Berita
Inilah Kedermawanan Imam Ali Hadi as…
Suatu hari, Imam Ali Hadi as keluar dari kota Samarra menuju ke sebuah desa. Pada saat bersamaan, seorang badui datang ke rumah beliau. Tentu saja badui itu tidak dapat bertemu beliau di rumahnya. Keluarga mengatakan kepada badui itu bahwa Imam as sedang pergi ke sebuah desa.
Tanpa banyak bicara, orang badui itu segera menyusul beliau. Sesampainya di tujuan dan bertemu dengan Imam as, badui itu ditanya tentang keperluannya. Dengan suara pelan, badui itu berkata,
“Wahai putra Rasulullah saw, aku penduduk Kufah yang berpegang pada waliyah kakekmu, Ali bin Abi Thalib as. Kini aku sedang dililit utang yang sangat memberatkan. Aku tidak melihat orang yang dapat aku tuju kecuali Anda.”
Imam as merasa kasihan mendengar keadaan badui itu. Meski begitu, sungguh besar kebaikan dengan datangnya orang itu. Sayang, saat itu beliau dalam keadaan tak punya banyak uang, dan tidak mempunyai apapun untuk memenuhi keperluan orang itu.
Imam as selanjutnya menulis surat dengan tangannya sendiri yang berbunyi, ”Orang badui (A’rabi) ini menagih utang kepadaku dalam jumlah tertentu.”
Beliau kemudian berkata kepada badui itu, “Ambilah surat ini. Jika engkau sampai di Sirri Man Ra’a dan sejumlah orang hadir di rumahku, tagihlah utang yang tertulis dalam surat itu. Desaklah aku untuk memenuhi permintaanmu. Jangan kau langgar apapun yang kukatakan ini kepadamu.”
Si Badui itu mengambil surat dari Imam dan bergegas pergi.
Ketika Imam as sampai di Srri man Ra’a, datanglah sejumlah orang, termasuk mata-mata penguasa dan pasukan keamanan. Tidak lama kemudian, orang badui itu pun datang menemui Imam as. Ia membuka surat itu, kemudian menagih Imam as agar membayar utangnya. Imam as meminta maaf kepadanya, tetapi Badui itu terus memaksanya.
Setelah pertemuan itu bubar, seorang petugas keamanan menemui Mutawakkil dan memberitahukan kejadian yang dilihatnya. Mendengar itu, Mutawakkil menyuruh si petugas membawa tiga puluh ribu dirham untuk diberikan kepada Imam as. Ketika badui ini datang lagi, Imam as berkata, “Ambillah harta ini dan lunasi utangmu. Selebihnya, infakkanlah untuk keluarga dan anak-anakmu. Maafkanlah kami….”
Namun badui itu keberatan untuk mengambil seluruhnya. Ia berkata, “Sesungguhnya utangku hanya sepertiga dari jumlah ini.” Sebaliknya, Imam as juga menolak menerima kelebihan uang itu. Sambil berpamitan kepada Imam as, badui itu berkata, “Allah Mahatahu di mana meraih risalah-Nya.”
Sumber: Tim TABWA, Teladan Abadi Imam Ali al-Hadi as.