Berita
Kemunculan Imam Mahdi Menurut Syiah dan Ahlusunnah [6/6]
Kemunculan Imam Mahdi Menurut Syiah dan Ahlusunnah [6/6]
Sebelumnya Kepemimpinan Imam Ali as dan Keturunannya dalam Tinjauan Hadis dan Sunnah [5/6]
Sebagaimana kita jelaskan di atas, berdasarkan riwayat yang amat banyak yang diriwayatkan dari Rasul SAW, bahwa jumlah para imam mashum yang akan datang silih berganti dan menjadi pelanjut dan penerus jalan serta pembawa lentera hidayah bagi manusia adalah 12 orang, di mana imam kesebelas dari mereka telah melaksanakan tugas dan misi Ilahi dalam menjaga agama dalam kondisi tersulit yang ditabur oleh para penguasa penyembah kekuasaan, yang pada akhirnya mereka korbankan nyawa mereka di jalan agama Tuhan.
Keimamahan imam ke-12, Imam Mahdi as dimulai semenjak syahidnya Imam ke-11 (260 H), dan tetap berlangsung sampai saat ini hingga seterusnya. Hal ini menuntut kita untuk sedikit membahas sebagian hakikat yang berkaitan dengan keimamahan beliau.
Imam dan Hujjah Tuhan yang ke-12 ini lahir pada pertengahan bulan Syaban tahun 255 hijriyah, di kota Samira. Nama dan panggilan beliau sama dengan Rasul. Beliau memiliki beberapa gelar, di antaranya al-Hujjah, al-Qaim, Wali Ashr, al-Khalafush-shâleh, Shahibuz Zaman, Baqiytullah, dan al-Mahdi yang merupakan gelar termasyhur bagi beliau.
Imam Mahdi memiliki dua ghaibah: pertama, Ghaibah Shugra (pendek) yang berlangsung sangat singkat, dan kedua, Ghaibah Kubra (panjang). Ghaibah ini berlangsung sangat lama. Ghaibah Shugra berlangsung dari kelahiran beliau sampai tahun 329 Hijriah, sedang Ghaibah Kubra dari tahun 329 sampai masa kemunculan dan bangkitnya beliau nanti.
Kabar Gembira Kemunculan Imam Mahdi as dalam Hadis
Syiah maupun Ahlussunnah secara mutawatir menukil riwayat-riwayat yang mengatakan, “Pada akhir zaman nanti akan muncul seorang manusia yang bernama Mahdi yang akan melenyapkan kebodohan dan kezaliman, dan akan meyebarluaskan ilmu dan keadilan, dan ia akan menerapkan agama Tuhan di atas dunia, kendati para musyrik tidak menyetujui dan membencinya”.
Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa “Jika umur dunia hanya tinggal sehari, Tuhan akan memanjangkan hari itu sampai seorang anak manusia muncul yang akan memenuhi alam dengan keadilan, sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan penganiayaan”.
Mengingat pentingnya statistik riwayat-riwayat yang dinukil baik oleh kalangan Syiah maupun Ahlussunnah, berikut ini kami bawakan riwayat-riwayat tersebut yang kami bagi dalam 11 kategori:
- Sekitar 657 riwayat tentang kabar gembira kemunculan Imam Mahdi as.
- 389 riwayat yang menjelaskan tentang Mahdi dari Ahli Bayt Rasul.
- 214 riwayat yang menjelaskan bahwa Mahdi dari keturunan Ali as.
- 192 riwayat yang menjelaskan bahwa Mahdi dari keturunan Fatimah.
- 148 riwayat yang menjelaskan bahwa Mahdi adalah anak ke-9 dari keturunan Imam Husain as.
- 185 riwayat yang menjelaskan bahwa Mahdi dari keturunan Imam Ali Zainal Abidin.
- 146 riwayat yang menjelaskan bahwa Mahdi putra Imam Hasan Askari.
- 132 riwayat yang menjelaskan bahwa Mahdi akan memenuhi alam dengan keadilan.
- 91 riwayat yang menjelaskan bahwa Mahdi akan ghaib lama sekali.
- 318 riwayat yang menjelaskan bahwa Mahdi memiliki umur yang sangat panjang sekali.
- 136 riwayat yang menjelaskan mahdi adalah Imam ke-12 dari para Imam Ahlulbait.
Ahlussunnah dan Imam Mahdi
Begitu jelasnya kemutawatiran riwayat-riwayat yang menyebutkan kabar gembira akan muncul-Nya Mahdi as, sampai-sampai banyak dari para ulama Ahlussunnah yang mengakui dan menegaskan secara gamblang kemutawatiran riwayat-riwayat tersebut. Berikut ini sebagaian dari mereka:
Allâmah Syaukani dalam kitab at-Taudhîh fi Tawâturi mâ Jâ`a fil Muntazhar wa ad-Dajjâl wa al-Masîh;Hâfizh, Abu Abdillah Ganji Syafi’i (W 658 H.) dalam kitab al-Bayân fî Akhbâr Shâhibuz Zamân; Hâfizh ibn Hajar Al Asqalani Syafi’i (W 852 H.) dalam Fathul Bârî.
Atas dasar ini, keyakinan terhadap munculnya Imam Mahdi as bukanlah khusus bagi Syiah saja. Akan tetapi, Ahlussunnah juga meyakininya, walaupun menurut keyakinan mereka beliau as sampai sekarang belum dilahirkan ke dunia.
Bahkan Wahabiyah sendiri yang menjadi penentang nomor wahid Syi’h, tak mampu untuk mengingkarinya. Dalam statemen yang dikeluarkan oleh Râbithah al-‘Âlamil Islâmî pada tahun 1976 M. secara tegas disebutkan: ”… ketika kerusakan, kezaliman dan kekafiran telah menyebar luas di dunia, Allah SWT akan memenuhinya dengan keadilan melalui perantaranya (Mahdi) as, sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman. Ia merupakan khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidîn yang berjumlah 12 sebagaimana dikabarkan oleh Rasul SAW yang terdapat dalam kitab-kitab hadis yang sahih. Hadis-hadis yang berkaitan dengan hal ini banyak diriwayatkan dari para sahabat besar, seperti Ustman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, dan Abdurrahman bin Auf …”.
Selain statemen yang telah kita bawakan tadi, ada sebagian ulama non-Syiah yang juga menulis buku berkaitan dengan Imam Mahdi as, seperti Abu Nu’aim, pengarang kitab Akhbâr al-Mahdi, Ibn Hajar Haitsami yang menulis sebuah kitab berjudul al-Qaulul Mukhtashar fi ‘Âlâmât al-Mahdi al-Muntazhar dan Idris yang berkebangsaan Irak dan Maroko yang mengarang kitab al-Mahdi.
Misteri Ghaibnya Imam Mahdi as
Untuk menyingkap misteri ini, selayaknya bagi kita untuk membawakan sedikit momen dan peristiwa yang telah menimpa para imam suci as. Setelah Rasulullah meninggal dunia, mayoritas muslimin berbaiat kepada Abu Bakar, kemudian kepada Umar, lalu kepada Utsman. Pada zaman pemerintahan Utsman, masyarakat bangkit dan menentang ketidakadilan dan kezaliman yang dilakukan oleh para pemuka dan kalangan teras pemerintahan. Upaya protes dan penentangan mereka ini berakhir dengan terbunuhnya Utsman. Kemudian mereka membaiat Ali as. Pemerintahan beliau hanya bertahan sekitar 4 tahun saja. Pada masa pemerintahan beliau telah terjadi beberapa peperangan; perang melawan Ashhâbul Jamâl, bala tentara yang dipimpin Aisyah, perang melawan Muawiyah, dan melawan kaum Khawarij. Pada akhirnya, beliau pun syahid di tangan salah satu dari kaum Khawarij.
Imam Hasan al-Mujtaba pun atas perintah Muawiyah akhirnya syahid dengan diracun. Setelah kematian Muawiyah, Yazid anaknya tampil sebagai penggantinya dan pemegang kekuasaan. Ia peminum dan penenggak khamr yang selalu melanggar hukum agama secara terang-terangan.
Masyarakat secara bertahap menjauh dari sunnah nabi SAW dan melangkah menuju sebuah arah di mana tak tersisa lagi kata Islam di sana. Oleh karena itu, Imam Husain as bangkit, dan dengan syahadah yang sangat menyakitkan bersama 72 orang kerabat dan pengikut beliau, Islam tetap terjaga dari kehancuran dan kesirnaan. Akan tetapi, kondisi masyarakat kala itu tidak kondusif untuk mendirikan sebuah pemerintahan adil. Oleh karena itu, para imam yang datang setelah beliau, mulai bergerak di bidang peradaban dan budaya. Mereka mengajarkan, menyampaikan khazanah keilmuan Islami, dan mendidik pribadi-pribadi pilihan dan besar. Hal ini bukan secara praktis tidak memunculkan perlawanan bersenjata. Sejarah membuktikan bahwa mereka juga menggalang masyarakat untuk menentang pemerintahan zalim, sebagaimana mereka juga telah menanamkan harapan akan terwujudnya sebuah pemerintahan Ilahi yang menyeluruh dan mendunia. Namun, pada akhirnya mereka satu persatu meneguk cawan syahadah.
Berkat upaya para pemimpin–pemimpin Ilahi selama lebih kurang dua setengah abad, akhirnya hukum dan pengetahuan agama tersebar luas, dan Islam sendiri terselamatkan dari bahaya yang telah mengancam.
Adapun hal yang paling mengancam pemegang kekuasaan adalah janji akan munculnya Imam Mahdi as seorang imam yang telah dijanjikan akan memberangus kezaliman sampai ke akar-akarnya. Oleh karena itu, para penguasa yang sezaman dengan Imam Hasan Askari selalu mengontrol dan mengawasi beliau, supaya jangan sampai seorang anak terlahir darinya, dan jika hal itu terjadi, ia harus dibinasakan.
Imam Mahdi as lahir di dunia, dan beliau dijaga dari tipu daya dan makar atau tindakan anarkis para musuh supaya beliau tetap ada sebagai simpanan untuk menyelamatkan dunia. Oleh sebab itu, pada masa hidup Imam Hasan Askari as (sampai umur 5 tahun dari kelahiran beliau) orang-orang tidak mengetahui kelahiran imam kecuali beberapa gelintir orang khusus pengikut beliau. Setelah ayah beliau wafat, para pengikut Syiah berhubungan dengan beliau melalui para wakil khusus (yang berjumlah empat orang): Utsman bin Said, Muhammad bin Utsman bin Said, Husain bin Ruh dan Ali bin Muhammad Samari. Kemudian Ghaibah Kubra dimulai untuk waktu yang tak dapat diketahui, sampai suatu saat di mana manusia memiliki kesiapan untuk menerima pemerintahan Ilahi secara menyeluruh dan universal.
Baca juga Biografi Singkat Imam Muhammad Al-Mahdi a.s.
Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa rahasia keghaiban Imam Mahdi as adalah untuk menjaga jiwa beliau dari tindakan anarkis para zalim dan lalim, demi mewujudkan harapan dan tujuan Islami.
Sebagaimana telah disebutkan dalam riwayat bahwa Imam Shâdiq as berkata, “Imam Munthazar sebelum bangkit akan menghilang dari pandangan mata (ghaib)”. Ketika beliau ditanya, “Kenapa?”, beliau berkata, ”Karena Ia mengkhawatirkan jiwa dan keselamatannya”.
Akan tetapi perlu disadari bahwa keghaiban beliau ini memiliki hikmah lain seperti yang sudah dijelaskan dalam beberapa riwayat. Di antaranya sebagai ujian bagi manusia, dan menguji sejauh mana ketegaran dan ketabahan para pengikut Syiah setelah keghaiban hujjah Ilahi. Imam Kazhim as berkata, ”Ketika anak keturunanku yang kelima ghaib, kalianlah yang akan menjaga agama, ia terpaksa harus ghaib sehingga sebagian dari kaum Mukmin berpaling dari akidah mereka. Tuhan ingin menguji para hamba-Nya melalui keghaibannya…”.
Fungsi Wujud Imam Pada Masa Ghaibah
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sangatlah banyak riwayat dari Rasul SAW dan para imam yang menjelaskan tentang keghaiban Imam Mahdi as. Hal itu cukup membuat kita bertanya-tanya apa manfaat dan fungsi Imam dalam keghaibannya? Di sini kita akan bawakan beberapa jawaban yang telah disodorkan para ulama untuk menjelaskan permasalahan ini.
Nabi SAW ditanya, ”Apakah para Syiah pada masa keghaibannya mampu mendapatkan faedah dari wujud Imam?” Nabi menjawab, ”Ya, demi Tuhan yang telah mengutusku, manusia pada waktu keghaibannya dapat mendapatkan faedah darinya, dan dari cahaya wilayahnya. Sebagaimana matahari, dimana mereka juga dapat mengambil faedah dari matahari yang tersembunyi di balik awan”.
Imam Shâdiq berkata, “Dari masa di mana Tuhan menciptakan Adam as sampai terjadinya hari pembalasan nanti, bumi tidak pernah sunyi dari hujjah, baik Hujjah lahir atau yang ghaib. Jika hujjah Tuhan tidak ada, maka Tuhan tidak layak untuk disembah”. Perawi bertanya, ”Bagaimana cara manusia memanfatkan imam yang ghaib?” Imam berkata, ”Mereka dapat mengambil manfaat darinya sebagaimana mereka dapat merasakan manfaat dari matahari yang tersembunyi di balik awan”.
Penyerupaan (analogi) ini sangatlah tepat. Matahari yang tak terlihat dan bersembunyi dibalik awan, ia menyinari dan memberi kehangatan bagi alam, di mana cahayanya berdampak sangat baik sekali untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Imam Mahdi as pun juga demikian. Pada masa ghaibah, beliau ada dan hidup di sekitar kita seperti orang kebanyakan. Namun kita tidak bisa melihatnya. Ia bersama kita, tapi kita lupa kepadanya, dan anugerah wujud beliau memiliki dampak penuh berkah dan berharga sekali.
Berdasarkan riwayat-riwayat yang dinukil dari para imam disebutkan bahwa Imam merupakan inti alam eksistensi, poin terpenting alam keberadaan, yang tanpa keberadaannya langit dan bumi akan hancur. Imam Shadiq as berkata, “Jika bumi tak memiliki seorang imam, niscaya ia akan hancur dan sirna”.
Diriwayatkan dari Imam Ali Zainal Abidîn, “Dalam naungan wujud kita, Allah tegakkan langit, dan hanya dengan izin-Nya ia kekal. Dalam naungan wujud kita, Allah menjaga bumi dari goncangan dan hilangnya ketenangan para penghuninya. Berkat kita Allah menurunkan hujan, menyebarkan rahmat-Nya, dan berkah serta nikmat alam Ia keluarkan, dan jika pribadi seperti kita tidak ada di muka bumi, pastilah bumi akan menelan penghuninya”.
Begitu juga pada masa ghaibah, banyak pribadi-pribadi yang kendati tak terkenal yang telah dikabulkan berbagai hajatnya, baik material maupun spiritual berkat Imam Mahdi as.
Ditambah lagi, wujud Imam sendiri menyebabkan harapan manusia dan motor penggerak untuk melangkahkan kaki dalam proses penyucian jiwa, dan sebagai persiapan untuk menyambut kemunculan beliau.
Ringkasan
- Imam Mahdi as lahir pada tahun 255 H, keimamahan beliau dimulai sejak tahun 260 H. sampai saat ini.
- Ghaibah Sughrâ dimulai dari kelahiran, sampai tahun 329 H., sedang Ghaibah Kubrâ dimulai dari tahun berakhirnya Ghaibah Sughrâ sampai sekarang.
- Dalam riwayat-riwayat, baik dari kalangan Syiah maupun Ahlussunnah, secara mutawatir disebutkan, ”Di akhir zaman seorang bernama Mahdi akan muncul di mana ia akan melenyapkan kebodohan dan kezaliman, dan akan memenuhi alam dengan ilmu dan keadilan, ia akan membuat agama Tuhan sebagai undang-undang dunia walaupun para musyrik tidak rela akan hal tersebut”.
- Kemutawatiran riwayat-riwayat tersebut begitu jelasnya sampai-sampai sebagian dari ulama Ahlussunnah menegaskannya dengan terang-terangan. Oleh karena itu, mayoritas Ahlussunnah menerima kemunculan Imam Mahdi as.
- Rahasia utama keghaiban Imam adalah untuk menjaga nyawa belai dari bahaya para zalim. Hikmah yang lain adalah untuk menguji kekokohan para pengikut beliau dalam memegang Akidah dan keyakinan mereka.
- Imam adalah inti dan jantung dunia wujud. Tanpa keberadaannya, dunia akan hancur dan sirna. Oleh karena itu, keberadaan imam kendati ghaib adalah lazim dan merupakan sebuah keharusan. Sebagaimana manusia dapat mengambil manfaat dari matahari yang bersembunyi di balik awan, begitu juga manusia dapat merasakan anugerah wujud ghaib beliau. Di samping itu, pada masa ghaib tidak sedikit orang yang memiliki kebutuhan dan hajat yang terlaksana berkat uluran tangan dari wujud Imam as. Begitu juga wujud Imam merupakan penyebab tumbuhnya harapan manusia, sekaligus faktor penting dalam mensupport manusia dalam pembersihan jiwa dan persiapan untuk kemunculan beliau as.
Source: al-shia.org