Berita
Hari Al-Quds Sedunia Menggema di Jakarta
Ribuan massa memadati jalan-jalan di pusat kota Jakarta dalam demonstrasi Hari Internasional Al-Quds pada Jumat, 23 Juni 2017. Demonstrasi ini bertujuan menyuarakan dukungan bagi pembebasan Palestina dari pendudukan dan penindasan negara rasis ilegal Israel.
Hari Al-Quds internasional adalah hari pembebasan bangsa Palestina yang diperingati setiap Jumat terakhir di bulan Ramadan. Dalam sejarahnya, Hari Quds Sedunia dicetuskan oleh pemimpin Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini.
Berbagai elemen masyarakat dan organisasi seperti Voice of Palestine (VOP) Indonesia, Solidaritas Muslimin Indonesia untuk al-Quds (SMIQ), Komunitas Budaya Guntur, Garda Suci Merah Putih dan berbagai elemen lainnya turut serta dalam terlaksananya aksi solidaritas bagi Palestina dan bangsa-bangsa tertindas di seluruh dunia ini.
“Palestina adalah simbol ketertindasan yang utama saat ini. Palestina adalah masalah yang harus diselesaikan oleh umat manusia di seluruh dunia, karena saat ini masalah Palestina adalah masalah paling urgent di antara kaum Muslimin,” kata Mujtahid Hashem dari Voice of Palestine.
Mujtahid menekankan bahwa masalah penindasan di Palestina adalah masalah yang harus menjadi fokus utama. “Berbagai kekisruhan yang terjadi di Timur Tengah; pembunuhan, teror, dan segala macamnya adalah pekerjaan tangan-tangan Zionis Israel, untuk mengecohkan kaum Muslimin, untuk menjadikan masyarakat dunia lupa, bahwa masalah sebenarnya adalah kanker Zionis Israel,” imbuh Mujtahid dalam orasinya.
Orasi juga disampaikan oleh KH. Hassan Alaydrus (Ustaz Hassan) dari Ketua Umum Ormas Islam Ahlulbait Indonesia (ABI). Dalam kesempatan itu Ustaz Hassan menyampaikan rasa bangga menjadi bangsa Indonesia karena beberapa hal. Pertama, kemerdekaan bangsa Indonesia diraih dengan perjuangan. Dengan teriakan, “Allahu Akbar”. Kedua, setelah berjuang tidak putus, kemudian Undang-undang Dasar kita mengamanatkan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa oleh karena itu penjajahan harus dimusnahkan dari muka bumi. Ketiga, presiden pertama Republik Indonesia mengatakan “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel”.
Aksi demonstrasi dimulai pukul 15.30 WIB di depan kedutaan Amerika di Jakarta, dilanjut dengan orasi, longmarch dan buka puasa di kawasan Monas.
Kedutaan ini dipilih karena Washington terus mendukung Israel secara finansial, militer, dan politik.
Sejak 1948, Amerika setidaknya telah menggunakan veto di Dewan Keamanan PBB untuk memblok 40 resolusi yang mengecam aksi ilegal rezim Zionis. Setiap harinya, Israel menerima US$ 8,5 juta bantuan militer dari Amerika.
Bahkan, Amerika di bawah rezim Presiden Donald Trump berambisi memindahkan Kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem, sebuah gestur politik yang mengingkari hak bangsa Palestina atas Yerusalem dan negeri mereka secara keseluruhan.
Saat perhatian dunia banyak teralihkan oleh persoalan lain di Timur Tengah, rezim Zionis terus menjalankan kebijakan ilegal pendudukannya. Pada awal 2017, Israel sudah memutuskan membangun 4.000 unit pemukiman ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Perubahan demografis pun terjadi di dua wilayah ini, ketika koloni-koloni di dalamnya mulai dihuni sekitar 590.000 pemukim ilegal Yahudi. Ini angka perpindahan pemukim ilegal terbesar yang pernah terjadi dalam 20 tahun terakhir.
Jalur Gaza juga tetap masih dalam blokade ilegal oleh rezim Zionis di satu sisi dan junta militer Mesir di sisi lain. Blokade memperburuk kondisi Gaza pascaagresi Israel. Menurut catatan United Nations Relief and Works Agency for Palestinian Refugees in the Near East (UNRWA), angka pengangguran di Gaza mencapai 60%, terparah di dunia. Sekitar 80% penduduk bergantung hanya kepada bantuan luar untuk bertahan hidup.
Ironisnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan apa yang disebut “komunitas internasional” tak bisa berbuat apa pun untuk menjamin terpenuhinya hak-hak asasi manusia bangsa Palestina. “Proses perdamaian” yang selama ini dibicarakan hanya berputar-putar pada proses. Lebih jauh, “proses perdamaian” dengan “solusi dua negara” itu justru mengingkari hak-hak bangsa Palestina: hak untuk menentukan nasib sendiri, hak untuk pulang, dan hak untuk melawan.
Dalam kesempatan demonstrasi Hari Internasional Al-Quds 2017, massa aksi menyerukan beberapa pernyataan sebagai berikut.
- Menyerukan kepada organisasi masyarakat sipil pencinta keadilan dan anti-Israel untuk mengenyampingkan segala perbedaan dan bersatu dalam agenda membela dan mendukung perjuangan serta perlawanan bangsa Palestina.
- Menyerukan kepada Pemerintah Indonesia untuk aktif berperan mempersatukan faksi-faksi politik di internal Palestina.
- Menyerukan kepada organisasi masyarakat sipil pecinta keadilan untuk terus mendesakkan agenda pengucilan Israel di dunia internasional.
- Menyerukan kepada Pemerintah Indonesia untuk meninjau kembali dukungannya kepada konsep “Solusi Dua Negara” yang semakin terlihat tak realistis.
Pada hari ini ada ratusan kota di seluruh dunia turut serta menyambut Hari Al-Quds di antaranya New York, London, Berlin, Los Angeles, Paris, Lebanon, Turki, Iran, Irak, Syria, Palestina Tepi Barat, juga di Gaza, Thailand, Filipina, Malaysia, Indonesia dan berbagai negara lainnya.
Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 10 kota yang turut serta menyambut seruan Al-Quds, di antaranya Jakarta, Bandung, Semarang, Garut, Surabaya, Batam, Palembang, Pontianak, Balikpapan, Medan, Banjarmasin, Makassar dan kota-kota lainnya.
Peringatan hari Al-Quds Internasional di beberapa kota di Indonesia