Internasional
Sayyid Hasan Nasrallah Ungkap Operasi Hari Arbain
Sayyid Hasan Nasrallah Ungkap Operasi Hari Arbain
Di tengah ketegangan yang memanas, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayyid Hasan Nasrallah, memberikan pidato yang mengguncang dunia pada Minggu pagi (25/8). Dalam pidatonya yang penuh dengan ketegasan dan keberanian, Sayyid Hasan mengungkapkan detail operasi perlawanan terbaru yang dijuluki “Operasi Hari Arbain.” Operasi ini dilakukan sebagai balasan atas agresi zionis di pinggiran selatan Beirut dan atas syahidnya Komandan Militer Sayyid Fuad Shokr serta sejumlah warga sipil.
Dilansir al-Manar, Sayyid Hasan menegaskan bahwa perlawanan telah siap membalas sejak hari pertama syahidnya Sayyid Mohsen. Namun, mereka memilih untuk menunda respon untuk mengevaluasi apakah serangan ini harus dikoordinasikan di seluruh poros perlawanan atau dilakukan oleh front individu. Mereka juga menunggu kesempatan untuk negosiasi yang bertujuan menghentikan agresi terhadap Gaza. Sayyid Hasan menyoroti bahwa negosiasi berlangsung lama karena Perdana Menteri zionis, Benjamin Netanyahu, menambah syarat-syarat baru yang memberatkan perlawanan di Gaza.
“Penundaan dalam operasi ini terjadi karena mobilisasi Amerika dan zionis, dan penundaan ini juga sebagai bentuk hukuman bagi musuh. Kami menunda respon kami untuk memberi waktu cukup bagi negosiasi terkait Gaza,” kata Sayyid Hasan.
Mengumumkan nama operasi militer besar-besaran ini sebagai “Operasi Hari Arbain,” Sayyid Hasan menjelaskan bahwa operasi ini dirancang untuk menargetkan situs-situs militer yang terkait dengan operasi pembunuhan, seperti pangkalan intelijen atau fasilitas angkatan udara, yang terletak sangat dekat dengan Tel Aviv. Di antara target yang diidentifikasi adalah pangkalan “Galilot,” sebuah pusat intelijen utama yang menampung Unit 8200, berjarak 110 kilometer dari perbatasan Lebanon dan hanya 1.500 meter dari Tel Aviv.
Baca juga : Yaman Beraksi di Laut Merah, Dua Kapal Diserang
“Kami telah menetapkan pedoman untuk respon kami, memastikan bahwa target bukanlah warga sipil atau infrastruktur musuh, melainkan situs militer yang langsung terkait dengan operasi pembunuhan,” ujar Sayyid Hasan.
Operasi yang dimulai pada pagi hari Arbain Imam Hussein (AS) ini menandai kali pertama drone diluncurkan dari wilayah Bekaa, Lebanon, dan berhasil melintasi perbatasan Palestina yang diduduki. Sayyid Hasan juga mengungkapkan bahwa Hizbullah telah merencanakan untuk meluncurkan 300 roket Katyusha dan drone untuk menghabisi Iron Dome dan misil pencegat, memungkinkan drone untuk mencapai target yang dituju.
“Data kami menunjukkan bahwa sejumlah besar drone berhasil mencapai dua target yang ditentukan; namun, seperti biasa, musuh merahasiakan informasi ini,” tambahnya.
Lebih jauh, Sayyid Hasan menyoroti kegagalan intelijen dan operasi preemptif musuh, serta memuji keberanian perlawanan dalam menjalankan operasi meskipun ada upaya musuh untuk menutup Tel Aviv dan bandara-bandara mereka. Dia menekankan bahwa ini adalah operasi besar pertama yang dilakukan tanpa kehadiran mendiang Sayyid Fouad, tetapi berhasil dilakukan dengan sempurna.
Mengakhiri pidatonya yang bersejarah, Sayyid Hasan memperingatkan musuh zionis: “Musuh harus memahami dan sangat berhati-hati terhadap perubahan strategis yang sedang terjadi. Lebanon tidak lagi lemah dan tidak dapat dengan mudah ditundukkan.” Peringatan keras ini menegaskan kembali bahwa Hizbullah tetap menjadi kekuatan yang tangguh dan siap menghadapi segala tantangan.
Baca juga : Sekolah di Gaza Dihancurkan, Hamas: Zionis Terus Lakukan Pembantaian