Berita
Jalankan Agama Dengan Cinta
Nabi Muhammad saw saat mendefinisikan agama mengatakan, ‘al-hubbu asasi’, cinta adalah asas Islam. Cucu Rasulullah, Imam empat Mazhab, Imam Ja’far as-Shadiq as pun mengatakan ‘ad-diinu al-hubb’, agama adalah cinta.
Ya, cinta dan kasih-sayang adalah ruh dan asas dasar Islam. Namun ironisnya saat ini kita menghadapi fenomena aneh; Islam dijauhkan dari ruh cinta ini.
Keprihatinan ini diungkapkan Dr. Haidar Bagir, dalam talkshow dan peluncuran buku Mereguk Cinta Rumi dengan tema Cinta dalam Kajian Mistisisme Keagamaan dan Budaya Jawa di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (31/3).
“Agama adalah cinta itu sendiri. Sayangnya sudah terlalu lama agama tidak dipahami sebagai cinta,” ujar Haidar Bagir.
“Agama adalah cara orang belajar mengembangkan cinta. Tapi kemudian fundamentalisme yang penuh kebencian sekarang menggantikannya. Padahal fundamentalisme yang lahir dari modernisme ini anak haram agama. Anak kandung asli agama adalah cinta,” tekan Haidar.
Jawa, Semesta dan Ajaran Cinta
Mengurai bagaimana makna cinta dalam ajaran Jawa, Romo Albertus Bagus Laksana menyitir Serat Wedhotomo bahwa orang Jawa berenang dengan semangat cinta dalam samudera kehidupan.
“Kalau kita lihat dalam Serat Wedhotomo misalnya, jelas terlihat bagaimana cinta menjadi proses kehidupan orang Jawa. Laku, tirakat, yang ujungnya untuk mencapai cinta Ilahi menjadi formasi kehidupan orang Jawa,” terang Romo Bagus.
“Kalau dalam Kristiani laku pembersihan hati itu juga ada, via purgativa, dibersihkan dari kekotoran, lalu via illuminativa, ketika hati bersih hati mendapatkan pencerahan, dan tahap ketiga, via unitiva, bersatu dengan Samudera Cinta itu,” ujar Romo Bagus.
Menanggapi hal ini Haidar Bagir juga menjelaskan dalam Islam, Hindu, agama lokal, semuanya memiliki prinsip yang sama. Prinsip cinta.
Haidar Bagir juga mengkritik salah satu ciri agama yang jauh dari ruh cinta adalah ketidakpekaan agama-agama ‘modern’ terhadap lingkungan hidup.
“Agama modern tiba-tiba sekarang jadi agama anti lingkungan hidup. Kenapa? Karena hilangnya prinsip cinta itu. Sejatinya ini bukan agama, tapi agama yang keliru dipahami,” ujar Haidar.
“Orang beragama pasti memandang segala sesuatu adalah tanda. Alam itu tanda (ayat), yang kalau kita ikuti akan sampai ke Tuhan. Karena itu seorang beragama pasti mencintai alam dan lingkungan.”
“Sungguh mengherankan kalau sekarang orang lupa alpha dan omeganya agama itu adalah cinta,” keluh Haidar. (Muhammad/Yudhi)