Akhlak
Imam Khomeini: Telaah Hadis Riya (Bag. 6)
Tahap Ketiga; Riya dalam Ibadah
Riya jenis ini lebih umum terjadi dan lebih terlihat dibanding dua tahap sebelumnya. Karena itu, kita manusia biasa sebagian besar tidak termasuk dalam dua tahap yang telah disebutkan di atas (lantaran sebagian besar kita tidak termasuk kelompok orang-orang yang beriman dan berhati bersih). Iblis tidak dapat menjerat kita dengan cara yang sama dengan orang-orang yang termasuk dalam dua tahap di atas. Sebagian besar Muslim menyembah Allah Swt melalui ibadah-ibadah formal dan ritual, sehingga iblis biasanya lebih bebas mempermainkan manusia pada tahap riya ini. Godaan hawa nafsu juga lebih umum pada tahapan ini. Dengan kata lain, semua itu lantaran sebagian besar manusia memperoleh surga melalui perbuatan-perbuatan lahiriah dan mendapatkan derajat-derajat ukhrawi dengan melaksanakan berbagai amalan baik dan meninggalkan berbagai amalan buruk. Iblis menemukan jalan menanamkan benih-benih riya pada amalan-amalan ini sampai semua amalan memiliki cabang dan dahan yang mengandung riya.
Akhirnya semua amalan baik itu berubah menjadi buruk dan mengantarkan mereka memasuki neraka melalui jalan pelbagai ibadah dan ritus formal. Jalan yang seharusnya dapat dengan pasti mengantarkan manusia menuju surga disimpangkan oleh setan menuju arah kehancuran. Perbuatan-perbuatan yang seharusnya mengantarkan mereka menuju illin (surga tertinggi), dilemparkan oleh para malaikat ke sijjin atas perintah Allah Swt.
Karena itu, orang-orang yang hanya memiliki bekal ini (yakni, bekal amalan formal) harus lebih waspada agar tidak kehilangan semua amalan itu dan menjadi penghuni neraka. Mereka harus berhati-hati agar jalan menuju kebahagiaan tidak menjadi buntu. Pintu-pintu surga tertutup dan pintu-pintu neraka terbuka bagi mereka.
Bagaimana Melawan Riya Jenis Ini?
Seringkali orang yang terjangkit penyakit riya jenis ini tidak menyadari bahwa ada satu penyakit yang telah menyelinap ke dalam perbuatan-perbuatannya dan perbuatan ini telah menjadikannya bersifat munafik, dan karenanya menjadi tidak bernilai sama sekali. Karena godaan iblis dan diri halusnya serta jalan menuju kemanusiaan sedemikian rumit dan penuh resiko, jika seseorang tidak luar biasa cermat tentu tidak akan mampu mengenali kejahatan yang ada pada godaan-godaan itu. Ia mengira bahwa seluruh perbuatannya ditujukan kepada Allah Swt padahal itu hanya melayani kepentingan iblis. Karena secara alamiah manusia diciptakan memiliki kecenderungan untuk berpusat pada dirinya sendiri, tabir cinta diri dan egoisme menutupi kesalahan dan keburukannya dari matanya sendiri.
Sebagai contoh, mempelajari pengetahuan agama adalah salah satu kewajiban penting agama dan merupakan bentuk ibadah. Namun orang yang sibuk untuk memperoleh keunggulan dalam bidang itu amat mudah terjatuh pada riya yang menyelinap ke dalam hati sedemikian sehingga ia sendiri tidak menyadarinya dan tabir tebal cinta dunia mengaburkan pandangannya. Ia menjadi ingin memperoleh posisi penting di mata ulama besar dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan mencoba memecahkan suatu masalah penting yang belum pernah dilakukan orang sebelumnya. Ia ingin menampilkan dirinya sebagai sosok yang berbeda dari orang lain dengan menampilkan masalah tersebut dalam cara yang unik agar dirinya menjadi pusat perhatian setiap orang. Dengan keyakinan diri yang besar, ia menganggap bahwa jika setiap ulama besar dan orang-orang berpengaruh memujinya dengan kata-kata yang muluk, ia akan memperoleh sambutan luar biasa dalam setiap pertemuan. Orang ini tidak menyadari bahwa kalaupun mendapatkan kemakmuran di dunia ini dan dihargai para ulama, ia akan dipandang hina dimata Raja Segala Raja dan perbuatannya itu akan membawanya ke sijjin. Perbuatan riya ini juga disertai beberapa sifat buruk lain seperti keinginan untuk menjatuhkan orang lain atau menyakiti hati saudara seimannya atau kadangkala bersifat kasar terhadap seorang mukmin. Satu dari sifat-sifat ini saja sudah cukup untuk melemparkannya ke neraka.
Jika kau melihat bahwa dirimu ingin menguasai orang lain dalam diskusi ilmiah untuk memperoleh pengakuan atas ketinggian pengetahuanmu di antara para ulama dan diskusi yang kau ikuti ditujukan untuk mendapat penghargaan dan penghormatan dari orang lain, ketahuilah bahwa kegiatan intelektual itu, yang merupakan bentuk tertinggi ibadah, berubah menjadi perbuatan riya yang menurut sebuah riwayat dalam al-Kafi akan mengantarkanmu ke sijjin; engkau akan dikelompokkan bersama orang-orang musyrik. Perbuatanmu itu menurut sebuah hadits akan membahayakan imanmu lebih dari bahaya yang disebabkan dua ekor serigala yang menyergap seekor domba dari depan dan belakang.
Karena itu, jika engkau orang berilmu yang memang bertanggung jawab untuk memperbaiki umat seraya menunjukkan jalan menuju akhirat dan menyembunyikan penyakit ruhaniah manusia, pertama kali engkau harus memperbaiki dirimu sendiri dan mempertahankan keadaan ruhaniah yang baik agar engkau tidak tergolong ulama yang tidak berbuat sesuai apa yang di khutbahkan.
Berdoalah kepada Allah yang Mahakuasa untuk menyucikan hati kita dari kotoran syirik dan nifaq serta membersihkan cermin hati kita dari debu cinta dunia yang merupakan sumber seluruh keburukan. Ya Allah, bantulah dan lindungilah makhluk-Mu yang tanpa daya ini, yang telah terjangkit penyakit sombong dan serakah terhadap kekuasaan serta kehormatan, dan lindungilah kami dalam perjalanan berbahaya sepanjang liku-liku labirin gelap ini wahai Yang Mahakuat dan Mahakuasa.
Imam Khomeini, “40 Hadis: Hadis-hadis Mistik dan Akhlak: Hadis Riya”