Internasional
Yaman Peringatkan Perusahaan Asing di Saudi dan UEA untuk Hengkang
Yaman Peringatkan Perusahaan Asing di Saudi dan UEA untuk Hengkang
Gagalnya kesepakatan perpanjangan gencatan senjata yang ditengahi PBB dan telah berlangsung selama enam bulan membuat pasukan Yaman kembali siap siaga. Pasukan Yaman telah memperingatkan perusahaan asing yang beroperasi di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk segera meninggalkan kedua negara Teluk Persia itu.
Melalui postingan di Twitter pada Rabu pagi (5/10), juru bicara angkatan bersenjata Yaman, Brigadir Jenderal Yahya Sare’e mendesak perusahaan asing yang ada di dua negara “agresor” yang menghancurkan Yaman untuk memindahkan operasi mereka ke negara lain yang “lebih kecil risikonya” untuk mencegah “kerugian lebih lanjut”, dilansir Press TV.
“Anda harus mentransfer investasi Anda dari negara agresor ke negara yang kurang berisiko untuk mencegah kerugian lebih lanjut. Termasuk dari UAE dan Arab Saudi,” tulis Brigadir Jenderal Yahya Sare’e.
Sebelumnya, Sare’e telah memperingatkan perusahaan minyak yang beroperasi di Arab Saudi dan UEA untuk berkemas dan pergi dari dua negara agresor itu karena kegagalan kesepakatan memperpanjang gencatan senjata yang ditengahi PBB.
Gencatan senjata dilangsungkan untuk dua bulan pertama, yang pertama kali dilakukan sejak 2016, dimulai pada 2 April dan diperbarui dua kali.
Baca juga : Poros Perlawanan Lancarkan 27 Serangan Hantam Rezim Zionis
“Selama negara-negara agresi Amerika-Saudi tidak berkomitmen pada gencatan senjata yang memberi rakyat Yaman hak untuk mengeksploitasi kekayaan minyak mereka demi gaji pegawai negara Yaman, angkatan bersenjata memberi perusahaan minyak yang beroperasi di UEA dan Arab Saudi kesempatan untuk segera pergi,” tweetnya pada Minggu malam, dengan menekankan telah “diperingatkan sebelumnya”.
“Jika koalisi Saudi dan Emirat terus merampas akses rakyat Yaman ke sumber daya mereka, pasukan militer kami dapat, dengan bantuan Tuhan, merampas sumber daya mereka,” tandas juru bicara militer Yaman itu.
Gerakan perlawanan Ansarullah Yaman yang populer mengatakan dalam sebuah pernyataannya pada Sabtu lalu bahwa gencatan senjata berada di “jalan buntu.”
“Selama enam bulan terakhir, kami belum melihat adanya keinginan serius untuk menangani masalah kemanusiaan sebagai prioritas utama,” kata pernyataan itu, mengecam koalisi agresor pimpinan monarki Saudi yang gagal menyetujui langkah-langkah untuk “mengurangi penderitaan rakyat Yaman.”
Arab Saudi melancarkan agresi ke Yaman sejak Maret 2015, bekerja sama dengan sekutu Arabnya dan dengan dukungan senjata dan logistik dari AS serta negara-negara Barat lainnya.
Mereka bertujuan mendudukan kembali rezim Abd Rabbuh Mansur Hadi yang merupakan “boneka” Riyadh di tahta kekuasaan sekaligus menghancurkan gerakan perlawanan Ansarullah yang populer. Namun, koalisi agresor yang dipimpin rezim monarki Saudi ini telah gagal mencapai salah satu tujuannya, namun perang telah menewaskan ratusan ribu warga Yaman dan melahirkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Baca juga : Yahya Saree: Yaman Siap Melawan Setiap Agresi