Internasional
Lewat Normalisasi, Zionis Legitimasi Kejahatannya atas Palestina
Hingga hari ini, kejahatan zionis masih terus berlanjut. Termasuk merampas tanah dan menghancurkan rumah-rumah milik warga Palestina di Tepi Barat dan Jerusalem. Sementara wilayah Gaza masih diblokade sejak 2007 hingga sekarang, yang menutup suplai pangan, obat-obatan, air, bahan bakar, dan lain-lain bagi warga.
Untuk melegitimasi tindakan brutal nan biadab ini, rezim zionis mencoba membujuk para monarki Arab untuk membuka hubungan bilateral. Tujuannya agar terbangun citra manipulatif di mata umat Muslim bahwa entitas ilegal zionis itu merupakan negara yang legal.
Miko Peled, aktivis HAM berdarah Yahudi, mengatakan, perjanjian zionis dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk normalisasi hubungan adalah strategi rezim palsu zionis untuk memobilisasi dukungan sebanyak mungkin di dunia Arab. Tujuannya tak lain untuk melegitimasi kejahatan rezim kolonial itu di Palestina.
“Strategi ‘Israel’ selalu mencoba untuk menopang sebanyak mungkin dukungan di dunia Arab, dengan satu atau lain cara, demi melegitimasi kejahatannya di Palestina,” tegas Peled, yang juga penulis buku “Injustice: The Story of the Holy Land Foundation Five”.
“Jadi, mereka dapat melakukannya melalui sarana ekonomi, penjualan senjata dan sistem keamanan, dan tentu saja kesepakatan damai dengan Mesir, negara Arab terbesar, dan kemudian dengan Yordania,” sambungnya.
Ia mengatakan, secara bertahap, yang ingin zionis lakukan adalah mengembangkan hubungan baik dengan negara-negara Arab, sehingga mereka dapat menunjukan bahwa orang-orang Palestina tidak menginginkan perdamaian.
“Kenyataannya, orang-orang Palestina dibunuh, mereka diusir dari rumah mereka, mereka hidup dalam rezim apartheid; rasisme, kebrutalan, kekerasan yang mereka derita di tangan ‘Israel’ dan begitu juga ‘Israel’ sedang berkeliling, mencoba menggalang dukungan di sebanyak mungkin negara Arab sebagai strategi mempertahankan diri,” ucapnya.
“Negara-negara Arab ini perlahan-lahan jatuh ke dalam jebakan ini, beberapa karena mereka menginginkan akses ke Amerika, beberapa karena mereka cukup senang berbisnis dengan ‘Israel’, sehingga mereka tidak terlalu peduli dengan kejahatan ‘Israel’ terhadap Palestina,” sambungnya.
“Dan sebagian besar, karena itu adalah batu loncatan ke Amerika Serikat. Ini memberi mereka akses ke Amerika, akses yang lebih baik untuk membeli senjata dan mendapatkan senjata dari Amerika,” tukasnya. (Disadur dari Sindo/DYS)