Berita
Kak Seto: Lindungi Anak-Anak Dari Pengaruh Paham Radikal
Terungkapnya keberadaan buku pelajaran agama untuk anak-anak yang bermuatan kosakata radikal (dan dianggap tak layak dikonsumsi anak kecil) di Depok beberapa waktu lalu cukup mengagetkan banyak pihak.
Celakanya penyusupan pesan-pesan radikalisme dalam buku ajaran di sekolah-sekolah ini ditengarai sudah lama terjadi. Hal ini amat disayangkan dan membuat risau seorang pemerhati anak, sekaligus salah seorang deklarator Gerakan Islam Cinta, Andi Mulyadi. Ia menekankan pentingnya melindungi anak-anak di usia dini dari paham radikal yang mengancam tatanan sosial.
Berikut wawancara ABI Press dengan pria yang akrab dipanggil Kak Seto ini.
Bagaimana pandangan Kak Seto atas upaya doktrinasi paham radikal pada anak kecil seperti ini?
“Pada dasarnya menurut ilmu psikologi perkembangan, anak-anak adalah insan yang paling mudah untuk dibentuk perilakunya. Karena memang, semua tingkah laku manusia itu diperoleh melalui proses belajar. Dan itu dimulai dari usia yang sangat dini.”
“Kalau dari usia dini dimasukkan suatu pembelajaran mengenai karakter yang positif, yang sopan, santun, bisa bekerjasama, saling menghargai dan sebagainya, maka itu yang akan terbentuk menjadi karakter manusianya saat dewasa. Namun bila dari kecil dimasukkan dengan hal yang negatif, apakah pornografi, kekerasan, apakah paham-paham radikal dan sejenisnya, maka itu juga akan sangat intensif membentuk karakter anak tersebut dalam usia dewasa.”
“Kenapa? Karena anak-anak ibarat patung lilin yang pada masa awal, masih lentur, masih mudah dibentuk. Makin lama makin mengeras. Sehingga pada fase kemudian hanya tinggal menghaluskan struktur dasar yang sudah terbentuk. Jadi kalau dari kecil sudah dimasukkan ajaran-ajaran yang penuh radikalisme, penuh kekerasan, penuh dengan hal yang sifatnya negatif, maka itu yang akan terbangun dan membentuknya menjadi orang-orang yang berpaham radikal.”
Ini kan sudah terjadi, ada upaya sistematis menanamkan paham-paham radikal kepada anak-anak di sekolah. Bagaimana pendapat Kak Seto?
“Iya, ini sangat saya sayangkan. Memang dalam konteks perlindungan anak, mohon anak-anak dlindungi dari pengaruh negatif tadi, apakah dari pornografi, narkoba, ajaran kekerasan, radikalisme dan sebagainya. Mohon anak-anak jangan sampai kena. Karena anak-anak kita tidak tahu.”
“Kita pun tak tahu apakah itu sengaja disusupkan ke anak-anak kita? Sengaja diberikan agar nanti muncul orang-orang yang penuh dengan paham radikal? Tapi lebih baik kita tingkatkan kewaspadaan kita. “
Jika anak kecil sudah terpapar pengaruh paham radikal seperti ini, bagaimana cara menyikapinya?
“Ya, kembali saya tekankan, justru pada saat masih dini sangat mudah dibentuknya. Ibarat kalau patung lilin, mula-mula sudah dibentuk sebagai sebuah meja, tiba-tiba diubah menjadi manusia misalnya, itu kalau masih dalam keadaan lentur masih bisa diubah. Jadi mumpung masih anak-anak, mari kita selamatkan. Kita dekati dengan penuh kekuatan cinta, dengan kasih-sayang, diarahkan untuk menyadari bahwa itu sesuatu yang tidak benar. Bahwa benar itu seperti ini.”
“Jadi pendekatannya juga bukan dalam keadaan panik, lalu membentak dan memarahi anak, tapi harus meluruskan dengan cara-cara yang lembut dan penuh kasih-sayang.”
Bagaimana jika yang terpapar sudah beranjak remaja atau dewasa?
“Memang tak semudah pada waktu anak-anak. Lebih sulit, lebih keras. Dibutuhkan ketekunan, kesabaran untuk menyembuhkannya. Tetapi pada dasarnya masih tetap bisa diubah. Tapi sekali lagi, sulit, ibarat patung lilin yang sudah mengeras.”
“Mungkin ada cara-cara lain, misalnya dikasih air panas agar dihangatkan, agar menjadi lentur kembali. Nah, penghangatan ini tentu dengan sikap yang tadi, suasana hangat, penuh kasih-sayang, penuh rasa cinta.”
“Anak-anak remaja yang sudah terjerumus dalam narkoba, terjerumus dalam tindak kekerasan, dalam pengaruh paham-paham radikal harus didekati dengan kasih-sayang. Memang tak semudah pada waktu anak-anak, tapi dengan kekuatan kasih-sayang, ibarat menghangatkan lilin, maka pelan-pelan bisa diarahkan pada kekuatan yang positif.”
Bagaimana sebaiknya peran keluarga dalam hal ini?
“Memang keluarga adalah nomor satu. Anak-anak dari awal memang dekat dengan keluarga. Mohon keluarga juga bisa mendekati dengan kekuatan cinta. Sering terjadi keluarga justru menjadi sumber ketidaknyamanan anak-anak sehingga mereka lari keluar. Dan mereka terjerumus dalam berbagai perilaku negatif karena ketemu di luar yang mungkin terperangkap dalam hal-hal negatif tadi.”
“Jadi dalam upaya menggerakkan Gerakan Islam Cinta, dalam keluarga harus dimulai dulu keluarga yang penuh cinta, kasih sayang, persahabatan dan kerjasama. Bukan otoriter dan penuh nuansa kekerasan.”
Terakhir, ada pesan atau hal penting yang ingin disampaikan ke masyarakat terkait hal ini?
“Iya, saya selalu berprinsip, bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai anak-anak. Dan suatu bangsa yang harmonis, bangsa yang penuh aman dan damai, itu hanya dimulai dari keluarga yang penuh harmonis dan aman. Jadi marilah para orangtua mulai dari rumah. Bangun rumah yang penuh cinta. “
“Indonesia besar dimulai dari keluarga-keluarga yang besar dan penuh cinta kasih.” (Muhammad/Yudhi)