Berita
Kepeloporan Syiah Dalam Ilmu-Ilmu Alquran: Orang Pertama dalam Penyusunan Ilmu Ma’anil Quran [4]
Ketahuilah bahwasanya orang pertama dari kaum Syi’ah yang menulis di bidang Ma’anil Quran (makna-makna Alquran) ialah Aban bin Taghlab yang wafat pada tahun 141 H. Kitab Aban yang berkaitan dengan bidang ini telah dicatat oleh Ibnu Nadim dalam kitabnya, Al-Pehrest, dan An-Najasyi di dalam kitabnya, Asma’ Mushannifisy Syi’ah, dan selain mereka berdua. Saya sendiri tidak menemukan satu orang pun yang menyusun sebuah kitab berkenaan dengan Ma’anil Quran sebelum Aban.
Perlu diakui bahwa terdapat selain Aban dari kelompok Syi’ah yang menyusun ilmu Ma’anil Quran, yaitu Ar-Rawasi dan Al-Farra’. Ibnu Nadim mengatakan: ”Kitab Ma’anil Quran yang dikarang oleh Ar-Rawasi dan kitab Ma’anil Quran yang disusun oleh Al-Farra’ untuk Umar ibn Bakar. Kedua penulis ini adalah dari kaum Syi’ah.”
Dan orang pertama yang mengarang kitab di bidang ilmu Nasikh Mansukh ialah Abdullah ibn Abdurrahman Al-Ashamm Al-Masma’ie dari Basrah. Ia adalah seorang tokoh besar Syi’ah dan sahabat dekat Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s. Dan setelahnya adalah Darim ibn Qubaishah ibn Nahsal ibn Majma’, Abul Hasan At-Tamimi Ad-Darimi, seorang tokoh utama Syi’ah. Ia berumur panjang sehingga dapat menjumpai Imam Ali Ar-Ridha a.s. dan wafat pada akhir-akhir abad kedua. Ia mempunyai kitab Al-Wujuh war Nadzair, dan kitab An-Nasikh wal Mansukh. Dua kitab itu telah disebutkan oleh An-Najasyi di dalam Asma’ Mushannisy Syi’ah.
Pengarang setelah mereka berdua di atas ialah Al-Hasan ibn Ali ibn Al-Fidhal; sahabat dekat Imam Ali ibn Musa Ar Ridha. Ia wafat pada tahun 224 H. Lalu Syeikh Al-A’dham Ahmad ibn Muhammad ibn Isa Al-Asy’ari Al-Qummi; yang juga sabahat dekat Imam Ali Ar-Ridha a.s. Ia berusia cukup panjang hingga menjumpai Imam Hasan Al-Askari a.s.
Dan berdasarkan apa yang disimpulkan dari tulisan Jalaluddin As-Suyuthi, bahwa orang pertama yang mengarang di bidang Ma’anil Quran ialah Abu Ubaidah Al-Qosim ibn Salam yang wafat pada tahun 224 H., dan hidup semasa dengan Al-Hasan ibn Ali ibn Fidhal yang juga mengarang kitab di bidang yang sama, dan muncul jauh setelah Al-Masma’ie, bahkan setelah Darim ibn Qubaishah.
Ala kulli hal, kaum Syi’ah adalah pelopor-pelopor di bidang penyusunan ilmu Ma’anil Quran. Dan orang pertama yang menyusun berkenaan dengan Nawadirul Quran (Kelangkaan kata-kata Al-Quran) ialah Ali ibn Husein ibn Fidhal. Ia adalah seorang tokok Syi’ah di abad ketiga. Di dalam Al-Fehrest, Ibnu Nadim mengatakan: ”Dan Syeikh Ali ibn Ibrahim ibn Hasyim yang menyusun kitab tentang Nawadirul Quran adalah seorang Syi’ah. Ali ibn Hasan ibn Fidhal yang menulis kitab di bidang yang sama juga dari kaum Syi’ah. Begitu pula, Abu Nashr Al-‘Ayyasyi yang juga mengarang di bidang tersebut adalah seorang Syi’ah.”
Saya katakan bahwa Ahmad ibn Muhammad Al-Yasari; penulis dari warga Basrah juga mempunyai kitab Nawadirul Quran. Pada waktu itu, Al-Yasari menuliskan kitab itu untuk Sultan Thahir di jaman Imam Hasan Al-Askari a.s… Begitu juga Abdul Hasan Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad yang terkenal juga dengan nama Al-Haritsi mempunyai kitab Nawadir Ilmil Quran. An-Najasyi mengatakan: ”Abdul Hasan Muhammad ibn Ahmad ialah salah seorang sahabat kami yang masyhur dalam keterpercayaannya.”
Lalu, orang pertama yang mengarang di bidang ilmu Mutasyabihul Quran (tentang makna-makna yang tidak jelas di dalam Al-Quran) adalah Hamzah ibn Habib AzZiyad Al-Kufi. Ia adalah pengikut sekaligus salah seorang sahabat setia Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s. Ia wafat pada tahun 156 H di Halwan. Ibnu Nadim mengatakan: ”Kitab Mutasyabihul Quran adalah karya Hamzah ibn Habib, dan ia adalah salah satu dari tujuh sahabat dekat Imam Ja’far AshShadiq a.s.” Begitu juga Syeikh Abu Ja’far Ath-Thusi menggolongkannya sebagai salah satu sahabat dekat Imam Ash-Shadiq a.s.
Jauh sebelum kesaksian Ibnu Nadim dan Syeikh AthThusi adalah Ibnu Uqdah yang telah menganggap Hamzah sebagai salah seorang sahabat dekat Imam a.s. di dalam kitab Ar-Rijal. Dan terdapat sekelompok kaum Syi’ah terdahulu kami yang mengarang kitab di bidang Mutasyabihul Quran, seperti Muhammad ibn Ahmad Al-Wazir yang hidup semasa dengan Syeikh Ath-Thusi. Ia menulis kitab Mutasyabihul Quran. Selain Al-Wazir ialah Syeikh Rasyiduddin Muhammad ibn Ali ibn Syarasyub Al-Mazandarani yang wafat pada tahun 288 H. Ia mempunyai kitab Mutasyabihul Quran.