Berita
Ghadir Khum, Tolok Ukur Pemimpin Islam
Setiap peristiwa atau sejarah memiliki pesan sendiri, begitu pun dengan peristiwa di telaga Khum 14 abad lalu, bukan semata kongko-kongko tanpa makna. Pada peristiwa akbar yang diikuti 120 ribuan umat Islam itu Rasulullah saw tak hanya menginformasikan bahwa siapa saja yang menjadikannya menjadi pemimpin maka Imam Ali as juga pemimpinnya.
Seperti yang disampaikan Rasulullah saw saat di Ghadir Khum.
«من كنت مولاه فهذا على مولاه، اللهم وال من والاه و عاد من عاداه»
“Barang siapa menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka ini Ali adalah pemimpinnya pula. Ya Allah, pimpinlah orang yang menjadikannya pemimpin dan musuhilah orang yang memusuhinya.”
Salah satu poin penting yang bisa dicerna dari persitiwa yang disebut dengan Ghadir Khum atau Idul (Hari Raya) Ghadir itu adalah pemaparan figur Imam Ali as oleh Rasulullah saw telah memperjelas tolok ukur dan nilai seorang pemimpin.
Pada persitiwa 18 Dzulhijah tahun 10 Hijriah itu, Rasulullah saw telah menunjuk sosok yang telah merangkai seluruh nilai-nilai kemuliaan Islam secara penuh pada dirinya. Beliau merupakan insan mukmin, memiliki kedudukan tinggi dalam ketakwaan, dikenal luas pengorbanannya untuk agama, tak tergiur gemerlap dunia, teruji di semua medan tempur demi memperjuangkan Islam; medan yang penuh bahaya, medan ilmu dan pengetahuan, dan sebagainya.
Artinya, penobatan Imam Ali as sebagai pemimpin, iman, dan wali bagi umat Muslim, memiliki makna bahwa penguasa Islam haruslah insan yang memiliki kriteria-kriteria seperti beliau, atau mendekati kriteria ideal tersebut. Inilah salah satu pesan yang harus ditangkap oleh umat Islam di seluruh dunia, seperti halnya mereka menerima Rasulullah saw sebagai pemimpin, maka mereka juga akan menerima Imam Ali as sebagai pemimpinnya.
Karena itu, seseorang yang tak memiliki kriteria agung seperti memiliki pemahaman Islam yang mendalam, amal, jihad, infak, pengorbanan, tawaduk, dan rendah hati di depan hamba Allah dan semua sifat-sifat itu ada pada diri Imam Ali as, maka seseorang itu tak berhak duduk menjadi pemimpin.
Sederhananya, di Ghadir Khum, Rasulullah saw, selain menyampaikan bahwa Imam Ali adalah pemipin, sekaligus menyampaikan pesan tersirat bahwa seorang pemimpin umat Islam harus memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki Imam Ali as. Ini merupakan pelajaran berharga yang tak boleh dilupakan.
Maka sudah jelas dan seharusnya tak perlu ada perdebatan lagi, sebab Rasulullah saw sendiri yang menyampaikan. Bukankah sebagai umat Islam kita meyakini semua yang disampaikan Rasulullah saw adalah sebuah kebenaran dan yang terbaik bagi umat Islam?
Sumber: Sayyid Ali Khamenei: Tentang Yaumul Ghadir (al-Shia.org)