Berita
Kewajiban terhadap Saudara, Tetangga, dan Masyarakat
Kewajiban terhadap Sanak Saudara
Orang-orang yang mempunyai hubungan darah melalui ibu dan bapak merupakan sumber alamiah ikatan-ikatan sosial. Hubungan darah atau nasab menjadikan seseorang sebagai anggota dari suatu keluarga besar. Berdasarkan kesatuan alamiah ini, Islam memerintahkan para pemeluknya agar bersikap baik terhadap sanak saudara mereka. Al-Quran Karim dan hadis-hadis Nabi saw serta para Imam Ahlulbait as menganjurkan hal ini.
Baca juga Kewajiban Manusia Terhadap Allah Swt
Allah Swt berfirman: … Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. [QS. an-Nisa: 1]
Rasulullah saw bersabda, “Aku perintahkan umatku agar berbuat baik terhadap sanak keluarganya meskipun sanak keluarganya itu terpisah darinya oleh jarak perjalanan satun tahun, mereka tidak boleh memutuskan tali kekeluargaan.”
Kewajiban terhadap Tetangga
Karena kedekatan para tetangga memungkinkan mereka mengembangkan ikatan yang erat dan secara alamiah membuat mereka seperti satu keluarga besar, maka keramahan atau permusuhan seorang tetangga lebih berpengaruh daripada keramahan atau permusuhan orang lain.
Baca Kewajiban Terhadap Kedua Orangtua dan Anak
Seseorang yang mengadakan pesta keramaian semalam suntuk di rumahnya tidak akan menimbulkan gangguan pada orang lain yang tinggal di ujung kota lain. Namun, ia akan membuat tetangganya tidak dapat beristirahat. Seorang kaya yang menghabiskan waktunya dengan berpesta pora di rumahnya tidak akan menyakitkan hati orang-orang miskin yang tinggal jauh dari rumahnya. Namun, itu akan menanamkan bibit kebencian dalam hati tetangganya yang miskin dan suatu ketika ia pasti akan memetik buah yang pahit atas perilakunya. Karena alasan-alasan ini, hukum suci Islam sangat mendesak kita agar menjaga kepentingan tetangga.
Rasulullah saw bersabda, “Jibril telah mendesakkan hak tetangga kepadaku hingga aku mengira bahwa tetangga akan dimasukkan dalam daftar ahli waris.”
Beliau saw juga mengatakan, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kebangkitan, tentu tidak akan membuat marah tetangganya. Jika berutang kepadanya, ia akan membayarnya. Ia ikut serta dalam kegembiraan dan kesedihan tetangganya. Ia tidak boleh mengganggu tetangganya meskipun tetangganya itu seorang kafir.”
Baca juga Kewajiban Manusia Terhadap Dirinya Sendiri
Lebih jauh, beliau saw berkata, “Jika seseorang telah membuat tetangganya marah, ia tidak akan mencium bau surga. Jika seseorang tidak menghormati hak-hak tetangganya, ia tidak termasuk golongan kami. Dan jika seseorang makan dengan kenyang sementara ia tahu tetangganya lapar tapi tidak memberikan kepadanya sesuatu pun, ia bukan seorang Muslim.”
Kewajiban terhadap Fakir Miskin
Jelas, masyarakat diorganisasikan untuk memenuhi kebutuhan individu-individu. Tugas paling penting bagi anggota masyarakat mana pun adalah menolong kaum fakir miskin dan papa serta menyediakan kebutuhan orang yang tak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Di masa sekarang, telah semakin jelas bahwa ketidakpedulian terhadap penderitaan kaum miskin merupakan bahaya terbesar yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat. Dan kaum kaya itu sendirilah yang justru akan menjadi korban ancaman ini.
Pada 14 abad silam, Islam telah mengantisipasi bahaya ini dan memerintahkan kaum kaya untuk memberikan sebagian harta kekayaannya pada kaum miskin setiap tahun. Di samping memenuhi kebutuhan mereka hingga batas ini, mereka juga dianjurkan untuk menginfakkan apa saja yang bisa diinfakkan untuk meringankan kehidupan orang-orang miskin demi mencapai keridhaan Allah Swt.
Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian [yang sempurna] sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. [QS. Ali Imran: 92]
Kewajiban terhadap Masyarakat
Sejumlah besar hadis telah sampai kepada kita mengenai pengabdian kepada masyarakat. Rasulullah saw mengatakan, “Manusia terbaik adalah yang paling berguna bagi masyarakat (sesama).”
Pada hari kiamat, yang menduduki tempat tertinggi di sisi Allah Swt adalah orang yang paling banyak memajukan kesejahteraan hamba-hamba Allah Swt. Sebagaimana kita ketahui, setiap individu manusia harus saling membantu dan dengan demikian saling memperoleh manfaat dari upaya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan bersamanya. Masyarakat yang terbentuk dari individu-individu seperti itu laksana sosok manusia besar di mana individu-individu merupakan anggota- anggota tubuhnya.
Masing-masing anggota tubuh itu mempunyai tugas khusus dan memberikan sumbangan terhadap kesejahteraan tubuh. Pada saat yang sama, masing-masing anggota tubuh juga memberikan sumbangan terhadap kesejahteraan anggota anggota tubuh yang lain. Sejalan dengan itu, ia memperoleh manfaat dari pelbagai kegiatan mereka. jika salah satu anggota tubuh tersebut bersikap egois dan tidak mau mengabdi kepada anggota tubuh yang lain; misalnya, mata menolak membantu pekerjaan tangan atau kaki atau mulut hanya mau mengunyah saja tanpa mau menelan makanan, niscaya individu bersangkutan akan segera mati bersama anggota tubuhnya yang egoistis itu.
Individu-individu anggota masyarakat mempunyai tugas yang serupa dengan tugas anggota tubuh. Artinya, setiap orang memikirkan kepentingan sendiri dalam konteks kepentingan masyarakat dan mempertimbangkan apa yang menguntungkan bagi masyarakat dalam upayanya. Islam bersandar pada fitrah manusia.
Rasulullah saw mengatakan, “Muslim adalah orang yang melepaskan seorang muslim lainnya dari kejahatan lidah dan tangannya.”
Beliau juga mengatakan bahwa orang-orang Islam itu bersaudara satu sama lain. Lebih jauh, beliau saw mengatakan, “Barangsiapa bangun tidur di pagi hari dan tanpa memikirkan masalah-masalah kaum Muslimin, ia bukan seorang Muslim.”
Alamah Sayyid Husain Thabathaba’i, Inilah Islam