Internasional
Yaman: Keputusan Perang Bukan Ditangan Saudi Tapi AS & Inggris
Yaman: Keputusan Perang Bukan Ditangan Saudi Tapi AS & Inggris
Wakil Menteri Informasi Yaman, Fahmi Yousefi mengatakan bahwa monarki Arab Saudi dan sekutunya, yang terlibat dalam kampanye militer menghancurkan dan pengepungan habis-habisan dengan brutal terhadap Yaman, tidak dapat memutuskan untuk mengakhiri krisis Yaman yang sedang berlangsung karena hanya Amerika Serikat dan Inggris yang bisa memutuskannya.
Yousefi membuat pernyataan itu dalam sebuah wawancara dengan kantor berita IRIB pada Selasa (29/3), menyusul pengumuman gencatan senjata tiga hari oleh gerakan perlawanan Ansarullah Yaman yang populer dengan koalisi agresor pimpinan Saudi.
“Begitu kami menerima tanggapan, kami akan mempelajarinya dengan serius. Tapi sepertinya rezim Saudi dan anggota koalisi agresor lainnya tidak dapat mengambil keputusan seperti itu, karena keputusan untuk perang Yaman dibuat di Washington dan London,” katanya, seperti dilansir PressTV.
Wakil menteri informasi Yaman lebih lanjut mengatakan, monarki totaliter Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) harus mendapatkan persetujuan Gedung Putih untuk keputusan tersebut dan bahwa mereka bahkan tidak dapat memutuskan pertukaran tahanan atau masalah kemanusiaan.
Baca juga : Lingkaran Media Zionis Akui Kekuatan Kelompok Perlawanan Palestina
Yousefi juga mengatakan bahwa angkatan bersenjata Yaman akan melanjutkan operasi pembalasan mereka dengan segala cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan pengepungan yang kejam, menghentikan agresi, dan memulai negosiasi damai antara Pemerintah Keselamatan Nasional yang berbasis di Sana’a dengan koalisi militer pimpinan Saudi.
“Kami tidak akan pernah mundur dari inisiatif. Kami menganggapnya sebagai mekanisme nyata dan praktis untuk menghentikan agresi dan memulai negosiasi serius. Negosiasi atau dialog apapun harus menjamin penghentian permusuhan dan pencabutan pengepungan dan harus mengedepankan solusi untuk masalah kemanusiaan,” katanya.
Arab Saudi melancarkan agresi brutal yang menghancurkan terhadap Yaman sejak Maret 2015, bekerjasama dengan sejumlah sekutunya, termasuk monarki UEA, dan dukungan senjata dan logistik dari AS dan beberapa negara Barat.
Baca juga : Rudal Perlawanan Palestina Hantam Tel Aviv