Internasional
Syaikh Naeem Qassem: Mendukung Gaza adalah Kewajiban Mulia
Ahlulbait Indonesia – Syaikh Naeem Qassem menegaskan bahwa mendukung Gaza adalah kewajiban mulia yang harus dipikul oleh seluruh dunia Arab dan Muslim, bukan hanya Hizbullah. Ia menjelaskan bahwa ketika banyak pihak gagal menjalankan tanggung jawab ini, agresi zionis terus meningkat, mengokohkan tirani mereka atas rakyat Palestina.
Dalam pidatonya yang disiarkan melalui Al-Manar, Sabtu (14/12), Syaikh Qassem menyinggung kemungkinan serangan rezim zionis terhadap Lebanon yang telah diprediksi Hizbullah sejak lama. Meski waktu serangan tidak bisa dipastikan, ia menekankan bahwa agresi ini bukan hanya reaksi atas dukungan Gaza, melainkan bagian dari agenda zionis untuk menghancurkan perlawanan yang menghalangi ambisi ekspansi mereka di kawasan.
Ia mengingatkan bagaimana serangan zionis telah menargetkan para pemimpin Hizbullah, termasuk syahid Sayyid Hasan Nasrallah, serta menghancurkan infrastruktur komunikasi. Serangan brutal itu juga menimbulkan penderitaan luar biasa di antara warga sipil. Namun, menurutnya, meskipun zionis mengklaim telah melakukan berbagai operasi militer besar, mereka gagal mencapai tujuan mereka. Sebaliknya, mereka beralih pada serangan barbar yang menargetkan anak-anak, wanita, dan rumah-rumah warga sipil.
Syaikh Qassem menegaskan bahwa pengorbanan besar telah diberikan oleh perlawanan dan masyarakat, tetapi musuh tetap gagal menghancurkan Hizbullah. Ia menjelaskan bagaimana rudal-rudal Hizbullah menghantam jantung wilayah pendudukan, menyebabkan kerusakan besar dan membuat hampir 200 ribu pemukim mengungsi. Serangan ini juga berhasil melumpuhkan banyak tentara zionis, memberikan pukulan besar pada ekonomi dan stabilitas sosial di wilayah pendudukan.
Baca juga : Anak-anak Gaza Berjuang di Tengah Trauma Perang
Dalam perjuangan ini, Syaikh Qassem memuji keberanian rakyat yang mendukung perlawanan meski harus menanggung pengorbanan besar. Menurutnya, dukungan rakyat adalah kekuatan utama yang membuat perlawanan tetap teguh dan relevan. Ia menyebut bahwa kemenangan ini adalah bentuk pertolongan ilahi yang menunjukkan bahwa jalan untuk mengalahkan perlawanan oleh zionis telah tertutup rapat.
Syaikh Qassem juga menyinggung kesepakatan gencatan senjata yang akhirnya diinisiasi oleh pihak zionis melalui perantara Amerika Serikat. Kesepakatan ini, menurutnya, bukanlah tanda kekalahan, melainkan bukti bahwa zionis tak lagi mampu melanjutkan agresinya tanpa kehilangan lebih banyak lagi. Namun, ia mengingatkan bahwa kesepakatan ini hanya menghentikan agresi sementara dan tidak mengakhiri komitmen Hizbullah untuk melanjutkan perlawanan hingga tujuan yang adil tercapai.
Ia menegaskan bahwa legitimasi perlawanan lahir dari keyakinan terhadap keadilan, kebebasan, dan martabat, serta semangat untuk mempertahankan tanah air. Perlawanan, menurutnya, adalah perjalanan panjang yang mungkin memakan waktu puluhan tahun, tetapi keberlanjutan dan ketahanannya adalah inti dari perjuangan ini. Pengorbanan yang dilakukan bukanlah tanda kelemahan, melainkan harga yang harus dibayar untuk mempertahankan eksistensi dan kedaulatan.
Dalam pandangannya, keberhasilan perlawanan di setiap tahap ditentukan oleh adaptasi dan fleksibilitas strategi. Ia menyebut bahwa tanpa keteguhan rakyat Lebanon, zionis mungkin sudah menduduki Beirut. Oleh karena itu, sinergi antara tentara, rakyat, dan perlawanan menjadi pilar utama yang menjaga kekuatan dan persatuan Lebanon.
Di akhir pidatonya, Syaikh Qassem menegaskan bahwa ancaman ekspansionis zionis masih nyata, dan perlawanan akan terus menjadi benteng terakhir dalam mempertahankan martabat Lebanon dan Palestina. Perlawanan, katanya, bukan hanya tentang perang senjata, tetapi juga tentang keyakinan dan perjuangan tanpa henti melawan ketidakadilan.
Baca juga : Imam Ali Khamenei: Intervensi AS dan Zionis di Suriah Akan Gagal