Internasional
Hamas: Pengunduran Diri Kabinet Perang, Tanda Zionis Runtuh
Hamas: Pengunduran Diri Kabinet Perang, Tanda Zionis Runtuh
Situasi politik dalam kabinet ilegal zionis mengalami prahara hebat dengan pengunduran diri dua tokoh penting, Menteri Perang Benny Gantz dan pengamat perang Gadi Eisenkot. Langkah ini dianggap sebagai sinyal runtuhnya sistem politik zionis oleh Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas.
Dilansir Press TV, Senin (10/6), Juru bicara Hamas yang berbasis di Gaza, Sami Abu Zuhri menegaskan bahwa keputusan Gantz dan Eisenkot untuk mundur menunjukkan keruntuhan mendasar dalam kebinet zionis. “Mundurnya tokoh politik dan militer rezim zionis tidak akan berakhir. Hal ini menunjukkan jatuhnya sistem politik rezim,” ujar Zuhri. Ia juga menyatakan bahwa baik Gantz maupun Netanyahu sama-sama kejam, dan bahwa masyarakat zionis menginginkan pertumpahan darah serta kekejaman.
Pengunduran diri ini terjadi pada Minggu (9/6), dengan Gantz dan Eisenkot keluar dari kabinet perang zionis. Mereka sebelumnya bergabung dengan rezim ilegal Netanyahu setelah zionis melancarkan serangan besar-besaran terhadap Jalur Gaza pada awal Oktober tahun lalu, yang mengakibatkan pembentukan koalisi darurat dan pembentukan kabinet perang.
Baca juga : Serangan Hizbullah Paksa Industri Ilegal Zionis Tutup
Dalam konferensi pers di Tel Aviv, Gantz mendesak Netanyahu untuk mengadakan pemilu dini “sesegera mungkin.” Gantz menyoroti perubahan situasi politik dalam koloni zionis beberapa bulan setelah tragedi Oktober, dengan mengatakan bahwa Netanyahu dan mitranya telah mengubah persatuan menjadi seruan kosong tanpa tindakan nyata.
Pengunduran diri ini mengikuti ultimatum Gantz bulan lalu, yang menetapkan tanggal 8 Juni sebagai batas waktu bagi Netanyahu untuk menyusun rencana pasca perang di Gaza. Gantz mengancam akan meninggalkan koalisi jika Netanyahu gagal memenuhi tuntutan tersebut.
Krisis ini berakar pada aksi genosida yang dilancarkan zionis di Jalur Gaza, yang menargetkan rumah sakit, tempat tinggal, dan rumah ibadah setelah gerakan perlawanan Palestina melancarkan serangan mendadak yang dikenal sebagai Operasi Badai al-Aqsa pada 7 Oktober. Akibatnya, setidaknya 37.084 warga Palestina gugur, kebanyakan dari mereka perempuan dan anak-anak, dan 84.494 lainnya terluka. Lebih dari 1,7 juta orang juga menjadi pengungsi internal selama perang.
Baca juga : Dukung Palestina, Hizbullah Serang Posisi Zionis