Berita
Ketua Persatuan Ulama Syam Ungkap Tujuan Konflik “Buatan” di Suriah
Sekian tahun kecamuk instabilitas di Suriah, mungkin adalah satu-satunya konflik yang melibatkan ribuan orang dari kurang lebih 80-an negara di luar Suriah, yang menyebut diri mereka sebagai “jihadis”.
Apa yang sebenarnya ingin dituai “pihak luar”, dalam hal ini kelompok anti-Suriah, dari konflik di negeri pimpinan Bashar al-Assad itu, baik saat ini maupun ke depan?
Prof. Dr. Taufiq Ramadhan al-Bouthi, Ketua Persatuan Ulama Syam, yang menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Internasional bertema Peran Ulama dalam Rekonsiliasi Krisis Politik dan Ideologi di Timur Tengah yang digelar di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat (10/3) mengatakan, ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai dari konflik Suriah saat ini.
Pertama adalah ingin meluluh-lantakkan Suriah, menghancurkan tatanan kehidupan di Suriah. Kedua adalah untuk memporak-porandakan citra Islam di mata dunia. Terakhir atau yang ketiga adalah untuk menghabisi kelompok radikal dengan menjadikan Suriah sebagai kuburan bagi mereka.
“Islam yang rahmatan lil alamin, melalui konflik di Suriah ini, dicoba untuk dihancurkan citranya sampai sejelek-jeleknya,” ungkap Taufiq Ramadhan al-Bouthi.
Dia kemudian melanjutkan bahwa ketika mereka (“pihak luar”)melihat Islam adalah agama yang cepat menyebar ke seluruh dunia dan dapat diterima dengan mudah di banyak tempat di dunia, dan karena mereka tidak mampu menghadapinya, maka mereka mencoba mencitrakan Islam itu adalah agama yang jelek.
Mereka berusaha mengundang ribuan “jihadis” dari Eropa, seperti Jerman, Inggris, Prancis, Belgia yang datang ke Suriah dan mustahil aparat keamanan negara mereka tidak tahu.
“Mereka datang dengan wajah Eropa ke Suriah atas nama jihad,” terang Taufiq Ramadhan al-Bouthi.
Di Suriah, mereka kemudian merekam kejadian-kejadian pembunuhan wanita hamil, penguburan orang hidup-hidup, pemotongan leher yang sadis dan lain sebagainya. Ketika mereka kembali ke Eropa, mereka menunjukkan itu semua kepada masyarakat Eropa.
“Kemudian disiarkan di televisi Swedia, Prancis, Belanda, Jerman, Belgia dan sebagainya. Hasil rekaman tadi disiarkan di hadapan bangsa Eropa, (seraya mengatakan) ini lho, Islam,” lanjutnya.
Belum lagi ketika mereka mendatangkan wanita-wanita dari Tunisia hingga Eropa ke Suriah hanya untuk menjadi wanita penghibur bagi para “mujahidin” dan membungkus upaya itu dengan istilah “Jihad Nikah”.
“Islam seperti apa ini?” gugat Taufiq Ramadhan al-Bouthi.
Dia pun menjelaskan lebih lanjut bahwa saat ini Islam dalam kondisi ibarat diserang oleh Islam sendiri, tepatnya oleh mereka yang mengatasnamakan Islam.
“Tapi yang kami sedihkan mengapa medan yang mereka pilih adalah negeri kami, Suriah?” sesal Ketua Persatuan Ulama Syam itu. (Lutfi/Yudhi)