Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Kemerdekaan dari Ghadir Khum

Empat belas abad lalu, gurun pasir yang panas dan gersang, beserta ratusan ribu orang menjadi saksi persitiwa bersejerah yang kini dikenal dengan Idul Ghadir. Pada hari itu, 18 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah, Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa meyakini aku sebagai pemimpinnya maka ini Ali adalah pemimpinnya pula. Ya Allah, pimpinlah orang yang menjadikannya pemimpin dan musuhilah orang yang memusuhinya.”

Dari pernyataan Rasulullah saw itu, sangat gamblang dipahami bahwa informasi itu terkait dengan kepemimpinan atau al-wilayah. Tujuannya bukanlah kekuasaan materi namun lebih dari itu, yaitu mengeluarkan umat manusia dari wilayah hamba, dalam pengertian seluas-luasnya kepada wilayah dan kempemimpinan Allah Swt.

Bahkan, mungkin dapat dikatakan bahwa tujuan dari semua keringat yang ditanggung Nabi Muhammad saw, para tokoh besar agama, dan para nabi utusan Allah Swt adalah demi tegaknya kepemimpinan Ilahi ini.

Seperti disampaikan oleh Imam Ja’far as:

“Untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan hamba kepada penyembahan Allah dan dari kepemimpinan (wilayah) hamba kepada wilayah Allah.”

Namun, terkait dengan wilayah yang disampaikan dalam Idul Ghadir, terdapat poin lain, bahwa al-wilayah memiliki dua ruang dan area utama.

Pertama, ruang jiwa manusia. Artinya, manusia harus melepaskan kehendaknya untuk dikuasai kehendak Ilahi dan memimpin jiwanya, sehingga akan membawanya masuk ke lingkup wilayah Allah Swt.

Langkah ini merupakan langkah awal dan yang paling utama. Jika belum mampu tuk melangkah di jalan ini, maka sangat mustahil untuk melanjutkan ke langkah kedua.

Kedua, manusia harus memasukkan lingkungan kehidupannya ke dalam wilayah kepemimpinan Allah Swt. Ini artinya, masyarakat bergerak dengan landasan kepemimpinan Ilahi. Tak ada kekuasaan apapun baik uang, keluarga, suku, kekuatan, adat istiadat, dan kebiasaan keliru yang bisa menghalangi kepemimpinan Allah atau unjuk kekuatan di depan wilayah Ilahi ini.

Nah, sosok pribadi yang tangannya diangkat ke udara setinggi-tingginya oleh Rasulullah saw pada 18 Dzulhijjah 14 abad lalu itu merupakan insan teladan dan pribadi panutan dalam mengamalkan wilayah pada dua ruangnya tadi.

Beliau berhasil menundukkan jiwa dan hawa nafsunya, yang merupakan ruang wilayah Allah yang pertama. Beliau juga telah mengabadikan praktik kepasrahan kepada wilayah Allah dalam ruang kedua, yaitu lingkungan kehidupan yang berporos dalam kepemimpinan Allah Swt.

Sejarah telah mengabadikan model pemerintahan Islam dan kepemimpinan Ilahi yang beliau tunjukkan. Siapa saja yang ingin menyaksikan model paling sempurna dari wilayah Ilahi ini dapat mencari pada perilaku Imam Ali (as).

Maka dari itu, al-wilayah yang dideklarasikan Rasulullah saw di Ghadir Khum menjadi sangat penting. Sebab akan melepaskan manusia dari wilayah, dari kepemimpinan, hamba. Ini artinya peristiwa Ghadir Khum memerdekakan manusia dari wilayah hamba dan membawanya kepada kepemimpinan wilayah Allah Swt.

Bukankah hidup dalam kepemimpinan wilayah Allah Swt merupakan cita-cita semua manusia?

Sumber: Sayyid Ali Khamenei: Tentang Yaumul Ghadir (al-Shia.org)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *