Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Jangan Kau Larang Umat Islam Merawat Ingatan pada Tragedi Asyura!

Melarang diadakannya majelis peringatan Asyura adalah bentuk penodaan pada agama. Islam meminta umatnya untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting masa lalu untuk bisa dijadikan pelajaran dan diambil ibrahnya untuk menyesuaikan dengan konteks sekarang sehingga arah perjalanan umat Islam tetap sesuai dengan jalur yang diinginkan Alquran dan Assunnah, yang tidak terlepas dengan peristiwa masa silam.

Baca Menatap Karbala dengan Harapan

Kalau umat Islam meyakini pada hari Asyura (10 Muharram) terjadi banyak peristiwa penting yang tidak hanya terkait dengan Nabi-Nabi Allah namun juga dengan keluarga Nabi Muhammad saw dengan terbantainya Imam Husain as di Karbala, maka sudah semestinya hari Asyura diperlakukan beda dengan hari-hari pada umumnya. Hari Asyura adalah momen yang sudah sewajarnya dimanfaatkan untuk mengingatkan ummat, akan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada 10 Muharram tersebut, terutama kisah tragedi Asyura yang tidak boleh diabaikan. Oke, terdapat penyikapan dan pandangan berbeda antara Sunni dan Syiah mengenai peristiwa Karbala, namun tidak lantas tragedi terkelam dalam sejarah Islam tersebut ditenggelamkan begitu saja dan melewatkan hari Asyura setiap tahunnya seolah-olah pada 10 Muharram tidak pernah terjadi apa-apa. Sebab, baik Sunni maupun Syiah sepakat bahwa tragedi Asyura benar-benar terjadi, dan kepala Imam Husain as benar-benar dipisahkan dari tubuhnya.

Perbedaannya pada dimana kepala Imam Husain as dimakamkan. Setidaknya ada enam tempat kemungkinan, kepala Imam Husain as dimakamkan: Damaskus, Karbala, Raqqa, Ashkelon, Kairo atau Madinah. Pertanyaannya, pantaskah cucu Nabi Muhammad saw tersebut mendapatkan perlakuan sedemikian keji dan pantaskah itu diabaikan begitu saja oleh ummatnya, dan dengan enteng menyebutkan, biarlah menjadi peristiwa masa lalu dan tidak perlu dikorek-korek lagi?

Memperingati hari Asyura dengan menjadikannya sebagai momen memperingati hari kesyahidan Imam Husain as penting untuk merawat ingatan dan mengingatkan pada ummat, bahwa kebencian dan permusuhan pada Islam yang diajarkan Nabi Muhammad saw dan keluarganya telah ada tidak lama dari wafatnya Nabi Muhammad saw dan itu dilakukan oleh pihak-pihak yang mengaku dari kalangan umat Islam sendiri. Memberlakukan larangan secara serampangan dan menuding setiap penyelenggaraan majelis peringatan Asyura adalah bentuk kesesatan dan penodaan pada agama adalah hakekatnya adalah penodaan pada agama itu sendiri.

Baca Mengapa Asyura Diperingati Setiap Tahun?

Jika negeri ini merasa perlu memperingati tragedi G 30 S secara nasional untuk mengingatkan rakyat akan bahaya komunisme sembari menjaga kesetiaan rakyat pada Pancasila, maka Islam tentu jauh lebih butuh pada adanya majelis-majelis peringatan serupa untuk menjaga ummat ini tetap berada pada rel perjuangan Islam yang sesungguhnya. Jika ada yang disampaikan dan disebarkan dalam majelis duka Imam Husain as yang bertentangan dengan fakta sejarah, itu yang diluruskan, dibantah dan diprotes, sekeras-kerasnya kalau perlu. Tapi jangan pernah melarang, majelis memperingati tragedi Asyura untuk diadakan. Indonesia tidak lebih Islami dari Arab Saudi, Mesir dan Turki yang diketiga negara tersebut, majelis memperingati Asyura bahkan diselenggarakan secara massif dan terbuka dan di Arab Saudi sendiri tidak pernah menerapkan larangan memperingati Asyura. Apa Indonesia merasa lebih menjaga dan membela Islam dengan melarang-larang penyelenggaraan peringatan Asyura?.

Ramaikanlah majelis-majelis peringatan Asyura, jika ada yang bertanya, kalian mau kemana? jawablah, “Kami mau ke Karbala!!!”

-Ismail Amin Pasannai- [abna]

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *