Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Keutamaan Rasulullah SAW atas Semua Makhluk

Diriwayatkan, Rasulullah saw., bersabda: “Tiada makhluk satu pun yang Allah ciptakan lebih utama dariku dan tidak pula yang lebih mulia dariku.”

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as., berkata: “Wahai Rasulullah, engkau yang lebih utama ataukah Jibril?”

Nabi saw., menjawab: “Hai Ali, sesungguhnya Allah SWT mengutamakan para nabi dan rasul di atas para malaikat al-muqarrabin, dan mengutamakan aku di atas seluruh nabi dan rasul. Hai Ali, keutamaan sesudahku adalah bagimu dan para imam sesudahmu. Sesungguhnya para malaikat adalah pelayan-pelayan kami dan pelayan-pelayan para pecinta kami. Hai Ali, para malaikat yang membawa arsy, dan siapa saja yang ada di sekitarnya bertasbih dan memuji Tuhan mereka dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang mengimani ‘wilayah’ kami.

Hai Ali, sekiranya tanpa kami, Allah tidak akan menciptakan Adam dan Hawa, tidak juga surga dan neraka, tidak juga Bumi dan langit. Mana mungkin kami tidak lebih utama dari para malaikat. Ketimbang mereka, kami lebih dahulu bertauhid dan mengenal Allah Azza wa Jalla; bertasbih, menyucikan dan mengesakan-Nya (dengan kalimat “La ilaha illallah”). Karena makhluk yang pertama Allah ciptakan adalah ruh-ruh kami, lalu kami menyatakan tauhid dan pemujaan kepada-Nya. Kemudian Allah menciptakan. Setelah mereka menyaksikan ruh-ruh kami sebagai satu cahaya, mereka mengagungkan urusan-urusan kami, dan kami bertasbih agar para malaikat mengetahui bahwa kami adalah makhluk yang diciptakan dan Dia Maha Suci dari sifat-sifat kami. Maka para malaikat pun bertasbih dengan tasbih kami dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat kami.

Setelah mereka menyaksikan keagungan kami, kami mengucapkan kalimat “La ilaha illallah”, agar para malaikat mengetahui bahwa Allah Maha Besar dari apa yang dikira. Dia Maha Agung.

Ketika mereka menyaksikan keagungan dan kekuatan yang Allah letakkan kepada kami, kami mengucapkan “La haula wa la quwwata illa billah.”

Ketika mereka menyaksikan apa yang Allah karuniakan dan wajibkan bagi kami berupa wajib taat kepada kami, kami mengucapkan “Alhamdulillah,” agar para malaikat mengetahui apa yang harus kami sebut sebagai hak Allah SWT, berupa puja dan puji atas segala nikmat-Nya.

Para malaikat berkata, “Segala puji bagi Allah, di hadapan kami mereka telah memperoleh petunjuk pada mengenal Allah SWT, bertasbih, bertahlil, bertahmid dan mengagungkan-Nya.”

Kemudian Allah menciptakan Adam dan menitipkan kami ke dalam sulbinya. Lalu dia memerintahkan para malaikat bersujud kepadanya sebagai bentuk pengagungan dan pemuliaan kepada kami. Sujud dan ubudiyah mereka itu adalah karena Allah Azza wa Jalla. Mereka memuliakan dan taat kepada Adam karena keberadaan kami dalam sulbinya. Maka mana mungkin kami tidak lebih utama dari para malaikat, sedangkan mereka semua bersujud kepada Adam.

Ketika aku diperjalankan dalam mikraj ke langit, Jibril berkata, “Ke depanlah wahai Muhammad!”

“Apakah aku di depanmu?” tanyaku.

Jibril berkata, “Ya, karena Allah SWT mengutamakan para nabi di atas semua malaikat, dan mengutamakanmu secara khusus.”

Maka aku maju ke depan dan salat bersama mereka tanpa aku merasa bangga. Sesampai aku hijab-hijab cahaya, Jibril berkata kepadaku, “Majulah hai Muhammad dan tinggalkan aku!”

Aku berkata, “Hai Jibril, apakah di tempat ini engkau berpisah denganku?”

Jibril berkata, “Hai Muhammad sesungguhnya batas akhir yang Allah letakkan adalah di tempat ini. Jika aku melewatinya maka kedua sayapku terbakar, dikarenakan melampaui batas-batas Tuhanku Jalla Jalaluh. Sebuah peringatan dalam cahaya bersinar hingga aku sampai pada malakut Allah yang dia kehendaki.”

Lalu aku dipanggil, “Hai Muhammad!”

“Labbaika wa sa’daika (aku datang menyambut panggilan-Mu)” sahutku. “Tabaraka wa ta’alaita (Engkau Mahasuci lagi Mahatinggi).”

Aku dipanggil, “Hai Muhammad, engkau adalah hamba-Ku dan Aku adalah Tuhanmu. Maka sembahlah Aku dan bertawakallah kepada-Ku! Sesungguhnya engkau adalah cahaya-Ku di tengah-tengah hamba-hamba-Ku. Utusanku bagi para makhluk-Ku dan hujah-Ku di tengah umat manusia. Aku menciptakan surga untuk siapa saja yang mengikutimu, dan Aku ciptakan api neraka untuk siapa saja yang menentangmu. Aku pastikan karomah-Ku untuk para washimu, dan Aku pastikan pahala-Ku untuk para syiahmu (pengikutmu).”

Aku berkata, “Tuhanku, siapakah para washiku?”

Dijawab, “Hai Muhammad, para washimu adalah yang tertulis di kaki arasy.”

Maka aku di hadapan Tuhan, melihat pada kaki arasy dua belas cahaya. Pada setiap cahaya ada garis hijau yang tertulis padanya nama setiap washi; yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah al-Mahdi bagi umatku. Maka aku berkata, “Tuhanku, mereka itukah para washiku sepeninggalku?”

Dijawab, “Hai Muhammad, mereka adalah para wali dan kekasih-Ku. Mereka adalah hujah-hujah-Ku sesudahmu atas umat manusia. Mereka itu adalah para washi dan khalifahmu, dan sebaik-baik makhluk sesudahmu. Demi keagungan dan kebesaran-Ku, dengan mereka Aku akan mengunggulkan agama-Ku dan meninggikan kalimat-Ku. Dengan yang terakhir dari merekalah Aku membersihkan bumi dari musuh-musuhku, dan Aku akan mengokohkannya di bumi barat dan timur. Untuknya Aku tundukkan angin dan Aku rendahkan semua leher dan keangkuhan. Aku jadikan ia melampaui sebab-sebab dan menolongnya dengan bala tentara-Ku. Aku akan membantunya melalui para malaikat-Ku, sampai ia mengumandangkan seruan-Ku dan menghimpun seluruh makhluk di atas tauhid-Ku. Kemudian Aku langgengkan pemerintahannya dan Aku edarkan hari demi hari di tengah para kekasih-Ku sampai hari kiamat.

Dalam riwayat lain dijelaskan, Rasulullah saw., bersabda: “Ketika aku di perjalanan ke langit, Tuhanku Jalla Jalaluh mewahyukan kepadaku, ‘Hai Muhammad, Aku telah mendatangi bumi dan memilihmu di antara (para penghuni) nya. Aku angkat engkau sebagai seorang nabi dan Aku ambil untukmu sebuah nama dari nama-Ku. Aku adalah al-Mahmud (Yang Maha Terpuji) sedangkan engkau adalah Muhammad (yang terpuji). Kemudian aku mendatanginya lagi dan memilih Ali di antara (para penghuni) nya. Aku angkat dia menjadi washi dan khalifahmu, dan sebagai suami bagi putrimu serta ayah bagi dzuriyahmu. Lalu Aku ambil sebuah nama dari nama-Ku untuknya. Aku adalah al-‘Aliyul A’la (Yang Mahatinggi) sedang dia adalah ‘Ali (yang tinggi). Aku ciptakan Fatimah, Hasan dan Husain dari cahaya kalian berdua. Kemudian aku sampaikan ‘wilayah’ mereka kepada para malaikat. Siapa yang menerimanya maka ia tergolong hamba-hamba yang dekat (muqarrabin) di sisi-Ku. Wahai Muhammad, sekiranya seorang hamba menyembah-Ku sampai hanyut (terputus dari selain-Ku) dan menjadi seperti orang gelisah kemudian menemui Aku dengan menentang ‘wilayah’ mereka, maka tidak akan Aku tempatkan dia ke dalam surga-Ku dan tidak akan Aku naungi dia di bawah arasy-Ku. Hai Muhammad, apakah engkau ingin melihat mereka?”

“Ya, Tuhanku”

Dia Azza wa Jalla berfirman: “Angkat kepalamu!”

Aku mengangkat kepala, maka aku bersama cahaya-cahaya Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, Ali bin Husain, Muhammad bin Ali, Ja’far bin Muhammad, Musa bin Ja’far, Ali bin Musa, Muhammad bin Ali, Ali bin Muhammad, Hasan bin Ali, dan al-Mahdi al-Qaim bin Hasan di tengah mereka bagai bintang yang berkilau. Aku bertanya, “Tuhanku, siapakah mereka?”

Dia berfirman: “Para imam dan ini adalah al-Qaim (al-Mahdi) yang akan menghalalkan halal-Ku dan mengharamkan haram-Ku. Dengannya lah Aku membalas musuh-musuh-Ku, dan dialah sebagai pelipur lara kekasih-Ku. Dialah yang akan menyembuhkan hati para pencintamu (yang luka) oleh kaum zalim, kaum penentang dan kaum kafir. Dialah yang akan mengeluarkan (berhala) lata dan uzza, lalu membakar keduanya. Karena fitnah umat manusia dengan keduanya pada hari itu lebih besar dari fitnah (berhala) sapi dan Samiri.”

(Dikutip dari Buku: Ramalan Akhir Zaman Imam Ali bin Abi Thalib)

Sayyid Ali Asyur

Artikel terkait: Pewaris Ilmu Nabi

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *