Berita
KEMENAG: Jaga Ukhuwah, Bangun Dialog Sunni-Syiah
Di tengah kian gencarnya penyebaran paham takfirisme oleh para oknum pembenci ukhuwah, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Prof. Dr. Machasin, MA berpesan agar umat Islam tetap menjaga persatuan bangsa, untuk itu maka Muslim Sunni dan Muslim Syiah harus terus berupaya membangun dialog.
Hal ini dikemukakan oleh Machasin di kantornya usai menerima Mujtahid Syiah dari Irak, Sayyid Izzuddin al-Hakim, Senin (1/6).
“Sunni-Syiah sebenarnya dari dulu tak masalah. Tapi lalu ada orang yang main (isu sektarian),” ujar Machasin. “Indonesia ini dulu pujian li khomsatun itu ya dari kecil ada. Tapi kemudian kira-kira 20 tahun ini, terutama 5 tahun terakhir itu tiba-tiba ada gerakan anti Syiah.”
“Tapi sebetulnya dari kira-kira zaman Khomeini, dulu orang seperti Amien Rais dan Syafi’i Ma’arif itu kagum dengan Syiah, bahkan Amien Rais mengatakan ‘Saya ini pasukan penjaga Revolusi Iran’,” tutur Machasin. “Tetapi kemudian setelah Reformasi ini agak terlihat berbeda. Terutama setelah Arab Spring ini menjadi sulit.”
Perbedaan Bukan Perusak Ukhuwah
Saat ABI Press wawancarai, Prof. Machasin menyebutkan bahwa ada perbedaan antara Sunni-Syiah. Namun itu bukan alasan untuk berselisih dan merusak ukhuwah. Justru harus dibangun dialog yang sehat, saling mengerti dan menghormati satu sama lain.
“Saya kira begini, berbeda itu boleh tapi jangan sampai lalu merasa bebas menyampaikan kebencian kepada orang lain,” ujar Machasin. “Jangan karena Syiah lalu mencaci-maki sahabat Nabi seperti Abu Bakar, Umar. Memang kenapa sih? Apa gunanya sih diungkapkan sekarang?”
“Tapi di saat yang sama orang Sunni juga ya jangan mengatakan bahwa orang Syiah itu taqiyyah (dalam artian selalu dituduh dalam kebohongan), mengubah Alquran, tak pernah salat Jumat,” tambah Machasin.
“Kalau orang Sunni mengatakan Syiah mengubah Alquran, dan orang Syiah juga mengatakan Sunni mengubah Alquran. Nanti orang kafir akan mengatakan nah lo mereka saling mengubah Alquran? Kan ini tidak baik.”
Di sinilah menurut Prof. Machasin perlunya dialog yang sehat dan saling menghormati. “Tuduhan-tuduhan seperti itu jika tak dihentikan, dialog itu tidak bakal terjadi. Mestinya kan itu perlunya dialog, supaya nanti ada klarifikasi,” pesan Prof. Machasin. (Muhammad/Yudhi)