Berita
Hikmah Milad Imam Ridha Sulteng: Nilai Penting Bershalawat
Shalawat kepada Rasulullah Saw menjadi bagian terpenting dalam proses ketundukan dan kepatuhan kepada Allah Swt.
Saking pentingnya, shalawat tergolong perintah Allah yang istimewa, sebab juga dilakukan oleh Allah sendiri dan para malaikat-Nya.
“Di dalam Al-Qur’an disebutkan, ‘Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi.’ Ini menunjukkan betapa pentingnya shalawat itu. Lalu Allah memerintahkan, ‘Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah ke atas baginda Rasulullah Saw.”
Demikian disampaikan Nasrullah, mahasiswa pascasarjana Ahlulbayt International University, Teheran, Iran dalam kunjungannya di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (7/9) malam.
Nukilan ayat Al-Quran Surah Al-Ahzab ayat 56 itu disampaikan Nasrullah dalam dialog memperingati milad Imam Ali Ar Ridha, imam ke-8 dalam silsilah Ahlul Bayt.
Imam Ali Ar Ridha adalah putra dari Imam Musa Al Kazhim. Beliau lahir di Madinah, 11 Dzulqaidah 148 Hijriyah (1 Januari 765) dan wafat di Masyhad, 17 Safar 203 Hijriyah (26 Mei 818). Imam Ridha antara lain hidup pada masa berkuasanya Khalifah Bani Abbasiyah, Harun ar Rasyid.
Milad Imam Ali Ar Ridha diperingati secara sederhana. Sebelum dialog, sejumlah jamaah berkumpul dan berdoa bersama.
Dalam kesempatan itu juga diikatakan, perintah bershalawat kepada Rasulullah menunjukkan betapa pentingnya figur Beliau yang telah berjasa menyebarkan ajaran Islam ke seluruh alam. Akan tetapi, shalawat memiliki makna lebih dalam dari sekadar kewajiban senantiasa mengucapkannya. Ia adalah sebuah proses penerimaan atau kepatuhan yang maksimal terhadap Rasulullah.
Perlunya kepatuhan ini antara lain bisa dilihat dalam Al-Qur’an Surah An Nisa’ ayat 64-6:. “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. Sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
Nasrullah juga menyampaikan imbauan agar kaum Muslimin mentaati Rasul dan keluarga sucinya sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Muslim dan Bukhari. (Indar/Yudhi)