Berita
Imam Ali Ridha as dan Budak
Ali bin Musa bin Ja’far as atau yang dikenal dengan Imam Ali Ridha as merupakan Imam kedelapan dalam mazhab Syiah Itsna Asyariyah. Imam Ali Ridha as memiliki perilaku dan akhlak yang baik di tengah masyarakat. Selalu bersikap lembut dan ramah dengan para budak dan kalangan jelata; itulah karakter khas Imam Ali Ridha as.
Abdullah bin Shilat meriwayatkan bahwa dirinya pernah bersama Imam Ali Ridha as ke Khurasan. Suatu hari, beliau mengundang orang-orang ke dalam perjamuan dan mengumpulkan seluruh budaknya. Termasuk budak-budak Sudan yang berkulit hitam legam. Para budak pun ikut serta dalam perjamuan itu.
Lalu Ibnu Shilat berkata,”Jiwaku menjadii tebusan Anda, alangkah lebih baik jika engkau pisahkan satu hidangan perjamuan untuk mereka.”
Mendengar itu, Imam Ali Ridha as menolak (memprotes) dengan berkata kepadanya, “Diamlah, sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala, adalah Esa (satu); dan ibu kita sama dan satu, Hawa, serta ayah kita pun juga satu, Adam, dan pembalasan adalah dengan amal perbuatan.”
Salah satu pekerjaan yang sangat dicintai Imam Ali Ridha as adalah memerdekakan budak beliau sendiri dan memerdekakan mereka dari perbudakan orang lain. Para perawi mengungkapkan, “Sesungguhnya beliau as telah memerdekakan 1000 orang budak.”
Bukan hanya kepada para budak, kepada tamu yang berkunjung ke rumahnya, Imam Ali Rihda as sangat menghormati dan memuliakan mereka, serta membanjiri mereka dengan aneka nikmat. Imam Ali Ridha as selalu memberi para tamu, berbagai macam kebaikan; sementara beliau sendiri yang melayani para tamu yang datang.
Alkisah, seseorang bertamu ke rumah Imam Ali Ridha as. Malam harinya, beliau mengajaknya berbincang-bincang. Namun tiba-tiba lampu penerangan berubah redup. Sang tamu pun reflek bergerak untuk memperbaiki lampu yang sedikit demi sedikit sudah mulai kehilangan cahayanya.
Namun, Imam Ali Ridha as segera bergegas, meloncat dengan cepat mendahului si tamu untuk memperbaiki lampu yang cahayanya mulai meredup, seraya berkata, “Sesungguhnya kami adalah bangsa yang tidak memeperkerjakan para tamu kami.”
Saat beliau memasuki pemandian air panas umum di tengah pasar di pusat kota, seorang prajurt mengusir Imam as dari tempatnya serta memerintahkannya menuangkan air ke kepalanya. Imam as pun melakukannya.
Beberapa saat kemudian, masuklah seseorang ke pemandian air panas itu. Rupanya ia mengenali Imam as. Kontan ia berkata sambil menjerit kepada prajurit itu, “Celaka engkau, apakah engaku akan memperbudak putra Rasulullah saw!?”
Si prajurit terperanjat dan ketakutan bukan main. Secepat kilat ia menjatuhkan diri dan bersimpuh sambil mencium kedua kaki Imam as. Dengan merendahkan diri, ia berkata, “Mengapa anda tidak menolakku ketika aku memerintahkanmu?”
Imam as tersenyum, lalu berkata dengan lemah lembut kepada prajurit itu, “Sesungguhnya perbuatan tersebut berpahala dan aku tidak ingin menolakmu dalam perkara yang akan diberikan pahala atasnya.”
Sumber: TIM TABWA – Teladan Abadi Imam Ali Ridha as