Berita
Hidup Harmonis dalam Keragaman Bukan Mustahil
Gerakan anti Islam Pegida sebagai bentuk Islamphobia di Jerman sepertinya kurang memberi pengaruh ke tempat lain di Eropa. Buktinya di East Road, London, ketika Masjid Kingston terbakar sore hari sebelumnya dan mengalami kerusakan berat sehingga para jemaah kebingungan mencari tempat salat, justru mendapat tawaran dari Pendeta Martin Hislop yang mempersilakan umat Muslim menggunakan Gereja St Luke sebagai tempat mereka salat.
Hal ini seperti dirilis media online lokal di London, Inggris www.yourlocalguardian.co.uk (10/6). Dalam kutipannya disebutkan bahwa warga muslim menggunakan ruangan musik untuk melakukan salat Maghrib, Isya dan Subuh pada hari itu, sebab masjid terbakar sejak sore hari.
Pendeta Hislop mengatakan “Kami senang bisa membantu komunitas Muslim untuk menggunakan ruangan Musik Gereja untuk beribadah. Kami hanya membantu yang kami bisa, sebab begitulah bertetangga seharusnya”.
Bahkan Pendea Hislop berharap dapat membantu memberi tempat untuk Salat Jumat tapi sayang ruangan gereja tak mencukupi untuk menampung jemaah yang bisa mencapai 1000 orang.
Sementara itu Faisal Hanjra, perwakilan dari Masjid Kingston mengatakan “Kami salat Maghrib, Isya dan Subuh di Gereja St Luke’s. Kami sangat bersyukur atas keramah-tamahan mereka.”
Hanjra menjelaskan bahwa tak ada korban jiwa dalam tragedi kebakaran tersebut, namun langit-langit bangunan bagian tengah mengalami kerusakan yang memaksa pengurus masjid menutup tempat ibadah itu untuk perbaikan dalam beberapa hari ke depan.
Kejadian di Inggris ini membuktikan bahwa hidup harmonis dengan mereka yang memiliki keyakinan berbeda bukanlah sesuatu yang mustahil. Begitupun di Indonesia. (Lutfi/Yudhi)