Ikuti Kami Di Medsos

Internasional

Google Dituding Berikan Teknologi AI Canggih kepada Militer Zionis

Google Dituding Berikan Teknologi AI Canggih kepada Militer Zionis

Ahlulbait Indonesia – Laporan investigasi dari The Washington Post pada Rabu (22/01), mengungkapkan bahwa Google telah menjalin kerja sama dengan militer Zionis untuk menyediakan teknologi kecerdasan buatan (AI) mutakhir sejak awal agresi ke Gaza pada 2021.

Menurut laporan tersebut, kerja sama ini dimulai ketika Kementerian Pertahanan Israel meminta perluasan penggunaan layanan AI Google, Vertex, untuk kebutuhan militer. Bahkan, seorang karyawan Google memperingatkan bahwa jika perusahaan tidak memenuhi kebutuhan Zionis, mereka kemungkinan akan beralih ke layanan Amazon.

Teknologi AI Gemini dari Google disebut digunakan militer Zionis untuk mengembangkan asisten virtual yang mampu menganalisis dokumen dan rekaman audio. Dokumen investigasi menunjukkan bahwa selama serangan udara tahun 2021—yang menyebabkan kehancuran luas di Gaza—militer Zionis secara aktif memanfaatkan teknologi AI terbaru dari Google untuk mendukung operasi militernya.

Protes Karyawan Google Diabaikan

Lebih dari 100 karyawan Google dilaporkan mendesak perusahaan untuk menghentikan kerja sama dengan militer Zionis, namun tuntutan mereka diabaikan. Bahkan, Google memecat lebih dari 50 karyawan tahun lalu yang menentang kontrak Nimbus, proyek komputasi awan senilai miliaran dolar yang dikhawatirkan digunakan untuk operasi militer dan intelijen terhadap rakyat Palestina.

Baca juga : Serangan Zionis di Jenin: 10 Tewas, Puluhan Terluka

Meski Google berdalih bahwa kontrak Nimbus tidak mencakup fungsi militer sensitif, pejabat Israel menyatakan sebaliknya, menegaskan bahwa kerja sama tersebut mencakup dukungan untuk kepentingan militer.

Penggunaan AI dalam Agresi di Gaza

Laporan ini juga mengungkapkan bahwa militer Zionis telah memanfaatkan AI selama bertahun-tahun untuk mempercepat pemrosesan intelijen dan pemilihan target serangan. Dalam agresi ke Gaza tahun 2021, mereka menggunakan sistem AI internal bernama Hepsora, yang dirancang untuk mengidentifikasi target serangan udara secara otomatis.

Meskipun beberapa pejabat militer Zionis meragukan akurasi sistem ini, ketergantungan mereka terhadap teknologi AI terus meningkat. Seorang pejabat siber Israel bahkan mengklaim bahwa kontrak Nimbus berperan dalam operasi militer, dengan menyatakan, “Hal-hal luar biasa terjadi selama pertempuran, dan ini memainkan peran besar dalam kemenangan.”

Teknologi yang Memperburuk Krisis Kemanusiaan

Di balik retorika inovasi teknologi, kerja sama ini menyoroti bahaya penggunaan AI dalam konflik bersenjata, khususnya terhadap warga sipil. Serangan yang menghancurkan Gaza menunjukkan bagaimana kolaborasi semacam ini berpotensi memperburuk krisis kemanusiaan dan memperpanjang siklus kekerasan di wilayah tersebut.

Google, yang selama ini dikenal sebagai perusahaan inovasi global, kini menghadapi kritik tajam terkait dampak teknologi mereka dalam konflik dan pelanggaran hak asasi manusia.

*Sumber: Al-Manar

Baca juga : Hizbullah: Kemenangan Bersejarah Palestina dalam Perlawanan Bersama