Ikuti Kami Di Medsos

Akhlak

Imam Khomeini: Telaah Hadis Kibr [Bag. 1]

Muhammad bin Ya’kub Kulaini mengutip dari Ali bin Ibrahim, dari Muhammad bin Isa, dari Yunus, dari Aban, dari Hakim yang berkata, “Aku bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ja’far Shadiq as) mengenai derajat rendah dari ilhad (kemurtadan). Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya derajat paling rendahnya adalah kibr ([takabur).'”

Apa Kibr Itu?

Kibr adalah ungkapan bagi keadaan jiwa seseorang yang merasa tinggi dan berada di atas orang lain. Tanda-tanda kibr terlihat jelas pada hasil perbuatan seseorang, berikut gejala-gejalanya, hingga diketahui bahwa ia angkuh. Meski berbeda dengan ‘ujub, namun sebagaimana telah diuraikan, sifat buruk ini merupakan buah dari ‘ujub. Ujub adalah kekaguman pada diri sendiri, sedangkan kibr itu menganggap diri lebih dari dan mengungguli orang lain.

Baca pembahasan sebelumnya  Imam Khomeini: Telaah Hadis Ujub

Apabila seseorang merasa punya kelebihan lalu muncul keadaan senang, bangga, dan genit, maka itulah yang disebut dengan ‘ujub. Namun, bila ia menganggap orang lain tidak memiliki kelebihan yang dibayangkan ada pada dirinya berarti ia merasa dirinya lebih unggul dan lebih sempurna dari orang lain sehingga perasaan itu mewujudkan pada dirinya persepsi akan ketinggian dan kebesarannya. Akibat darinya, timbul rasa angkuh dan congkak. Inilah kibr.

Semua keadaan di atas terjadi dalam jiwa dan batin manusia. Namun demikian, kesan dan jejak keadaan itu muncul di raut wajah, gaya, tindakan, dan ucapan seseorang. Jadi, mula-mula manusia tertipu (mughrur), lalu ketertipuan itu bertambah sehingga ia mengalami ‘ujub pada dirinya. Bilamana ‘ujub ini sudah menjadikannya merasa tinggi,  congkak, dan lebih daripada orang lain, maka masuklah ia dalam keadaan takabur atau kibr.

Perlu disebutkan di sini bahwa peran jiwa, baik yang buruk berupa kecacatan, maupun yang baik berupa kesempurnaan, merupakan masalah yang pelik dan rumit. Sangat sulit membedakan yang satu dari yang lainnya. Karena itu, acap terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama besar dalam mendefinisikan perangai jiwa secara tepat. Kiranya, tidaklah mungkin memberikan definisi yang lengkap mengenai keadaan yang terjadi di alam batin ini. Maka dari itu, sebaiknya kita serahkan saja masalah ini pada hati nurani itu sendiri dan menghindarkan diri dari keruwetan mencari definisi dan istilah yang tepat agar kita tidak malah menjauh dari tujuan sebenarnya.

Derajat Kibr

Perlu diperhatikan bahwa kibr memiliki derajat yang berbeda-beda, sebagaimana tahapan dan derajat yang telah diuraikan dalam pembahasan ‘ujub. Kibr memiliki enam tingkatan.

1. Takabur dikarenakan memiliki iman dan keyakinan yang benar.
2. Lawan darinya adalah takabur karena memiliki keyakinan yang keliru
3. Takabur karena memiliki sifat dan watak yang baik dan terpuji
4. Takabur karena memiliki watak dan sifat yang buruk
5. Takabur karena amal saleh dan ibadah
6. Takabur karena melakukan perbuatan buruk dan dosa.

Setiap tahapan ini boleh jadi merupakan efek ikutan dari derajat ‘ujub atau efek dari sebab lain yang akan dibahas nanti. Untuk sementara, perhatian utama kita adalah takabur atau keangkuhan yang disebabkan faktor-faktor eksternal seperti keluarga, keturunan, harta, jabatan, kekuasaan, dan sebagainya. Setelah itu, insya Allah, kita akan membahas secukupnya keburukan-keburukan sifat ini dan bagaimana menyembuhkan semua itu. Saya memohon pertolongan Allah Swt agar kita dapat memperoleh manfaat dari pembahasan ini.

(Bersambung)

Imam Khomeini, “40 Hadis: Hadis-hadis Mistik dan Akhlak”

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *