Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Imam Ali Zainal Abidin dan Penduduk Syam

Penduduk Syam tidak pernah melihat sosok atau mendengar sabda Rasulullah saw secara langsung. Mereka juga tak pernah tahu kehidupan para sahabat Nabi saw dari dekat. Adapun sebagian kecil sahabat Nabi saw yang hijrah ke Syam, kemudian menetap di sana, tak punya peran berarti bagi warga Syam.

Akibatnya, penduduk Syam menganggap kelakuan Mu’awiyah bin Abi Sufyan sebagai sunah kaum muslimin. Ditambah lagi sebelumnya Syam ditaklukan imperium Romawi untuk jangka waktu cukup lama. Kemudian, setelah ditaklukan kaum muslimin, mereka mendapati bahwa pemerintahan yang dijalankan orang-orang Islam di negeri mereka (yang saat itu dipimpin Mu’awiyah) lebih baik daripada masa kekuasaan Romawi.

Maka tak mengherankan jika dikisahkan dalam sejarah, manakala tawanan keluarga Nabi saw memasuki kota Syam, seorang lelaki tua warga Syam mendekati Imam Ali Zainal Abidin Sajjad as seraya berkata kepada beliau,

“Segala puji bagi Allah yang telah membinasakan kalian dan memenangkan Amirul Mukminin (Yazid bin Mu’awiyah) atas kalian.”

Mendengar seruan itu, Imam Sajjad as bertanya kepada orang tua itu, “Hai orang tua, pernahkah Anda membaca al-Quran?”

“Ya pernah,” jawabnya.

“Tahukah Anda ayat ini: Katakanlah! Aku tidak meminta upah kepada kalian (atas penyampaian semua risalah ini) kecuali kecinttan kalian kepada keluarga (al-qurba)-ku?

“Aku pernah membacanya.”

“Apakah Anda juga membaca ayat: Maka berikanlah dzil-Qurba haknya?”

“Kamilah al-qurba (keluarga) yang dimaksud dalam ayat ituو hai orang tua. Pernahkah Anda membaca: Ketahuilah, apa-apa yang kalian peroleh itu berupa apapun maka sesungguhnya seperlimanya buat Allah, Rasul, dan dzul qurba (kerabatnya). Kami-lah dzul qurba itu, hai orang tua.”

“Pernahkah Anda membaca: Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan kenistaan dari kalian hai Ahlulbait dan menyucikan kalian sesuci-sucinya.”

“Aku pernah membacanya.”

“Kami-lah Ahlulbait yang dikhususkan dengan ayat penyucian ini.”

Orang tua itu kemudian berkata, “Demi Allah! Kaliankah keluarga (dzul-qurba) itu?”

“Demi Allah, sungguh kami-lah mereka itu tanpa keraguan sedikit pun. Dan demi hak kakek kami Rasulullah saw, sungguh kami-lah mereka itu.”

Sontak orang tua itu menangis, melemparkan surbannya, lalu menengadahkan kepalanya ke langit seraya berseru, “Ya Allah, sungguh aku berlepas diri dari musuh keluarga Muhammad saw.”

Ahli sejarah lainnya menyebutkan bahwa tatkala Imam Ali bin Husain as tiba di Syam bersama keluarga Nabi saw sebagai tawanan, Ibrahim bin Thalhah bin Ubaidillah meghampiri Imam as.

Ia kemudian bertanya, “Wahai Ali bin Husain (as), siapakah yang menang?”

Imam Sajjad as menjawab, “Jika engkau ingin tahu, maka ketika tiba waktu salat, azan-lah dan dirikan-lah salat!”

Jawaban Imam Ali Zainal Abidin Sajjad as menegaskan bahwa pertarungan dan pergulatan yang sebenarnya adalah demi ditegakkannya azan, takbir, dan pengingkaran atas keesaan-Nya. Bukan demi pemerintahan dan kekuasaan Bani Hasyim. Kesyahidann Imam Husain as dan para sahabatnya menjadi sebab langgengnya Islam Muhammadi dan tetap tegaknya Islam di hadapan tirani Bani Umayah dan orang-orang yang mengikuti jejaknya, yang tak akan pernah merasakan manisnya iman dan Islam.

 

*Tim TABWA, Teladan Abadi Imam Ali Zainal Abidin as

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *