Artikel
Kemanakah Aksara Lama Bertepi?
Pada mulanya, 9 organisasi pemuda terkemuka, seperti, Pemuda Indonesia, Pemuda Kaum Betawi, PPPI, Jong Sumatranen Bond, Sekar Rukun, Jong Java, Jong Bataks Bond, Jong Islamienten dan Jong Celebes memprakarsai Kongres Pemuda 27 Oktober 1928. Sidang kongres pemuda tersebut melahirkan Sumpah Pemuda dan ditutup dengan lagu Indonesia Raya diiringi biola Wage Rudolp Supratman.
Hanya itulah yang bisa dikenang oleh pemuda Nusantara tentang indahnya sebuah persatuan. Ada satu hal yang luput dari pandangan mata kita sebagai bangsa yang besar. Bahwa para pemuda utusan dari berbagai daerah memiliki ragam bahasa yang pada abad ke-18 dan 19, menggunakan tulisan aksara Pegon Arab, sebagaimana dicatat oleh Alwi Shahab di Harian Republika. Masyarakat Nusantara kala itu lebih dapat membaca huruf Arab daripada Latin. Bahkan, mata uang di masa Belanda ditulis dengan huruf Arab Melayu, Arab Pegon atau Arab Jawi. Pada masa itu, cerita-cerita roman termasuk tulisan pengarang Tionghoa juga ditulis dalam huruf Arab Melayu.
Seiring dengan waktu, Bahasa Melayu, Jawa, Bugis, Makassar, Madura, Sunda, Atjeh, Minangkabau, Ternate, Tidore, dan lain-lain yang semula ditulis menggunakan aksara Pegon/Jawi dan semacamnya perlahan diganti dengan aksara Latin. Nyaris punah, Pegon hanya tersisa di pojok Pesantren tradisional dalam jumlah yang sangat terbatas. Kalau pun mau lihat bukti otentik warisan budaya tersebut, hanya terdinginkan oleh pengatur suhu ruangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Salemba Raya atau di Leiden, Belanda.
Alangkah naifnya Sumpah Pemuda yang menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia, namun kemudian melenyapkan aksara Pegon dan menggantinya dengan aksara Latin. Bukankah ini sebuah evolusi yang sangat buruk? Implikasinya jelas. Pemuda kita kurang akrab dengan tulisan Arab dan buku teks klasik berbahasa Arab warisan Nusantara.
Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, Pandu Ahlulbait menghimbau dan mengajak semua elemen pemuda Nusantara untuk kembali menghidupkan penggunaan aksara Pegon/Arab sehari-hari.
* (Refleksi Pandu Ahlulbait dalam Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2015)