Berita
Kesaksian Kyai NU Pasca Konferensi Internasional Anti Takfiri
Sepekan setelah kembali dari Iran, Kyai Alawi Nurul Alam Al-Bantani kembali menjalani rutinitas sehari-harinya di Indonesia.
Tokoh muda NU ini tak hanya dikenal sebagai tokoh yang vokal menyuarakan persatuan umat Islam, melainkan juga telah menulis banyak buku yang memberikan kontribusi pemikiran bagi umat Islam di Tanah Air.
Rabu siang (3/12), seperti biasa Kyai Alawi kembali mengisi kajian rutin yang dijadwalkan setiap Rabu di Masjid Raya Bandung, Jawa Barat.
Dalam kesempatan itu, ia menceritakan perihal kehadirannya dalam Konferensi Internasional dengan tema besar “Bahaya Ekstremisme dan Takfirisme” di Qom, Iran (23/11) yang dihadiri oleh para ulama dunia dari berbagai negara. “Yang diundang 90 negara, yang tidak hadir 3 negara; Amerika, Inggris, Saudi, pas pisan musuh Islam, cocok,” seloroh Kyai Alawi.
Kyai Alawi merupakan satu dari enam perwakilan Indonesia yang menghadiri konferensi itu. Hadir juga di antaranya Prof. Dr. Hamka, Prof. Dr. Zainul Kamal, dan tiga perwakilan lainnya.
Dalam penjelasannya Kyai Alawi menekankan agar kaum muslimin menggunakan akal yang cerdas dan sadar sehingga tak mudah menelan mentah-mentah berbagai informasi yang keliru begitu saja.
Kyai Alawi pun melanjutkannya dengan berbagi cerita yang ia dapat di Iran. Berikut penuturannya kepada ABI Press.
“Mungkin kita sering mendengar, masjid Sunni dibom, hancur. Masjid Syiah dibom, hancur. Informasi yang masuk kepada kita bahwa orang Sunni ngebom masjid Syiah, orang Syiah balas dendam ngebom masjid Sunni. Padahal, bukan seperti itu kejadiannya!” tegas Kyai Alawi.
“Di Irak bagian utara ada sebuah kampung namanya Filistin, yang semua penghuninya adalah orang-orang salafi wahabi ekstrem. Dan salah satu tokohnya adalah orang yang dibayar oleh Zionis, dan Amerika. Dan beberapa bulan kemarin ini ditangkap, dan luar biasa cara penangkapannya! Ketika dia menggunakan pesawat Amerika menyeberang melewati perbatasan Iran/Irak, maka oleh Angkatan Udara Iran pesawat didempet di luhur (atas), tawanan dituker di luhur, sanes di handap. Dan sekarang sudah ada di penjara di Iran.”
“Jadi merekalah yang menghancurkan masjid-masjid Sunni, dan masjid-masjid Syiah. Bahkan yang paling menarik, ulama-ulama Sunni berbicara luar biasa! Wa bil khusus ulama-ulama mazhab Syafi’i dari Mesir, mazhab Syafi’i dari Suriah, dan mazhab Syafi’i dari Irak,” tutur Kyai Alawi.
“Mereka ceramah, mereka yang bilang begini, ‘Bahwa jumlah Muslim Sunni yang dibunuh di Suriah, di Irak ataupun di Mesir, jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan Muslim Syiah. Begitu pula setiap rumah dan masjid bagi orang Sunni yang dihancurkan jauh lebih banyak dibandingkan rumah dan masjid Muslim Syiah. Dan setiap rumah, atau masjid yang dihancurkan oleh orang-orang salafi wahabi takfiri di sana, baik yang berada di Palestina, Suriah, dan Irak semuanya dibiayai atau dibantu perbaikannya oleh Iran yang notabenenya Muslim Syiah.”
Masih mengutip pernyataan ulama Sunni, Kyai Alawi pun melanjutkan kisahnya. “Ulama kita nanya, lalu dimana pasukan-pasukan Sunni? Kenapa bahan makanan, obat-obatan, pakaian, semua dikirim oleh Iran berikut dengan semua senjata, peluru, rudal untuk memerangi 2 hal; Israel dan orang-orang salafi wahabi takfiri?”
“Di Irak ada sebuah pasar tradisional, yang semua penjualnya adalah orang-orang Sunni. Dibom, 80 orang meninggal dunia. Kemudian Imam Marja di Irak (Sayyid Ali Sistani) mengatakan, ‘Wahai Muslim Syiah singsingkan lenganmu, angkat senjatamu dan bantu saudara-saudara kita Muslim Sunni yang berada di Irak!’ Hebat, kataku!”
“Di bagian lain di Irak ada sebuah kampung pemukiman (Bani Mutaamil) mereka semua bermazhab Sunni Syafi’i. 500 orang dibunuh salafi wahabi takfiri. Nte ningali aki aki, nenek-nenek, budak letik nte tingali. Ketika siangnya pemukiman itu diduduki, sore harinya Rahbar (Sayyid Ali Khamenei) memerintahkan kepada pasukan Iran untuk menyusup ke Irak, dan ketika Subuh, matahari mulai terbit, semua orang salafi wahabi takfiri sudah keluar, dan ada sebagian yang diberondong dan mati.”
“Sekarang mari kita pikirkan, saudara kita orang-orang Sunni mazhab Syafi’i, rumahnya dihancurkan salafi wahabi, lalu dibangun kembali oleh Iran, plus bahan makanan, obat-obatan, dijaga tentara orang-orang Syiah. Urang nte apal naon-naon, di Bandung, di Indonesia orang-orang Syiah dikafirkan.”
“Saya berdialog di Universitas Jamiatul Mustofa di Iran dengan Sayyid Al-Hakim, beliau mengatakan secara langsung, ‘Mengapa mayoritas Muslim Syiah di Indonesia masih bisa melaksanakan ritual ibadahnya dengan baik, tidak diburu-buru, tidak dibunuh, padahal masih sedikit. Mengapa? Karena ada NU di sana.’ Jawabannya begitu.”
“Saya ucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia, wa bil khusus kepada orang-orang Muslim NU di Indonesia. Karena masih mau bersahabat dengan Muslim Syiah yang sedikit di Indonesia,” lanjut Kyai Alawi menirukan pesan Sayyid Al-Hakim.
“Muslim Sunni di Iran 20 juta jumlahnya. Di Iran kalau Jumatan banyak. Orang banyak bicara sembarangan, memfitnah, mengatakan kalau di Iran tidak ada shalat Jumat. Bahkan, Masjid Sunni di Iran jumlahnya ada 10.033 masjid, saya masih hafal! Dikelola 112 DKM, para kyai, para ulama-Sunni asli.”
“Iran bagian utara mazhab Sunni Syafi’i. Iran bagian barat, Sunni mazhab Hanafi. Dimana di Iran nggak bisa Jumatan? Saya saja Jumatan. Ada sekitar 470 ulama Jumatan bersama tamu-tamu lain dari luar juga menjadi jamaah shalat Jumat. Suatu ketika shalat bareng, Sunni-Syiah. Ulama Sunni dan Syiah saling memberikan kesempatan kepada yang lainnya untuk menjadi Imam. Ini persatuan yang indah!” kenang Kyai Alawi.
Bagaimana dengan Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) di Indonesia? Sudah dua kali aliansi ini dideklarasikan. Pertama di Bandung, kedua di Garut Jawa Barat. Mereka mengatasnamakan sebagai Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni dalam mendeklarasikan dirinya. Lalu bagaimana Kyai Alawi menanggapi hal ini?
“Yang mengijinkan sudah pasti aparat. Kalau Kapolres Garutnya saya, sudah pasti tidak saya ijinkan,” tegas Kyai Alawi.
Lebih lanjut Kyai Alawi menegaskan, tidak ada NU yang begitu, atau menjadi bagian dari ANNAS. “Kalau ada yang begitu, itu NU yang tidak tahu dan tidak paham. Mungkin juga karena ada udang di balik batu, atau ada uang dibagi dalam amplop, ya wallahu a’lam,” tukas Kyai Alawi.
Menindaklanjuti aktivitas ANNAS, Kyai Alawi akan menjadwalkan pertemuan dengan para Kyai Sepuh, dan sejumlah tokoh masyarakat di Garut. “Jangan sampai acara-acara seperti itu terulang kembali,” harap Kyai Alawi. “Aliansi Nasional Anti Syiah ini sudah masuk kemarin dibahas di Iran. Dan ini menurut mereka sudah termasuk dalam organisasi yang dibayar oleh antek-antek Zionis Yahudi. Abdi yakin 100%. Mereka ini akan menggandeng orang-orang Sunni wa bil khusus orang-orang NU untuk menguatkan kedudukan mereka,” pungkas Kyai Alawi.
Sementara, menyikapi soal Muslim Syiah sendiri, Kyai Alawi memiliki dua sudut pandang. Pertama Syiah yang terpimpin, dan kedua, Syiah yang tidak terpimpin atau terlepas dari Marja. Syiah yang tidak terpimpin ini yang menurutnya patut diwaspadai karena mereka seringkali menghina simbol-simbol Ahlussunnah, mengkafirkan sahabat dan istri Nabi. Sedangkan Syiah terpimpin menurutnya tidak masalah, terlebih ulama Syiah kategori Syiah terpimpin telah mengeluarkan fatwa haram menghina simbol-simbol yang diagungkan oleh Ahlussunnah wal Jamaah.
Terkait Syiah yang tidak terpimpin ini, Kyai Alawi menanggapinya dengan serius, bahkan tengah menggarap buku khusus menyangkut Syiah yang tidak terpimpin ini karena dianggap dapat memicu perpecahan umat Islam, terutama antara Muslim Syiah dan Muslim Sunni. (Malik/Yudhi)