Berita
Imam Husain ke Karbala demi Islam
Hari itu, Imam Husain as bersama keluarga dan rombongannya meninggalkan Madinah menuju Irak. Mendengar kabar itu, Abdullah bin Umar bergegas menyusul Imam Husain as, meskipun sudah tertinggal jauh, Abdullah tak ciut asa dan terus memacu kudanya demi mengejar Imam Husain as.
Setelah kira-kira tiga hari perjalanan, Abdullah akhirnya berhasil menyusul rombongan Imam Husain as, jauh di luar kota Madinah.
Abdullah kemudian bertanya kepada Imam Husain as, “Engkau hendak pergi ke mana?”
Imam Husain as menjawab, “Penduduk Irak telah menulis surat kepadaku. Mereka mengundangku untuk datang ke Irak.”
Beliau as kemudian mengeluarkan surat-surat yang diterimanya dari penduduk Irak kepada Abdullah. “Inilah surat-surat yang telah memberikan baiat mereka kepadaku”.
Mendengar jawaban Imam Husain as dan melihat surat-surat itu, Abdullah berusaha mencegah keberangkatan Imam Husain as. Ia memohon kepada Imam Husain as untuk kembali ke Madinah. Katanya, penduduk Kufah tidak dapat dipercaya.
“Di sanalah ayahmu dibunuh dan di sana pula saudaramu (Imam Hasan as) dicederai.”
Namun, Imam Husain as tidak bergeming dan akan tetap melanjutkan perjalanannya ke Irak. Sebab, Imam Husain as tahu betul, itu adalah perintah Allah Swt.
Lalu Abdullah berkata, “Jika perkaranya memang demikian, izinkanlah aku menyampaikan satu hadis kepadamu.”
“Sesungguhnya,” lanjut Abdullah, “Jibril as pernah turun dari langit menemui Rasulullah saw dan menyampaikan dua pilihan kepada beliau, yakni antara dunia dan akhirat. Maka, beliau lebih memilih akhirat, sedangkan engkau adalah darah daging Rasulullah saw. Demi Allah, engkau dan Ahlulbaitmu tidak akan memperoleh kekuasaan, dan sesungguhnya Allah tidak menjadikan hal demikian ini kecuali untuk kebaikan dan keutamaan kalian sendiri. Maka, janganlah engkau melanjutkan perjalananmu ke Irak dan kembalilah ke Madinah!”
Namun, Imam Husain as tetap bersikukuh tidak akan kembali ke Madinah seperti yang diminta Abdullah. Mendapati kenyataan itu, Abdullah pun menangis dan memeluk Imam Husain as sambil berkata, “Aku menitipkan engkau kepada Allah, dan aku yakin engkau pasti akan terbunuh.”
Abdullah bin Umar tak memahami tujuan sebenarnya keberangkatan Imam Husain, ketika dia berkata kepada Imam Husain as, “Engkau atau salah satu dari Ahlulbaitmu tidak akan memperoleh kekuasaan.”
Ia mengira kerberangkatan Imam Husain beserta Ahlul Baitnya itu untuk mencari kekuasaan, mendapatkan pangkat dan kedudukan di dunia. Kebanyakan orang berpikir seperti Abdullah dan memandang lebih baik jika Imam Husain tidak bertolak ke Irak saat itu, dan kembali ke Madinah.
Padahal, tujuan keberangkatan Imam Husain as ke Irak bukan itu, bukan kekuasaan. Salah satu tujuan keberangkatan beliau adalah demi menghidupkan kembali ajaran Islam, menyadarkan umat, serta menentang segala bentuk kezaliman dan membangun fondasi kemanusiaan yang kukuh dari pergerakan yang penuh berkah nan abadi.
Perjalanan Imam Husain as ini ditujukkan untuk Islam, memupuk tunas ajaran datuknya yang baru tumbuh dan nyaris layu, mati oleh kezaliman penguasa. Imam Husain as membuka mata umat dan mengairi tunas itu dengan darah sucinya dan keluarganya, serta para sahabatnya.
Imam Husain as berangkat demi menjaga ajaran Islam dan Ahlulbait Nabi saw. Jika Imam Husain as tak berkorban hari itu, maka Islam yang ada saat ini pastilah Islam versi penguasa yang penuh kezaliman. Imam Husain mencegah itu terjadi.
Beliau as berkorban demi menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan. Hal ini tergambar dengan jelas dalam wasiatnya kepada saudaranya, Muhammad bin Hanafiyyah, tatkala beliau meninggalkan Madinah.
Beliau as mengatakan kepada saudaranya itu bahwa dirinya meninggalkan Madinah untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang zalim. Beliau as juga menjelaskan tujuan-tujuannya yang luhur di antaranya:
“Sesungguhnya aku tidak keluar karena lupa daratan, mengingkari kenikmatan, berbuat kerusakan di muka bumi ini, atau berbuat kezaliman. Akan tetapi, aku keluar (menentang pemerintahan yang zalim) demi mencari perbaikan umat kakekku, Muhammad saw. Aku ingin memerintahkan kepada kebaikan (makruf) dan mencegah kemungkaran, dan aku akan berjalan dengan jalan yang telah digariskan oleh kakekku, Muhammad saw, dan ayahku, Ali bin Abi Thalib as.”
Bagi Imam Husain as, kebahagiaan sejati dan kehidupan kekal itu ada dalam kematiannya, dalam perjuangannya menengakkan agama Allah dan menghidupkan nilai luhur Islam serta membangunkan umat ini dari ancaman cengkeraman kemusyrikan. Demikian pula tujuan para sahabat dan keluarganya yang syahid di pelupuk natanya.
Sumber: M. al-Husaini asy-Syirazi, Menggali Hikmah Terpendam