Berita
Inggris Kembali Jual Senjata, Rezim Saudi Tewaskan 20 Anak Yaman
Sebulan lebih setelah Inggris kembali menjual senjata ke rezim monarki Arab Saudi, total 20 anak Yaman tewas dalam serangan pasukan Saudi, tulis the Ferret.
Pada Juli lalu, Menteri Perdagangan Inggris Liz Truss MP mengumumkan dilanjutkannya kembali penjualan senjata kepada monarki Saudi, meski ada kekhawatiran akan menimbulkan potensi kekejaman lebih lanjut di Yaman.
Sebelumnya, pada Juli 2019, penjualan senjata Inggris kepada rezim Saudi dihentikan lantaran khawatir dengan skala kematian warga sipil di Yaman. Khususnya pasca Pengadilan Banding memutuskan penjualan senjata tersebut melanggar hukum. Jenis senjata yang dijual Inggris ke pihak Saudi termasuk bom Paveway IV yang dibuat oleh perusahaan Amerika, Raytheon.
Koalisi kerajaan-kerajaan Teluk yang dipimpin monarki Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah melakukan sejumlah kejahatan perang di Yaman. Termasuk serangan udara ke sekolah, rumah sakit, pesta pernikahan, dan kantor. Lebih dari 20 ribu warga sipil tewas sejak agresi rezim Saudi pada Maret 2015.
Proyek Data Yaman mengatakan, kematian anak-anak yang baru-baru ini terjadi melanjutkan peningkatan kekerasan pada tahun ini. Jumlah korban sipil pun meningkat tajam, tiga kali lipat dari Mei hingga Juni.
Para kritikus mengutuk keputusan dilanjutkannya penjualan senjata itu dan menganggapnya sebagai “tercela dan tak bermoral”. Kini mereka marah terhadap laporan 20 anak tewas dalam serangan udara oleh pasukan koalisi pimpinan Saudi sejak Truss mengumumkan kesepakatan penjualan senjata Inggris akan dimulai kembali.
Pada 16 Juli dilaporkan setidaknya 12 orang, termasuk empat wanita dan lima anak, tewas di kota al-Hazm, sekitar 70 mil timur laut ibu kota Sanaa.
Lalu disusul dengan serangan udara pada 12 Juli saat mana tujuh anak dan dua wanita dilaporkan tewas di provinsi barat laut Hajjah, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Pada 6 Agustus, Belqis Channel melaporkan 15 warga sipil tewas dalam serangan koalisi Saudi di distrik Khub dan al-Shagaf di provinsi al-Jawf. Serangan itu menargetkan komunitas pemukiman suku Maatara di wilayah Khashm Harb, yang menyebabkan kematian dan cedera 15 warga sipil, termasuk delapan anak-anak.
Sejak Truss berbicara di Westminster pada 7 Juli, seluruh serangan rezim Saudi telah menewaskan 20 anak-anak.
Campaign Against Arms Trade (CAAT), Andrew Smith menggambarkan jumlah kematian anak-anak sebagai hal yang “mengerikan”. Ia mengatakan kejadian itu mengekspos “ketidakpedulian tak berperasaan yang ditunjukkan rezim Arab Saudi untuk hak dan kehidupan orang-orang di Yaman”.
“Semakin lama perang berlanjut, semakin banyak orang yang akan terbunuh. Kenyataannya, pengeboman brutal ini hanya mungkin karena keterlibatan dan dukungan dari pemerintah yang mensuplai senjata seperti Inggris,” tambah Smith.
“Ketika pemerintah melanjutkan penjualan senjata ke Arab Saudi, diklaim bahwa tidak ada risiko senjata tersebut digunakan untuk melanggar hukum humaniter internasional. Namun pengeboman, dan skala krisis semakin parah. Liz Truss dan rekan-rekannya mengetahui hal ini, tetapi itu belum cukup untuk menghentikan mereka memprioritaskan keuntungan perusahaan senjata.”
Dalam enam bulan pertama 2020, terjadi peningkatan pengeboman sebesar 139 persen oleh koalisi yang dipimpin rezim Saudi, jika dibandingkan dengan agresi selama enam bulan terakhir tahun 2019, menurut Proyek Data Yaman.