mendapati perbuatan baik dan perbuatan buruk yang dilakukannya dihadirkan dihadapannya dan ia berharap seandainya ada jarak yang jauh antara ia dengan perbuatannya.
Siapa saja yang melakukan kebaikan mesti seberat debu maka ia akan melihat hasilnya, dan siapa saja yang melakukan keburukan mesti seberat debu maka ia akan melihat hasilnya. Pada hari itu hubungan nasab tidak berlaku dan hubungan sebab terputus, dan kepada para pelaku kejahatan dikenakan perhitungan yang keras dan mereka dimasukkan ke dalam siksa. Siapa saja yang dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga sungguh ia telah menang. Dan tidaklah kehidupan dunia melainkan kesenangan yang memperdaya.
Baca juga Fase Kehidupan Imam Ali bin Abi Thalib as dari Lahir hingga Syahid
Wahai Manusia sesungguhnya para Nabi adalah hujjah (bukti) Allah di muka bumi yang menerangkan kitab-Nya dan melaksanakan wahyu-Nya. Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku untuk menikahkan anak perempuanku Fathimah dengan saudaraku, putra pamanku dan manusia paling berhak atasku, Ali Bin Abi Thalib. Sesungguhnya Allah telah menikahkannya di langit dengan disaksikan para malaikat dan Dia memerintahkanku untuk menikahkannya kembali dengan menjadikan kalian sebagai saksinya.”
Kemudian Rasul duduk sambil berkata, “Berdirilah hai Ali, dan berpidatolah untuk dirimu.’
Ali as berkata, “Wahai Rasulullah, Mana mungkin aku berpidato sementara engkau ada.”
Rasul saw bersabda, “Berpidatolah karena Jibril telah memerintahkanku supaya memerintahkan engkau berpidato untuk dirimu. Sekiranya penceramah di surga bukan Dawud, tentu engkau hai Ali.”
Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Wahai Manusia, dengarkan perkataan nabi kalian. Sesungguhnya Allah telah mengutus 4000* nabi dan setiap nabi mempunyai wasyi. Aku adalah sebaik-baik nabi dan wasyiku adalah sebaik-baik wasyi.”
Kemudian Rasul saw diam dan Ali as mulai berpidato.
*Perkataan Rasul saw 4000 nabi sepertinya terlewatkan kata seratus dan dan kata dua yang aslinya 124.000. Atau yang dimaksud ialah hanya para nabi yang mempunyai wasyi (penerima wasiat).
Madhinah Balaghah