Akidah
Kemaksuman dan Ilmu Imam [bag 2]
Kata “minhu” (darinya) dalam ayat ini menunjukkan bahwa saksi tersebut adalah berasal dari kalangan keluarga dan Ahlulbait Nabi saw sendiri. Sehubungan dengan ini, telah dinukil riwayat yang jumlahnya tak terbilang, baik melalui jalur Syiah atau pun jalur Ahlusunnah. Riwayat-riwayat tersebut menjelaskan bahwa saksi tersebut tidak lain adalah Ali bin Abi Thalib as.
Pembahasan sebelumnya: Kemaksuman dan Ilmu Imam [bag 1]
Adapun riwayat-riwayat yang dapat kami nukilkan di sini sebagai bukti ketinggian ilmu Imam maksum as adalah apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Maghazili Syafi’i, dari Abdullah bin Atha bahwa dia pernah berkata, “Ketika aku sedang duduk di sisi Abu Ja’far (Imam Baqir as), lewat di hadapan kami Ibnu Abdillah bin Salam (Abdullah adalah seorang ulama Ahlilkitab yang telah masuk Islam pada masa hayat Rasulullah saw), aku berkata, (Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu! Inikah dia putra seseorang yang memiliki ilmu kitab?”
Imam Baqir as menjawab, Bukan, akan tetapi (yang memiliki ilmu kitab) itu adalah Ali bin Abi Thalib as yang telah Allah turunkan ayat-ayat Alquran berkenaan dengan ketinggian derajatnya, yaitu ayat, Wa man indahu ilmu kitab dan ayat, Afaman kana ‘ala bayyinati(n) minhu Rabbihi wayatluhu syahidu(n) minhu’ serta ayat, ‘Innama waliyyukumullahu wa Rasuluhu walladzina amanu…’
Ayat yang terakhir tadi artinya, Sesungguhnya wali dan pemimpin kalian adalah Allah, Rasul-Nya (Muhammad saw) dan orang-orang yang betul-betul beriman (Imam Ali as dan 11 orang putra keturunannya)…”
Kedua mazhab Ahlusunnah dan Syiah telah menukil beberapa riwayat, bahwa yang dimaksudkan al-syahid dalam surah Hud itu adalah Ali bin Abi Thalib as. Dan kenyataannya memang benar, apabila kita mengamati dengan teliti kata “minhu” dalam ayat tersebut, jelas bahwa yang dimaksudkan dari kata “minhu” (darinya) itu tidak lain adalah Imam Ali bin Abi Thalib as.
Adapun masalah ilmu kitab, kita akan dapat mengetahui betapa pentingnya hal tersebut ketika kita mengkaji kisah Nabi Sulaiman as dan kehadiran istana Ratu Balqis di sisinya. Alquran telah menukil kisah tersebut.
Dan berkata orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab, “Akulah yang akan menghadirkan singgasana Balqis itu ke hadapanmu sebelum matamu berkedip. ” (QS. al-Naml: 40)
Dari penjelasan ayat tersebut, dapatlah kita pahami bahwa mengetahui sebagian saja dari ilmu kitab mempunyai kekuatan yang begitu dahsyat dan luar biasa. Washi atau khalifah Nabi Sulaiman as yang bernama Ashif bin Barkhiya itu hanya memiliki ‘ilmu(n) min al-Kitab, yakni sebagian dari ilmu kitab saja, sehingga denganya dia mampu memindahkan istana Ratu Balqis hanya dengan sekejap mata, bahkan lebih cepat dari itu. Sementara Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as memiliki ilmu kitab, yakni seluruh ilmu kitab. Sungguh kita tidak akan dapat membayangkan kehebatan, ketinggian dan kemuliaan ilmu beliau.
Dalam sebuah riwayat, Sudair berkata, “Aku mengunjungi rumah beliau (Abu Abdillah Jafar Shadiq as) bersama Abu Bashir dan Maisar. Kami berkata kepada beliau, “Diri kami menjadi tebusan Anda, wahai Imam! Kami telah mendengar di majelis tadi ucapan Anda tentang itu (bahwasanya tidak ada yang mengetahui hal-hal yang gaib selain Allah Swt sekaitan dengan budak perempuan engkau yang telah kabur) sedang kami tahu bahwa engkau memiliki ilmu yang sangat banyak dan kami tidak menisbatkan ilmu gaib kepada engkau.,
Sudair berkata, “Kemudian Imam Jafar as berkata, ‘Wahai Sudair! Bukankah Anda membaca Alquran?”
Aku menjawab, “Benar, wahai Imam?
Imam as berkata, “Apakah dari yang Anda baca itu Anda mendapati ayat yang berbunyi, Orang yang memiliki sebagian ilmu kitab itu berkata, Aku akan mendatangkan kepadamu sebelum matamu berkedip?’
Sudair berkata, ‘Aku menjawab, ‘Diriku ini tebusan Anda! Sungguh aku telah membacanya.”
Imam as berkata, “Apakah Anda tahu siapakah orang itu? Apakah Anda tahu bahwa dia hanya memiliki sebagian saja dari ilmu kitab?”
Sudair berkata, ‘Aku menjawab, ‘Beritahukan aku tentang hal itu, wahai Imam!”
Imam as berkata, “Sebagian ilmu yang dia miliki itu hanyalah setetes air dari lautan saja”
Kemudian, Imam Jafar Shadiq as melanjutkan sabdanya, ‘Wahai Sudair! Apakah Anda menemukan dari apa yang telah Anda baca itu firman Allah, Wull kafa billahi syahidan bayni wa bainakum waman ‘indahu ‘ilmu al-kitab.’
Aku menjawab, ‘Ya, betul, aku telah membacanya.’
Lalu beliau berkata lagi, ‘Apakah orang yang memahami seluruh ilmu kitab itu lebih pandai ataukah orang yang hanya memahami sebagiannya saja?”
Aku berkata, “Tentu orang yang memahami seluruh ilmu kitab itulah yang lebih pandai.”
Sudair melanjutkan kisahnya, Kemudian, beliau memberi isyarat dengan tangannya ke bagian dadanya seraya berkata, “Demi Allah! Seluruh ilmu kitab itu ada pada kami. Demi Allah! Seluruh ilmu kitab itu ada pada kami.”
Berikut ini kami nukilkan beberapa riwayat lainnya yang berhubungan dengan ilmu Ahlulbait Nabi saw. Imam Ali Ridha as berkata dalam salah satu hadisnya yang panjang, “… Dan sesungguhnya, seorang hamba, jika Allah berkehendak memilihnya untuk mengatasi berbagai urusannya, Dia melapangkan dadanya untuk tugas tersebut, menganugerahkan sumber-sumber hikmah ke dalam hatinya dan mencurahkan ilmu melalui ilham. Maka setelah itu, hamba tersebut tidak akan merasa lelah untuk menjawab berbagai persoalan, tidak akan merasa bingung dari kebenaran, dia akan selalu ditopang dengan kemaksuman, selalu benar dan diberi taufik, dia senantiasa aman dari segala kesalahan, kekeliruan dan ketergelinciran. Allah mengkhususkan anugerah-Nya itu kepadanya agar dia menjadi hujah-Nya atas hamba-hamba-Nya, dan menjadi saksi bagi segenap makhluk-Nya. Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Maka apakah mereka itu (orang-orang yang berkumpul ketika Rasulullah saw wafat) mengutamakan hamba yang seperti ini kemudian mereka memilihnya? Ataukah orang-orang yang mereka pilih itu memiliki sifat-sifat semacam ini sehingga mereka mengutamakannya.” [Ushul al-Kafi, jil.1, hal. 198-203]
Hasan bin Yahya Madaini meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Abdillah Ja’far as, dia berkata, “Aku bertanya kepada Abi Abdillah as, Wahai Imam! Bagaimana (dan dengan ilmu apa) Imam menjawab tatkala ditanya?”
Imam as berkata, “Dengan ilham dan sama’ (mendengar dari malaikat), atau mungkin pula dengan kedua-duanya.” [Bihar al-Anwar, juz 26, hal.58.]
Di dalam riwayat lainnya, Imam Shadiq as berkata, “Apabila seorang imam itu tidak mengetahui apa yang benar dan apa yang akan terjadi, maka dia bukanlah hujah Allah bagi seluruh makhlukNya.”
Di dalam beberapa riwayat, Imam Jafar Shadiq as berkata, “Sesungguhnya, seorang imam maksum jika dia berkehendak mengetahui sesuatu, Allah akan memberitahunya.”
Dalam beberapa riwayat lainnya, beliau ditanya tentang maksud ayat, Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu “roh” dari “amr” Kami.
Beliau berkata, “Roh tersebut adalah makhluk Allah, dia lebih agung dari pada Jibril dan Mikail as, dia senantiasa menyertai Rasulullah saw membawa berita untuknya dan menopangnya. Dan (setelah beliau wafat), dia selalu bersama Imam-imam maksum as.
Dikutip dari buku Ayatullah Taqi Misbah Yazdi, Merancang Piramida Keyakinan.