Berita
H-1 Perjalanan Mencari Diri: Dari Jakarta ke Karbala
(Catatan Pertama)
Hari ini, Sabtu (28/11), saya akan memulai perjalanan sepanjang 7.900 kilometer dari Jakarta menuju Baghdad, Irak.
Dari Baghdad, saya bakal bergerak ke Najaf untuk kemudian mulai berjalan kaki 80 kilometer hingga pusara Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib di Karbala.
Ya, ini bukan sesuatu yang mudah. Meninggalkan keluarga, tugas dan pekerjaan untuk menempuh perjalanan sepanjang itu ke negara yang dirundung kekerasan jelas bukan ‘tamasya normal’. Ini bukan piknik mencari hiburan. Tapi dahaga kerinduan lah yang bakal meringankan semuanya.
Ya, kerinduan kepada sang pemimpin, kepada dia yang mengajarkan nilai-nilai suci bukan hanya dengan kata-kata, tapi juga dengan tubuhnya. Bukan hanya dengan tubuhnya sendiri, sebenarnya, tapi dengan tubuh hampir seluruh anggota keluarganya: bayi mungilnya, putra-putranya, adik-adiknya, keponakan-keponakannya, sahabat-sahabat setia terbaiknya dan tentu segenap harta bendanya.
Ya, Imam Husein adalah sosok pemimpin abadi. Bukan saja karena dia mahir berorasi dan berkhotbah di mimbar, mengajak orang kepada Allah dan nilai-nilai kesempurnaan, tapi karena dia ‘menjasadkan’ semuanya dalam diri dan keluarganya.
Di Karbala 1.376 tahun silam, Imam Husein bersama rombongan keluarga dan sahabat terdekatnya telah mempertontonkan pengorbanan demi nilai-nilai luhur yang tiada tara. Sungguh tak terperikan oleh kata-kata, bahkan tak tertanggung oleh perasaan.
Maka itu, tidaklah aneh bila –menurut perkiraan terakhir Pemerintah Irak di pekan ini– sekitar 25 juta orang bakal berduyun-duyun menziarahinya, di hari yang disebut dengan Arbain. Inilah hari ke 40 setelah Asyura yang merupakan Hari H Tragedi Karbala.
Berjuta-juta Muslim peziarah ini, dari seluruh pelosok dunia, seperti ‘wajib’ ke sana untuk meneguhkan janji setia di jalan kafilah Karbala yang telah mengorbankan segalanya demi terjaganya nilai-nilai agung Islam. Sebagian bakal membaca doa, sebagian lain hanya menyapa dan melambaikan tangan dari kejauhan. Yang lain lagi, utamanya warga Irak, memilih melayani para peziarah dengan seluruh yang terbaik dari yang mereka miliki .
Bila diberikan kesempatan, saya akan rutin mengirimkan catatan harian perjalanan menuju Karbala. Ini perjalanan saya yang ketiga.
Semoga sidang pembaca dapat mengikuti dari jauh peristiwa baiat massal dan upacara cinta terbesar sepanjang sejarah ini.
Mohon doa dan selamat berjumpa kembali. (Abu Jawad/Yudhi)
Link terkait :
– Hari H Perjalanan Mencari Diri: Rangkuman Perasaan Dan Harapan