Ikuti Kami Di Medsos

Info ABI

KH. Miqdad Turkan: Empat Strategi Kunci untuk Memperkuat Sistem dan Budaya Organisasi

KH. Miqdad Turkan: Empat Strategi Kunci untuk Memperkuat Sistem dan Budaya Organisasi

Semarang, 23 Februari 2025 – Dewan Pimpinan Wilayah Ahlulbait Indonesia (ABI) Provinsi Jawa Tengah menggelar Musyawarah Wilayah (Muswil) IV di Husainiyyah Almahdi, Semarang, pada Minggu (23/2/2025). Salah satu agenda utama kegiatan ini adalah Stadium Generale bertema “Penguatan Sistem dan Budaya Berorganisasi sebagai Bagian dari Tanggung Jawab Penuntasan Amanah Organisasi”, yang disampaikan oleh KH. Miqdad Turkan, perwakilan Dewan Syura ABI.

Penguatan Sistem dan Budaya Berorganisasi sebagai Tanggung Jawab Penuntasan Amanah Organisasi

Diawal pidatonya, KH. Miqdad menukil perkataan Imam Ali a.s.: “Aku berpesan kepadamu, anak-anakku, keluargaku, dan siapa pun yang menerima pesanku, hendaknya kamu takut kepada Allah, aturlah urusanmu, dan perbaikilah hubungan di antara kamu.” (Imam Ali as)

Pesan Imam Ali as ini memuat tiga hal penting yang perlu diperhatikan:

1. Bertakwa kepada Allah
Takwa adalah kekuatan spiritual yang membentengi manusia dari dosa dan pelanggaran moral. Takwa menjadi pondasi utama bagi individu dan masyarakat untuk menjaga integritas dan moralitas.

2. Mengatur Urusan
Mengatur urusan berarti mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melaksanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Memperbaiki Hubungan
Hubungan sosial harus dibangun di atas hati yang bersih dari kedengkian, kebencian, dan prasangka buruk. Setiap individu perlu bersatu dan mencegah perpecahan.

Baca juga : Ustadz Husain Shahab: Mindset Besar, Pemikiran Maju, & Keyakinan Kuat sebagai Kunci Kader Organisasi

Penguatan Sistem dan Budaya Berorganisasi

Pengertian Sistem
Sistem adalah seperangkat aturan yang saling berkaitan dan dibangun oleh suatu lembaga untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui sistem, pekerjaan dapat diselesaikan secara cepat, sistematis, dan efisien. Proses ini mencakup tahapan seperti identifikasi masalah, perencanaan, dan koordinasi.

Rasulullah SAW berkata: “Wahai Ibnu Masoud, jika kamu mengerjakan sesuatu, kerjakanlah dengan ilmu dan akal. Berhati-hatilah untuk tidak bertindak tanpa perencanaan dan ilmu. Allah berfirman: ‘Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali.’” (QS. An-Nahl: 92)

Imam Ali as berkata:
“Perencanaan sebelum bertindak menyelamatkan kamu dari penyesalan.”

Komitmen terhadap Sistem dalam Organisasi ABI

Organisasi ABI adalah wadah para pecinta Ahlul Bayt as yang memiliki visi dan misi yang sama: menanti kehadiran Imam Mahdi as.

Komitmen terhadap sistem organisasi berarti setiap pengurus dan kader memiliki tanggung jawab untuk menjalankan aturan dan keputusan yang telah ditetapkan dalam AD/ART, GBHO, maupun pedoman lainnya. Melalui komitmen ini, organisasi akan semakin kuat dan hubungan antar kader menjadi lebih solid. Hal ini didukung oleh beberapa faktor:

1. Kerja Kolektif yang Terkoordinasi
Komitmen terhadap sistem menciptakan kerja yang kolektif, terkoordinir, sistematis, dan terstruktur. Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2)

2. Peran yang Jelas dan Terstruktur
Setiap pengurus dan kader menjalankan perannya sesuai dengan tugas dan wewenang yang diemban. Hal ini mencegah tumpang tindih peran (overlapping) yang dapat menyebabkan stagnasi.

3. Kesesuaian Program antara Pusat dan Daerah
Program di tingkat wilayah dan daerah harus selaras dengan program pusat, sehingga konflik kepentingan dapat dihindari.

4. Ciri Khas Kedaerahan yang Selaras
Daerah dapat membuat program khusus yang menjadi ciri khasnya, tetapi harus tetap selaras dan tidak bertentangan dengan program pusat, demi menjaga integritas organisasi.

5. Capaian yang Lebih Cepat dan Lebih Besar
Kerja kolektif menghasilkan capaian yang lebih cepat dan besar dibandingkan kerja individu. Dalam ibadah pun, berjamaah lebih utama daripada sendirian.

6. Pengembangan SDM yang Berkualitas
Sistem organisasi menciptakan SDM yang unggul di berbagai bidang, yang kemudian disatukan untuk keberlangsungan ABI. Ini ibarat menyatukan butiran tasbih yang tercecer menjadi satu kesatuan yang kuat.

Budaya Berorganisasi sebagai Jiwa Kader

Ketika komitmen terhadap sistem organisasi telah menjadi budaya, ABI akan mampu menghadapi berbagai tantangan global dan perubahan politik yang tidak menentu. Hal ini terjadi karena seluruh aktivitas organisasi telah terlembaga dan budaya berorganisasi telah mengakar dalam jiwa para kader.

Saat terjadi pergantian kepemimpinan, selama tidak bertentangan dengan aturan Ilahi, seluruh kader akan tetap menaati pemimpin tersebut. Pada titik ini, yang diutamakan bukan lagi figur pemimpin, melainkan sistem yang dijalankan. Inilah yang disebut Sayyid al-Qoid sebagai “Staqofatul ‘amal al-Muassaty” (Budaya kerja kelembagaan).

Contoh nyata dari penerapan budaya ini adalah Hizbullah di Lebanon. Keberhasilan mereka terwujud berkat komitmen yang kuat terhadap sistem organisasi, disertai ketakwaan dan kebersihan hati. Hal ini sejalan dengan firman Allah:

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144)

Penutup

Dengan demikian, penguatan sistem dan budaya berorganisasi bukan sekadar kebutuhan teknis, melainkan tanggung jawab moral yang harus ditunaikan demi menuntaskan amanah organisasi menuju cita-cita bersama.

Di akhir pemaparannya, KH. Miqdad berharap Muswil IV DPW ABI Jawa Tengah dapat menjadi momentum untuk memperkuat sinergi internal, meningkatkan profesionalisme, dan mempersiapkan kader-kader unggul yang siap menyongsong masa depan organisasi demi tercapainya cita-cita bersama.[]

Baca juga : Sekjen ABI Ali Ridho Assegaf: Budaya Ahlul Bait Jadi Identitas Kunci Penguatan Organisasi