Akhlak
Imam Khomeini: Telaah Hadis Riya (Bag. 3)
Nasihat ilmiah, Lenyapkan Penyakit Riya
Apa yang akan saya sebutkan di sini semoga secara efektif dapat menyembuhkan penyakit hati. Pada tahap ini atau tahap-tahap selanjutnya, hal itu juga dapat dirujukkan pada akal setiap orang maupun kebenaran wahyu dan hadis para maksumin. Allah yang Mahakuasa dengan seluruh kekuatan-Nya yang meliputi segala sesuatu, mengatur seluruh maujud alam semesta dan mengendalikan hati seluruh hamba-Nya, karena tidak sesuatu pun yang berada di luar jangkauan kekuasaan-Nya dan berada di luar wilayah kerajaan-Nya; dan tak seorang pun dapat menempati hati seorang manusia tanpa seizin dan kehendak-Nya. Bahkan para ahli hati juga tak punya kendali atas hati mereka tanpa seizin Zat yang Mahakuasa. Pernyataan ini diungkapkan secara tersurat maupun tersirat dalam al-Quran dan sunah Rasul saw.
Pembahasan sebelumnya Imam Khomeini: Telaah Hadis Riya (Bag. 2)
Karena itu, Allah Swt adalah Zat yang secara sejati menjadi pemilik hati manusia dan berkuasa penuh atasnya. Dan engkau, wahai hamba yang lemah dan tak berdaya, tidak akan mampu menguasai hatimu sendiri tanpa izin-Nya. Kehendak-Nya berada di atas kehendak diri kita maupun kehendak seluruh makhluk lain. Karena itu, riya dan manipulasimu jika dimaksudkan sebagai cara menarik hati hamba-hamba Allah Swt dan memperoleh penghargaan atau penghormatan mereka, ketahuilah bahwa itu tidak akan membuahkan hasil karena semua berada di luar kendalimu dan berada di bawah kekuasaan-Nya semata. Dia-lah pemilik dan pengatur setiap hati. Dia menjadikan hati manusia sebagai tempat bersemayam cinta kepada siapa pun yang Dia kehendaki-Nya.
Mungkin sekali perbuatanmu membuahkan hasil yang bertentangan dengan keinginanmu. Perhatikanlah apa yang telah kami katakan tentang para munafik bermuka dua yang hatinya tidak bersih. Pada akhirnya mereka akan terkutuk dan apapun yang mereka inginkan tidak dapat mereka peroleh; malah sesuatu yang tidak disukainya akan terjadi padanya. Hadis berikut yang dikutip dari al-Kafi, menunjukkan kenyataan yang sama pula.
Dari Jarah Madaini yang meriwayatkan bahwa dirinya bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq as tentang firman Allah Swt:
Siapa pun yang ingin bertemu Allah, ia harus melakukan perbuatan baik dan tidak menyekutukan Allah dalam ibadahnya. Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Seseorang yang melakukan perbuatan baik bukan untuk Allah dan perbuatannya dilakukan hanya agar dianggap sebagai orang suci dan saleh serta mengharapkan orang lain mengetahui perbuatannya, orang seperti itu dianggap sebagai orang musyrik yang menyekutukan Allah.” Lalu beliau menambahkan, “Tak seorang pun di dunia ini yang menyembunyikan perbuatan baiknya dalam perjalanan waktu [di mana] Allah tidak menyebarkannya dan tak seorang pun di dunia ini yang dapat menyembunyikan perbuatan jahat selamanya, karena perbuatan-perbuatan itu akan disingkapkan Allah sebelum ia meninggalkan dunia ini.”
Karena itu, wahai sahabatku, carilah reputasi dan nama baik di hadapan Allah Swt. Cobalah menarik hati makhluk dengan pertama kali menyenangkan pemilik semua hati. Bekerjalah demi Allah semata, maka Allah yang Mahakuasa, selain akan mencurahkan berbagai rahmat dan kehidupan ukhrawi, juga akan memberikan berbagai kemudahan kepadamu di dunia ini dan menjadikanmu dicintai para hamba-Nya. Dia akan meninggikan kedudukanmu dan mengangkatmu di kedua alam sekaligus. Satu-satunya yang harus kau kerjakan adalah mengikhlaskan hatimu sepenuhnya untuk berjihad dan bersusah payah serta menyucikan batinmu sehingga segala perbuatanmu akan menjadi suci dan tidak tercemari rasa cinta dunia atau benci pada sesamamu. Hadapkanlah wajahmu semata-mata kepada Allah Swt, beningkan ruhmu, dan enyahkan noda-noda ego dari dirimu.
Apa gunanya rasa cinta atau benci hamba-hamba yang lemah, atau apa manfaatnya memperoleh kemasyhuran dan penghargaan di mata para makhluk yang tak mampu berbuat apa-apa? Kalau ada manfaatnya, itu pun pastilah manfaat kecil yang berumur pendek. Mungkin saja keinginan ini justru akan membawamu berbuat riya dan–semoga Allah Swt menghindarkan kita–mengubahmu jadi musyrik, munafik, atau kafir. Jika engkau tidak terhinakan di dunia ini, niscaya engkau akan terhina di alam yang akan datang, di hadapan keadilan Ilahi, di hadapan para hamba-Nya yang saleh, para nabi yang mulia, para malaikat-Nya yang terdekat. Engkau akan dihinakan dan dibuat tak berdaya. Itulah kehinaan di hari itu dan tahukah engkau apa kehinaan di hari itu? Hanya Allah Swt yang tahu…. Dan orang-orang kafir akan berkata: Seandainya saja dahulu aku adalah debu. [QS. an-Naba: 40] Namun, tentu saja itu tidak akan ada gunanya.
Wahai sahabatku yang malang, hanya demi cinta yang remeh dan kedudukan yang tidak bermanfaat di mata para makhluk, engkau lewatkan semua kemuliaan di sisi Allah Swt dan kehilangan keridhaan-Nya serta membangkitkan murka-Nya.
Perbuatan-perbuatan yang sebenarnya dapat memberimu semua kemuliaan dari Allah Swt, kehidupan bahagia yang abadi dan memberimu maqam tertinggi di surga ‘illiyyin telah kau gantikan dengan kegelapan syirik dan nifaq. Kelak, semua itu akan menyebabkan penyesalan dan siksa paling pedih serta mengubah dirimu sebagai penghuni sijjini [neraka paling inti]. Dalam al-Kafi, maktub seuntai hadis yang diriwayatkan dari Imam Shadiq as, bahwa Rasul saw bersabda, “Sesungguhnya ketika malaikat Allah Swt dengan sukacita sedang membawa perbuatan baik manusia ke surga tertinggi, Allah Swt memerintahkannya untuk membawa perbuatan-perbuatan itu ke sijjin karena perbuatan tersebut tidak diperuntukkan bagi Allah Swt semata.”
Engkau dan aku tidak dapat membayangkan, apa sijjin itu dan engkau tidak dapat menduga apa yang akan ditimpakan kepada para pendosa di sana. Sekali ditempatkan di sana, kita tidak akan lagi dapat keluar karena segala sarana tobat telah diputuskan.
Bangunlah sahabatku, singkirkan kecerobohanmu dan timbanglah perbuatanmu dengan akal sebelum ditimbang di alam lain. Bersihkan cermin hatimu dari debu syirik dan nifaq, jangan kau biarkan debu syirik dan kufur mengotori cermin hatimu sehingga tidak mungkin lagi dibersihkan dengan api dunia yang akan datang sekalipun. Jangan biarkan cahaya fitrahmu berubah menjadi suramnya kufur, jangan jadi pengkhianat bagi dirimu sendiri dan jangan hancurkan amalan yang telah diberikan Allah Swt kepadamu ketika Dia berfirman:
… fitrah Allah yang dengannya Dia menciptakan manusia. [QS. ar-Rum: 30]
Bersambung……..
Imam Khomeini, “40 Hadis: Hadis-hadis Mistik dan Akhlak: Hadis Riya”