Internasional
Wakil Menteri Yaman: Blokade Rezim Saudi Jadi Hambatan Perdamaian
Wakil Menteri Luar Negeri Yaman, Hossein Ezi, pada Sabtu (5/6) mengatakan, koalisi yang dipimpin rezim monarki Saudi menggunakan blokade ketat terhadap puluhan juta warga Yaman sebagai “senjata untuk mengekstrak keuntungan politik dan militer.”
Dilansir dari Parstoday, Minggu (6/6) Ezi mengutuk tindakan ilegal seperti itu oleh musuh yang menyerang dan mencelanya sebagai “hambatan utama bagi perdamaian”, seperti disiarkan jaringan televisi Yaman, al-Masirah.
“Setiap pembicaraan tentang perdamaian akan tetap membosankan. Semua keraguan tentang niat kami menuju negosiasi akan tetap tidak adil dan tidak dapat dipahami selama pengepungan berlanjut,” tulis wakil menteri Yaman dalam sebuah posting di akun Twitter resminya.
Agresi militer brutal yang dipimpin rezim monarki Saudi telah menyebabkan ratusan ribu orang Yaman tewas, dan jutaan lainnya mengungsi. Kebrutalan itu juga telah merusak banyak infrastruktur negara, menghancurkan rumah sakit, sekolah, dan pabrik.
Musuh yang menyerang selama bertahun-tahun memberlakukan blokade habis-habisan di negara miskin itu. Pengepungan itu termasuk penutupan Bandara Internasional Sana’a, yang membuat makanan dan pasokan medis tidak mungkin menjangkau warga miskin di negara yang dilanda agresi itu.
Rezim Saudi juga memberlakukan blokade laut yang ketat di Yaman, khususnya di Hudaydah, yang menjadi penyelamat bagi negara miskin itu, sejak Agustus 2015, lima bulan setelah perang dimulai.
“Kami mengingatkan semua orang bahwa pengepungan terhadap 40 juta warga Yaman adalah tindakan yang sangat disayangkan dan mengerikan,” lanjut Ezi.
Angkatan bersenjata Yaman dan sekutu Komite Populer, bagaimana pun, telah melakukan perlawanan terhadap penjajah yang dipimpin Saudi, dan meninggalkan Riyadh dan sekutunya terjebak di negara itu.
Agresi brutal Saudi telah menyebarkan kelaparan dan penyakit menular di seluruh negeri. PBB mengatakan, lebih dari 24 juta warga Yaman sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, termasuk 10 juta warga yang menderita kelaparan tingkat ekstrim. Badan dunia itu juga menyebut situasi di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.