Internasional
Saudi Mengadu ke PBB, Yaman: Hak Kami Sah Membalas Serangan
Yaman menegaskan bahwa angkatan bersenjatanya memiliki hak yang sah untuk membalas setiap agresi serangan yang dilancarkan koalisi militer pimpinan Saudi. Hal itu disampaikan setelah Riyadh mengadu ke Dewan Keamanan PBB atas serangan rudal Yaman pada pabrik distribusi produk minyak Aramco di kota pelabuhan kerajaan di Jeddah.
“Rezim Saudi, terlepas dari semua seruannya untuk kecaman dan upaya untuk menggambarkan dirinya sebagai korban, tidak dapat lepas dari kenyataan bahwa mereka adalah agresor dan melanggar hak-hak rakyat Yaman,” kata juru bicara pejuang Houthi Ansarullah Yaman Mohammed Abdul-Salam, dalam sebuah postingan di akun Twitter-nya pada Selasa (24/11), seperti dikutip ABNA.
Ia menambahkan, “Seluruh dunia tahu, adalah rezim Saudi yang melancarkan agresi dan pengepungan [terhadap Yaman], dan terus menyerang bersama komplotannya.”
“Selama rezim Saudi terus berperilaku seperti itu, ia hanya harus menunggu tanggapan dan pertahanan yang sah kecuali jika mereka mengakhiri agresi dan mencabut blokade,” kata Abdul-Salam.
Selain itu, anggota politbiro Ansarullah Ali al-Qahoum juga mengatakan kepada jaringan berita televisi al-Mayadeen yang berbasis di Lebanon pada Selasa malam bahwa kebingungan rezim Riyadh atas serangan rudal di pabrik Saudi Aramco di Jeddah adalah bukti dari meningkatnya kemampuan angkatan bersenjata Yaman.
Qahoum mencatat bahwa serangan berikutnya oleh angkatan bersenjata Yaman akan lebih menyakitkan.
Duta Besar Arab Saudi untuk PBB Abdallah al-Mouallimi menulis dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan pada Senin (23/11) bahwa pasukan Yaman harus disalahkan atas serangan rudal di pabrik minyak Aramco di Jeddah pada hari sebelumnya.
Ia mendesak badan beranggotakan 15 orang itu untuk menghentikan apa yang dia gambarkan sebagai “ancaman” terhadap keamanan energi global, proses politik Yaman, dan keamanan regional.
Arab Saudi telah mengakui bahwa serangan Yaman menargetkan “inti ekonomi global dan rute pasokannya”, yang menyebabkan kerusakan besar pada fasilitas distribusi Aramco.
Sementara Sana’a mengatakan serangan itu adalah tanggapan terhadap agresi yang dipimpin Riyadh dan pengepungan Yaman, dan itu “mirip dengan apa yang terjadi di Khurais dan Abqaiq,” mengacu pada serangan di dua fasilitas minyak Saudi pada 2019 yang memangkas separuh produksi minyak kerajaan dan berakibat pada harga minyak global melonjak.
Rezim Arab Saudi dan sejumlah sekutu regionalnya mulai melancarkan agresi militer yang sangat brutal terhadap Yaman pada Maret 2015 (setelah diberi lampu hijau oleh Dewan Keamanan PBB melalui resolusi 2216 tahun 2015). Tujuan agresi itu adalah membawa pemerintahan mantan Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi kembali berkuasa dan menghancurkan gerakan popular Ansarullah.
Proyek Data Peristiwa dan Lokasi Konflik Bersenjata (ACLED) yang berbasis di AS, sebuah organisasi penelitian konflik nirlaba, memperkirakan bahwa selama lima tahun terakhir, perang itu telah merenggut lebih dari 100 ribu nyawa.
Gerakan Ansarullah, yang didukung oleh angkatan bersenjata, telah membela Yaman melawan aliansi yang dipimpin monarki Saudi, mencegah para agresor memenuhi tujuan perangnya yang mengerikan itu.