Berita
Karbala dan Asyura Milik Semua Pencinta Keadillan dan Penentang Kezaliman
Pada 10 Muharam seribu tahun silam, bumi dan langit diguncang tragedi paling keji dan biadab sepanjang sejarah. Asyura, sebuah drama kesyahidan Al Husein, cucu Nabi yang bangkit membela agama dibantai secara keji oleh pasukan Ibnu Ziyad suruhan Yazid bin Muawiyah.
Namun Husein tidak mati. Husein hidup dan selalu hidup. Hingga kini, api perlawanan Husein menentang penindasan tetap menyala-nyala tak pernah padam. Husein telah membongkar dogma “yang kuat itu yang benar dan menang”.
Dengan Asyura, Husein membuktikan pada dunia bahwa “yang benar itu yang kuat dan menang”.
Nigeria, Afrika Barat, adalah negara federasi yang populasinya 58% beragama Kristen, dan 41% beragama Islam. Mayoritas pemeluk Islamnya adalah Sunni Maliki, sedangkan Syiah minoritas di sana. Tapi Presidennya, Goodluck Jonathan yang beragama Kristen justru menyerukan warganya untuk menghidupkan majlis-majlis yang mengingat tragedi Karbala. Ia juga memerintahkan aparat untuk menjaga prosesi peringatan Asyura dan ikut serta dalam ungkapan duka ini.
Tokoh-tokoh besar dunia seperti Chavez, Mahatma Gandhi, Mao Tse Dong, dan Soekarno pun mengungkapkan bahwa keberhasilan mereka dalam perjuangan melawan penjajah adalah karena mereka meneladani semangat perjuangan Al Husein. Husein telah membuktikan bahwa ia adalah milik semua manusia. Milik para pencinta keadilan.
Inilah, yang sangat ditakuti oleh para penguasa zalim yang selalu membangun imperium penindasannya dengan menguburkan api kesadaran dan perlawanan seperti yang dibawa Al Husein.
Konspirasi Jahat Musuh Islam Untuk Memadamkan Spirit Asyura
Ayatullah Makarim Syirazi menyebutkan ada dua strategi musuh-musuh Islam untuk memadamkan api Asyura ini.. Pertama dengan menyusupkan agen-agen mereka dalam penyelenggaraan peringatan Asyura. Yaitu dengan melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam peringatan Asyura, seperti melukai diri atau menyampaikan ceramah-ceramah yang memicu perselisihan antar mazhab, dengan mengecam dan melecehkan simbol-simbol suci mazhab lain.
Cara kedua adalah melalui cara-cara brutal, melalui gerakan terorisme. Dengan pelarangan, dengan pemukulan, penembakan, sampai pengeboman. Agar orang ketakutan dan takut menyebut nama Al Husein.
Setelah musuh menyusupkan penyelewengan dan penyimpangan mereka dalam peringatan Asyura, diharapkan sedikit demi sedikit, orang-orang akan menjauh dari tradisi ini. Orang-orang akan terjauhkan dari api kehidupan dan semangat perlawanan pada penindasan yang dibakar oleh kesyahidan Al Husein di Karbala.
Sayangnya, makar jahat musuh-musuh Islam ini berhasil menjauhkan sebagian umat Islam dari Al Husein, dari Karbala. Karena stigma sektarian, sebagian Muslim mengira bahwa Karbala dan Asyura hanyalah milik Syiah. Sehingga fanatisme sektarian menghalangi mereka dari meneladani spirit Asyura.
Husein bukanlah milik Syiah. Karbala bukan milik Syiah. Asyura juga bukan milik Syiah. Api perlawanan pada penindasan yang berkobar-kobar, semua keteladanan; keberanian, kesetiaan, pengorbanan, ketabahan, dan lain-lain itu bukan hanya milik Syiah, tapi juga milik Ahlusunnah. Milik semua Muslimin dan manusia-manusia merdeka pencinta keadilan dan penentang kezaliman. (Muhammad/Yudhi)