Berita
Hubungan Kehidupan Dunia dan Akhirat
Ayat-ayat Alquran mengajak kita memperhatikan satu poin yang sangat mendasar. Poin itu adalah hubungan antara kehidupan dunia dan akhirat. Kehidupan akhirat tak dapat dipisahkan dari kehidupan dunia. Benih kehidupan setelah kematian ditebarkan di dunia oleh manusia sendiri. Manusia menentukan di kehidupan ini apa yang akan terjadi pada dirinya di kehidupan akhirat.
Iman sejati, keyakinan yang benar, konsepsi realistis mengenai dunia, kebiasaan baik, tidak iri hati dan tidak dengki, tidak menipu, tidak membenci dan tidak curang, dan juga perbuatan baik yang membantu pengembangan individu dan masyarakat yang dilakukan dengan ikhlas, merupakan hal-hal yang menjamin kehidupan abadi yang bahagia. Sebaliknya, kekufuran, penindasan, kemunafikan, praktik riba, berdusta, memfitnah, mengumpat, mencari-cari kesalahan, menciptakan perpecahan, tidak beribadah kepada Sang Pencipta dan kualitas serta kebiasaan serupa lainnya merupakan hal-hal yang membuat pelakunya hidup sengsara di akhirat.
Ada sebuah sabda Nabi saw yang menarik. Nabi saw bersabda: “Dunia ini adalah lahan akhirat. Kalau kamu menanam di dunia ini, kamu akan menuainya di akhirat.” Karena mustahil menanam rumput lalu yang dipanen padi, menanam duri lalu yang dipetik bunga, maka begitu pula mustahil orang yang buruk perilakunya di dunia akan bahagia di akhirat.
Perwujudan dan Keabadian Perbuatan Manusia
Dari Alquran dan sabda-sabda para imam dapat dipahami bahwa bukan saja manusia akan terus hidup setelah kematiannya, namun perbuatan manusia juga terlestarikan sedemikian sehingga tidak hilang. Dalam kehidupan pasca-kebangkitan, manusia akan melihat semua perbuatannya di masa lalu. Perbuatan baik wujud atau bentuknya sangat indah, menarik dan menyenangkan. Perbuatan baik menjadi sumber kebahagiaan. Wujud perbuatan dosa sangat mengerikan, menjijikkan dan sangat buruk. Perbuatan dosa menjadi sumber kepedihan, penderitaan dan ketersiksaan.
Di sini kami sebutkan saja tiga ayat dan dua sabda Nabi saw dalam hubungan ini.
- Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebaikan dihadapkan, begitu (pula) kejahatan yang telah dikerjakannya. Ia ingin kalau sekiranya antara ia dan hari itu ada masa yang jauh. (QS. Ali ‘Imran: 30)
Ayat ini dengan jelas mengatakan bahwa manusia akan mendapati di hadapannya perbuatan baik dan buruknya. Perbuatan baik akan berupa bentuk yang menarik dan menyenangkan, sedangkan perbuatan buruk akan berupa bentuk yang begitu menjijikkan lagi mengerikan, sehingga manusia ingin menjauhkannya dari pandangannya atau menjauh darinya. Namun manusia tak akan mampu berbuat demikian, karena di alam itu perbuatan manusia hampir merupakan bagian dari eksistensinya dan tak dapat dipisahkan dari dirinya.
- Mereka akan mendapati di hadapan mereka apa pun yang mereka perbuat di dunia ini. (QS. al-Kahfi: 49)
Ayat ini dengan jelas mengatakan apa yang dikatakan ayat sebelumnya.
- Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepadanya (balasan) pekerjaannya. Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat atom pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat atom pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula. (QS. az-Zilzâl: 6-8)
Manusia abadi. Begitu pula perbuatan dan pekerjaannya. Di akhirat dia akan hidup bersama perbuatan yang menemaninya dalam kehidupannya di dunia. Perbuatan manusia merupakan aset baik atau aset buruknya. Kehidupan abadi manusia di akhirat ada yang bahagia dan ada yang menderita, tergantung pada perbuatan manusia itu sendiri.
Hadis
Beberapa Muslim yang datang dari tempat yang jauh diterima oleh Rasulullah saw. Dalam perbincangan mereka dengan Rasulullah saw mereka minta kepada beliau saw untuk memberikan beberapa pedoman yang bermanfaat. Antara lain Nabi saw menasihati mereka untuk segera memilih teman yang baik untuk akhirat, di mana teman hidup setiap orang nantinya adalah perwujudan perbuatannya sendiri.
Orang yang percaya kehidupan abadi akhirat selalu sangat hati-hati dalam berpikir dan berbuat, karena dia tahu bahwa perbuatan tidak boleh dianggap sebagai urusan sementara. Perbuatan merupakan paket yang dikirimnya ke akhirat. Dia akan hidup dengan paket itu.
Ayatullah Syahid Muthahari, Manusia dan Alam Semesta