Berita
Islam Nusantara Diyakini Mampu Membendung Gerakan Ekstremisme
Jepara – BEM Kampus Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNINSU) Jepara, bersama PMII dan Gusdurian menginisiasi seminar internasional “Dinamika Islam Internasional Pasca Arab Spring” di Masjid Ar-Robbaniyyun, Sabtu (9/6/2018). Seminar yang disambung buka puasa bersama itu menghadirkan pembicara dari Iran Ebrahim Zargar, M.A., dan dosen dari UNISNU sendiri, M. NashruI Haqqi S. Th. I, M. Hum.
Ebrahim Zargar mengatakan, Arab Spring bermula dari Negara-negara diktator yang sudah lama bercokol di negaranya, kemudian rakyat dengan dorongan dunia luar memprotes ketidakadilan penguasanya dan melakukan pemberontakan.
Baca juga: Seminar Kepemimpinan dalam Perspektif Islam
“Ketidakstabilan Tunisia, Libya, Mesir dan Suriah terjadi karena masuknya ekstrimis yang berafiliasi dengan ISIS dan Ikhwanul Musliminin. Bermula dari Tunisia ketika menjatuhkan Ben Ali, diktator yang sudah 32 tahun berkuasa,” ungkap Ebrahim.
Menurut Ebrahim, ada satu kesamaan dari semua gerakan Arab Spring di negara-negara itu, yaitu pemaksaan untuk mendirikan sistem khilafah. Tapi sampai sekarang sistem khilafah itu tidak pernah bisa berdiri dan justru menjadi alat imperialis Amerika dan Israel untuk mengeruk sumber daya alam Negara-negara Muslim di tengah kehancuran.
“Contohnya Libya. Qaddafi berkuasa selama 42 lalu ditumbangkan. Sampai sekarang masih terjadi perang, ISIS masuk lalu perusahaan minyak dunia mengeruk sumber daya alam Libya,” papar Ebrahim dalam acara yang dihadiri sekitar seratus orang itu.
Baca juga: Dikotomi Agama dan Pancasila, Ancaman Keutuhan Bangsa
Bahkan semua negara yang sekarang hancur memiliki hubungan baik dengan Amerika Serikat (AS) dan Israel. Hanya Suriah yang hingga kini gigih menentang AS dan sekutunya. Suriah juga memerangi teroris yang datang dari berbagai negara.
“Suriah bertahan karena ada dukungan Iran, di samping Rusia juga.” Katanya.
Pembicara yang beberapa kali datang ke Indonesia itu menegaskan bahwa jargon Khilafah selesai pasca Khulafa Rosyidin dan tidak cocok untuk masa sekarang. Karena sejak Muawiyah hingga Turki Usmani berkuasa, sistem monarkilah yang dipakai.
Baca juga: Kepemimpinan dalam Islam
Sementara itu, M. NashruI Haqqi mempertegas bahwa Islam Nusantara ala NU terbukti sejak kemerdekaan hingga sekarang mampu melawan pengaruh-pengaruh dunia luar. “Islam yang dipertontonkan dunia Arab tidaklah cocok diterapkan di Indonesia.” Ucapnya.
Menurutnya, pengaruh dunia Arab kepada Indonesia pasti terjadi, buktinya ada HTI, MTA dan gerakan-gerakan garis keras lainnya. Pasca reformasi dan tumbangnya Orde Baru, gerakan-gerakan ektrimis mulai menampakkan diri. Ketika di Timur Tengah terjadi Arab Spring, di Indonesia juga terjadi gerakan yang sama, yaitu gerakan politik berbau agama yang muncul dengan beragam frame yang ada.
“Namun NU berhasil menetralisir pengaruh buruk tersebut. Apa yang dilakukan NU dengan mengenalkan ‘Islam ramah’ di tengah gempuran ideologi Wahabi dan garis keras lainnya. Bahkan menjadi inspirasi dunia Islam yang sedang dilanda konflik saat ini,” katanya.
Baca juga: Dunia Pendidikan Terpapar Radikalisme
“Afganistan dan Mesir mengapresiasi dengan baik upaya Indonesia dalam melawan gerakan-gerakan yang datang dari luar itu. Grand Syeikh Al-Azhar sendiri mengapresiasi upaya bangsa Indonesia ini,” pungkasnya. (Muh/Ahlulbaitindonesia)