Info ABI
Sekjen ABI Ali Ridho Assegaf: Budaya Ahlul Bait Jadi Identitas Kunci Penguatan Organisasi

Semarang, Minggu (23/2/2025) – Sekretaris Jenderal Ahlulbait Indonesia (ABI), Ali Ridho Assegaf, menegaskan pentingnya budaya Ahlul Bait sebagai identitas organisasi dalam Musyawarah Wilayah IV DPW ABI Jawa Tengah yang digelar di Husainiyyah Almahdi, Semarang.
Dalam sambutannya, Ali Ridho mengulas perjalanan ABI sejak didirikan pada tahun 2010. Ia menjelaskan bahwa keberadaan ABI menandakan bahwa komunitas Ahlul Bait di Indonesia menghendaki mengembangkan diri dari pergerakan yang bersifat lokal ke tingkat nasional, dari individual ke struktural. Selama lebih dari 15 tahun, ABI telah membentuk 29 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan 149 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di Indonesia. Dua aspek yang perlu diperhatikan agar ormas ini kuat dan terus berkembang, yaitu legalitas formal yang merupakan pengakuan dari negara, serta legitimasi ‘penerimaan’ yang harus terus kita ikhtiyarkan.
Komitmen DPW Jawa Tengah
Ali Ridho Assegaf memuji komitmen tinggi DPW ABI Jawa Tengah dalam menata organisasi di wilayahnya. Penyelenggaraan Musyawarah Wilayah yang berlangsung tepat waktu dan terorganisir menunjukkan keseriusan DPW Jawa Tengah dalam memperkuat eksistensi organisasi.
Beliau menegaskan bahwa perlu pondasi kuat dalam mengelola organisasi yang notabene adalah mengelola SDM, pembangunan budaya Ahlul Bait menjadi ciri khas tata kelola ABI, sesuai visi utama Ketua Umum ABI diperiode ini. Budaya ini adalah identitas dan fondasi organisasi yang perlu terus dipertahankan dan dikembangkan. Sesuai yang tertuang pada Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), budaya yang bersumber dari ajaran Ahlul Bait harus menjadi nilai utama dalam khidmat organisasi. “Budaya tersebut meliputi budaya Asyura, Mahdawiyah, taklif, dan nilai-nilai lainnya,” ujarnya.
Baca juga : Ustadz Husain Shahab: Mindset Besar, Pemikiran Maju, & Keyakinan Kuat sebagai Kunci Kader Organisasi
Eksplorasi Budaya dan Potensi SDM
Ali Ridho juga menyoroti pentingnya eksplorasi budaya Ahlul Bait di Indonesia dengan memperhatikan kearifan lokal. Sinergi antara budaya Ahlul Bait dan kearifan lokal diyakini dapat memperkaya identitas organisasi sekaligus mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar agar mampu bersama anak bangsa lain dalam kiprah positif bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.
Beliau menambahkan bahwa pembentukan budaya organisasi yang kuat akan mendorong ABI untuk berkiprah lebih luas dan diperhitungkan di tingkat nasional. “Kontribusi ABI tidak hanya dirasakan di komunitas internal, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan bangsa,” jelasnya.
Dalam upaya penggalian potensi sumber daya manusia (SDM) pecinta Ahlulbait, Ali Ridho berharap agar organisasi mampu berkiprah dan dirasakan oleh masyarakat, hal itu akan menarik SDM-SDM potensial di komunitas Ahlul Bait untuk turut bersama dalam kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. “Jika ini terwujud, diharapkan muncul SDM pecinta Ahlul Bait yang selama ini belum terdeteksi dan belum turut bekerjasama dengan kita, Mereka yang tersebar di berbagai lini kehidupan memiliki potensi besar untuk bersama-sama memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia” tegasnya.
Penutup
Sebagai penutup, Ali Ridho menegaskan bahwa pembentukan budaya Ahlul Bait diharapkan menjadi identitas kuat yang memperkuat perkembangan internal dan eksternal ABI. Dengan budaya yang kokoh ini, ABI diharapkan mampu berkontribusi tidak hanya bagi komunitasnya, tetapi juga bagi masyarakat luas, dan dengan pondasi kuat ini pula setiap pengurus dan kader ABI tentu mampu menghadapi dan solutif terhadap semua hambatan dan rintangan yang di hadapi. Beliau menekankan bahwa dengan semangat kebersamaan di internal pengurus dan komitmen terhadap nilai-nilai Ahlul Bait, ABI akan terus berupaya memperkuat perannya sebagai organisasi yang solid dan aktif di tengah masyarakat.[]
Baca juga : KH. Miqdad Turkan: Empat Strategi Kunci untuk Memperkuat Sistem dan Budaya Organisasi
