Berita
IKAPI: IBF Milik Umat Islam Dari Semua Golongan
Pagelaran pameran buku Islam terbesar di Asia Tenggara yang selama ini dikenal dengan nama Islamic Book Fair (IBF) dan tahun 2014 ini sudah masuk penyelenggaraan ke 13, beberapa hari lalu telah dibuka. Gegap gempita sambutan para pencinta buku dan pencari Ilmu yang haus pengetahuan baru berdesakan menjejali Indoor Istora Senayan Jakarta. Dahaga mereka pun terpuaskan. Karena di ajang ini buku-buku Islam dari berbagai penerbit, baik dari dalam maupun luar negeri di antaranya Malaysia, dengan sangat mudah didapat. Dengan kualitas yang sama, harganya masih relatif lebih murah daripada harga di toko buku biasa.
Islamic Book Fair (IBF), menurut ketua IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) DKI, H.E. Afrizal Sinarno bertujuan lebih mendekatkan buku kepada masyarakat luas. Lebih dari itu, IKAPI bersama semua komponen bangsa, semua ormas, termasuk pemerintah maupun tokoh-tokoh agama untuk berperan meningkatkan minat dan budaya baca umat Islam pada khususnya.
Dihubungi ABI Press via telepon, Afrizal menjelaskan bahwa untuk bisa menjadi umat yang cerdas dan bermartabat, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana minat baca masyarakat Muslim bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.
Menurutnya Islamic Book Fair bukan hanya milik IKAPI, melainkan milik umat, terutama sekali umat Islam. Panitia sepakat bahwa ajang ini bukan milik golongan tertentu tapi dari dan untuk semua kalangan kaum Muslim yang masih bersyahadat, masih mengucapkan Asyhadu anlaa ila ha Illallah, wa asyhadu ‘anna Muhammadur Rasulullah. Milik merekalah Islamic Book Fair tersebut.
Ditanya banyaknya penjualan buku yang diterbitkan kalangan intoleran berisi hujatan atas kelompok lain yang berbeda paham, Afrizal menyatakan bahwa penentu sebuah buku boleh beredar atau tidak adalah pemerintah dan bukan IKAPI. Menurutnya, kalau pemerintah menganggap sebuah buku tidak melanggar aturan negara, tentu akan diperbolehkan untuk diperjual belikan di IBF. Sedangkan dari sisi agama, semua golongan atau mazhab apapun selama mereka masih mengucapkan dua kalimat syahadat maka buku-buku mereka bisa masuk ke IBF.
IKAPI tidak pernah berkeinginan mengotak-ngotakkan Islam. Kalau ingin cerdas, ingin maju, siapapun yang tidak sependapat dengan pemahaman seorang penulis diharapkan membantahnya juga dengan cara menulis buku lain. Dengan begitu, adu argumentasi cerdas yang dituangkan dalam tulisan dan buku diharapkan bisa membuat umat lebih cerdas juga.
“Kita tentu saja tidak perlu main kasar seperti orang tak terdidik dan maunya hanya memakai jalan kekerasan,” ujar Afrizal.
Dia berharap dengan adanya IBF ini masyarakat dapat mengenalkan dan mensosialisasikan buku sedini mungkin kepada anak-anak dan seluruh anggota keluarga. Sebab minat baca harus ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak dan hal itu menjadi tanggung jawab orang tua. Karena itulah di Islamic Book Fair ini para penerbit menyuguhkan buku-buku Islam mulai dari buku anak-anak hingga buku dewasa.
“Ajaklah anak-anak ke even IBF. Carikan bacaan yang pas sesuai usia mereka. Mudah-mudahan saat dewasa nanti, mereka menjadi generasi yang cerdas,” himbau Afrizal. (Lutfi/Yudhi)