Internasional
Rezim Zionis Diduga Tutupi Jumlah Korban Perang di Gaza

Ahlulbait Indonesia – Dugaan bahwa rezim Zionis menyembunyikan jumlah korban perang di Gaza semakin menguat seiring dengan munculnya perbedaan signifikan antara angka resmi yang diumumkan militer dan data yang terungkap di lapangan. Sejumlah laporan menunjukkan bahwa jumlah tentara yang tewas dan terluka jauh lebih besar dibandingkan angka yang dirilis secara resmi oleh militer Israel.
Menurut laporan Press TV, Kamis (6/2), dalam konferensi Work Programs Kementerian Urusan Militer pada Minggu, Mayor Jenderal Eyal Zamir, yang baru menjabat sebagai Kepala Staf Militer Zionis, secara terbuka mengakui bahwa jumlah korban di kalangan tentaranya lebih besar dari yang dilaporkan secara resmi.
Perbedaan Data Korban Militer Zionis
Militer Zionis mengklaim bahwa sejak dimulainya serangan ke Gaza pada 7 Oktober 2023, mereka kehilangan 844 tentara tewas dan 5.696 lainnya terluka. Namun, dalam pernyataan Zamir, sedikitnya 5.942 keluarga telah dikategorikan secara resmi sebagai “keluarga berduka”, sebuah istilah yang digunakan khusus bagi keluarga tentara yang gugur dalam tugas.
Selain itu, lebih dari 15.000 tentara tercatat dalam sistem rehabilitasi akibat luka fisik dan gangguan mental pascaperang, yang semakin memperkuat dugaan bahwa otoritas militer Israel sengaja mengecilkan angka kerugian mereka.
Dugaan manipulasi data ini bukan pertama kalinya terjadi. Pada Desember 2023, harian Haaretz melaporkan bahwa militer Israel hanya mengakui 1.593 tentaranya terluka dalam periode Oktober–Desember. Namun, data dari rumah sakit menunjukkan bahwa jumlah sebenarnya mencapai 10.548 tentara terluka.
Haaretz juga mengungkapkan bahwa setiap bulan, sekitar 1.000 tentara terluka harus menjalani perawatan di pusat rehabilitasi, mengindikasikan skala korban yang jauh lebih besar daripada yang diumumkan secara resmi.
Baca juga : Serangan Brutal Zionis di Tepi Barat: Penangkapan Massal dan Pengusiran Warga
Kerugian di Pihak Palestina
Sementara itu, agresi militer Israel terhadap Gaza telah menyebabkan 47.583 warga Palestina tewas, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, 111.633 warga lainnya mengalami luka-luka sejak serangan dimulai pada Oktober 2023.
Meskipun kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan mulai berlaku pada 19 Januari, kekerasan terhadap warga Palestina belum sepenuhnya berhenti. Di wilayah pendudukan Tepi Barat, pasukan dan pemukim Israel masih terus melakukan serangan, yang telah menewaskan sedikitnya 905 warga Palestina sejak agresi dimulai.
Analisis: Strategi Manipulasi Data dan Opini Publik
Penutupan informasi terkait jumlah korban di pihak Israel diyakini sebagai bagian dari strategi politik dan militer untuk mempertahankan dukungan publik di dalam negeri serta menghindari dampak psikologis di kalangan tentara dan keluarganya.
Manipulasi angka korban juga berfungsi untuk mengurangi tekanan internasional terhadap Israel dalam konflik Gaza. Jika angka korban yang sebenarnya terungkap, hal ini berpotensi melemahkan dukungan politik dan memperkuat tuntutan gencatan senjata yang lebih luas di komunitas internasional.
Di sisi lain, meskipun dunia internasional semakin banyak mengecam tindakan Israel, perbedaan laporan jumlah korban ini mencerminkan upaya sistematis untuk mengontrol narasi perang, baik di dalam negeri maupun di panggung global.
Perbedaan mencolok antara data resmi dan temuan independen mengenai jumlah korban di pihak militer Israel menimbulkan pertanyaan besar terkait transparansi pemerintah Tel Aviv dalam menyampaikan informasi kepada publik.
Di tengah meningkatnya tekanan internasional dan dampak perang yang terus meluas, manipulasi angka korban bisa menjadi senjata propaganda bagi Israel untuk mempertahankan citranya di hadapan dunia. Namun, dengan semakin banyaknya laporan independen yang membongkar perbedaan angka ini, tekanan global terhadap Israel untuk lebih transparan dalam melaporkan kondisi perangnya akan semakin meningkat. []
Baca juga : 160 Organisasi Desak Uni Eropa Boikot Permukiman Zionis