Berita
GP Ansor Garda Terdepan Penjaga Toleransi
Didirikan sebagai sayap organisasi yang mewadahi kader-kader muda Nahdlatul Ulama (NU), Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) menjadi salah satu garda terdepan NU melindungi kebhinekaan dan keberagamaan yang bercorak wasathiyah, moderat dan toleran.
Hari-hari ini pun, di saat propaganda kebencian dan fitnah sektarian begitu gencar disebarkan oleh kelompok-kelompok takfiri, GP Ansor membuktikan diri menjadi agen penjaga toleransi. Mulai dari menjaga gereja, melindungi kelompok minoritas, dan yang terbaru melawan keras ormas pengkafir Syiah bernama Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS)
Menurut Abdul Muiz, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Cirebon, GP Ansor memang merupakan organisasi yang mendudukkan dirinya sebagai penyebar dan penjaga kesadaran toleransi di masyarakat.
“GP Ansor itu gerakan organisasi yang mencoba memberikan kesadaran keragaman atau kesadaran toleransi di masyarakat,” ujar Abdul Muiz Syaerozie.
“Jadi GP Ansor memberikan kesadaran toleransi, serta menjaga NKRI, komitmen kebangsaannya itu tinggi. Itu banyak sekali sering dilakukan oleh temen-temen Ansor di mana-mana.”
“Kalau saya lihat memang selama ini Ansor komitmen dan menjadi garda besar mengawal tolerani di Indonesia ini,” tegas Ketua ISNU Cirebon ini. Di Cirebon sendiri, GP Ansor merupakan salah satu yang paling tegas melawan kelompok pengkafir ANNAS yang menyebar provokasi fitnah sektarian Sunni-Syiah.
Mengawal Islam Rahmatan lil Alamin
Tak hanya di Cirebon, di Bogor pun GP Ansor sangat keras menentang keputusan Wali Kota Bima Arya yang awalnya dikabarkan mengizinkan deklarasi organisasi pengkafir ANNAS dideklarasikan di kantor Wali Kota. GP Ansor tak rela kota Bogor menjadi kota Intoleran se-Indonesia sebagaimana hasil riset SETARA Institute tahun 2015 ini.
Menurut Rachman Imron Hidayat, Ketua PC GP Ansor kota Bogor, GP Ansor melindungi dan mengayomi semua orang dan kelompok tanpa pilih kasih; mau Kristen, Syiah, atau siapa pun, karena Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin.
“Kita mengayomi semuanya itu untuk menjaga atau menyiarkan bahwa Islam itu rahmatan lil ‘alamin. Bagi kita Islam yang asli itu adalah Islam yang ramah, Islam yang toleran, yang moderat. Islam yang memberikan kesejukan, Islam yang menghormati kemajemukan tanpa terkecuali,” ujar lelaki yang akrab dipanggil Romi ini.
Komitmen GP Ansor yang memegang prinsip Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin ini, sejalan dengan komitmen GP Ansor melindungi kebhinekaan bangsa dan kesatuan NKRI.
“NKRI itu adalah harga final. Agama, adat istiadat, kultur yang ada itu harus dihormati. Kenapa? Karena kita ini orang Indonesia yang beragama Islam. Artinya apa? Dengan adat budaya, Islam ini terjaga, karena itu bagian dari bangsa kita,” terang Imron.
“Artinya bahwa komitmen GP Ansor akan kebangsaan dan keislaman, kita buktikan dengan itu tadi, dengan menjaga dan melindungi toleransi,” tekan Imron.
Tantangan Berat Menjaga Toleransi
Dalam upayanya menjaga toleransi ini, menurut Imron, tantangan paling berat berasal dari elemen-elemen yang ingin merongrong NKRI. Ingin mengubah dasar negara Indonesia.
“Tantangan yang paling berat adalah menjaga NKRI dari rongrongan orang-orang yang ingin mengubah dasar negara kita. Ini yang harus kita waspadai. Ini sangat bahaya kalau tidak diantisipasi,” ujar Imron.
“Dan ini, bukan hanya pekerjaan Ansor, tapi juga perkerjaan kita sebagai warga bangsa yang sepakat pada kebhinekaan. Ini adalah cobaan kita terbesar, menjaga NKRI. Menjaga keberagaman di Indonesia ini.”
“Indonesia ini sangat unik. Dilihat bangsa luar, luar biasa kaya akan keberagamaannya. Karena itu kita umat Islam yang paling besar di dunia, adem-ayem umat Islamnya. Ini kelebihan kita. Kita menghargai semua agama, semuga golongan, semua adat. Ini yang saya pikir tantangan ke depan, adalah kelompok yang ingin merusak kebhinekaan ini dan merongrong NKRI,” lanjut Imron.
Imron berpesan kepada seluruh elemen bangsa untuk menjaga kebhinekaan dan persautan bangsa ini dengan menguatkan tali silaturahmi.
“Kalau saya pesannya satu, ya menjaga masing-masing wilayah dan menjalin saling silaturahim satu sama lain. Misalkan di tingkat RT, RW, Kelurahan, itu bagian tak terpisahkan karena dengan silaturahmi tersebut akan timbul rasa kebangsaan kita,” pesan Imron.
“Kita harus hati-hati dan mewaspadai kelompok-kelompok yang inign memecah-belah kita. Kita waspada dan kita lawan dengan tadi, dengan silaturahmi satu sama lain,” pungkas Imron.
Tak hanya sekadar teori, GP Ansor sudah menunjukkan komitmen dan aksinya berada di garda depan menjaga toleransi di Bumi Pertiwi. Mereka turun ke lapangan melawan kelompok-kelompok intoleran dan takfiri yang ingin mencabik-cabik rajutan persaudaraan bangsa.
GP Ansor menjadi pionir yang berani beraksi nyata, namun masyarakat masih membutuhkan semua elemen lainnya berani beraksi turun ke lapangan menjaga bangunan toleransi ini. (Muhammad/Yudhi)