Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Faktor Syiah dalam Masuk dan Tersebarnya Islam di Asia Tenggara (5)

Faktor Syiah dalam Masuk dan Tersebarnya Islam di Asia Tenggara

Faktor Syiah dalam Teori India

Peran India dalam berbagai periode budaya dan peradaban di banyak wilayah Asia Tenggara sangat penting. Bermukimnya kelompok-kelompok pendatang India ke wilayah tersebut dan juga peran atau pengaruh India pada keturunan raja-raja Sriwijaya dan Majapahit, terutama di wilayah Melayu sejak berabad-abad sebelum Masehi berlanjut hingga abad ke-16 Masehi dan wilayah ini senantiasa dipengaruhi aliran-aliran kultural dan kemadzhaban India. Adanya pengaruh-pengaruh luas India masa Islam terhadap Budaya dan peradaban Islam wilayah Melayu, Thailand, Filipina, dan daerah lainnya, maka terdapat satu hipotesa lain yang kuat tentang asal usul masuk dan tersebarnya Islam di wilayah ini, yaitu hipotesis atau teori India.

pembahasan sebelumnya Faktor Syiah dalam Masuk dan Tersebarnya Islam di Asia Tenggara (4)

Meskipun ketertarikan penduduk India kepada Syiah dimulai sejak masa para penguasa wilayah Ghor ketika mereka mendukung gerakan kebangkitan Abu Muslim Khurasani dengan motivasi membela Ahl al-Bayt, perkembangan Syiah di anak benua India seharusnya dihubungkan dengan hijrahnya kelompok-kelompok Syiah Zaidiyah yang pada akhir abad ke-2 Hijriyah pergi menuju Shind bersama putera Nasf Zakiyah (yaitu Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib) kemudian setelah itu hijrahnya para penganut Syiah Ismailiyah pada akhir abad ke-3 Hijriyah ke wilayah ini. Demikian pula sejak abad ke-7 dan selanjutnya salah satu faktor perkembangan orientasi dan doktrin Syiah di anak benua India dan timur Asia harus disebut dari lahirnya kelompok-kelompok Sufi , di antaranya Suhrawardiyah, Chisytiyah, dan Qadiriyah. Kelompok-kelompok Sufi yang memiliki kecintaan khusus terhadap Ahl al-Bayt Nabi Muhammad, meskipun berorientasi Sunni, tetapi mereka menerima para imam Syiah sebagai pangkal silsilah Sufi mereka.

Para penguasa Mughal yang menguasai sebagian besar India, sebagian Sunni dan sebagian lain Syiah. Dari sini, peran orang-orang Syiah India sangat penting dalam memperkenalkan Syiah kepada penduduk utara dan timur Afrika, Asia Tenggara, dan sebagian wilayah lain.[Francis Robinson, Emperaturan-e Mughal va Selseleh-ha-ye Eslami-ye Hend (Kaisar-kaisar Mughal dan Dinasti Islam India), terjemahan Nasr Abadi, 2007]

Tiga elemen tasawwuf, bahasa Persia dan doktrin-doktrin kultural Syiah adalah oleh-oleh para pedagang dan muballigh muslim India kepada para penduduk wilayah Asia Tenggara, di antaranya Myanmar, Thailand, dan Indonesia. Dengan demikian, signifikansi peran Syiah dalam asal usul masuk dan berkembangnya Islam di Asia Tenggara dari India sangat penting dan berpotensi untuk ditelaah dari beberapa sisi.

Pertama, Islam di Asia Tenggara terbentuk di atas hamparan ‘ Irfan dan mistik Buddha dan Hindu dan diterima oleh penduduk wilayah ini. Dengan demikian, Islam Sufi yang dalam teori India lebih banyak menjadi perhatian dari seluruh hipotesa lain seperti Arab, Cina, dan Persia diterima oleh penduduk wilayah ini dan mampu mempengaruhi.

Kedua, tasawwuf yang berkembang di wilayah Asia Tenggara yang secara umum terpengaruh oleh teori-teori Syiah, seperti Nur (cahaya) Muhammad dan Wahdat al-Wujud masuk dari gerbang India ke Asia Tenggara. Proses ini berjalan lebih cepat sejak abad ke-13 Masehi ketika sebagian besar wilayah India berada di bawah kekuasaan sultan-sultan Muslim dan para saudagar Muslim India bersama para Sufi memperkenalkan Islam yang bercampur dengan tradisi-tradisi ‘ Irfan dan Sufi India kepada penduduk kawasan ini. Terdapat dua aliran utama Sufi Wujudiyah (Eksistensialis) abad ke-17, yaitu Hamzah Fansuri dan Ar-Raniri (yang merupakan salah seorang sayyid Hadhramaut yang menetap di India). Keduanya terpengaruh India dan pengaruh pemikiran Syiah dalam pemikiran Sufi Hamzah Fansuri dan karya-karyanya tidak dapat ditutupi.

Ketiga, kontribusi dan peran penting Persia dalam memperkenalkan dan menyebarluaskan Islam di anak benua India, banyak doktrin madzhab dan kultural Syiah dari Persia yang kemudian melalui jalur India masuk Asia Tenggara. Tradisi-tradisi terkait Muharram di Indonesia, Myanmar, Thailand, dan Filipina; sastra atau literatur  Irfan, Syiah seperti hikayat Muhammad Hanafi yah, dan karya sastra klasik Melayu lain mengindikasikan peran mediasi India dalam memperkenalkan sebagian doktrin Syiah di kawasan ini. Tidak ada petunjuk yang pasti bahwa apakah Syiah Ismailiyah India juga berperan atau tidak dalam masuk dan menyebarnya Islam di kawasan ini, tetapi dokumen-dokumen historis mengingatkan bahwa kaum Syiah pada abad ke-13 Masehi eksis dalam keluarga kerajaan Perlak yang merupakan kerajaan Islam pertama di timur laut Sumatera. Sistem pemerintahan raja-raja Aceh diambil dari sistem Persia kerajaan Syiah Mughal di India. Banyak
kata-kata Persia yang marak digunakan dalam bahasa Melayu dan Thailand masuk ke wilayah Asia Tenggara melalui India.[Kumpulan artikel Seminar Internasional “Mengkaji Pengaruh Tasawwuf Persia di Asia Timur”, Penyunting Dr. Imtiyaz Yusuf, Assumption University, Bangkok 2004]

Keempat, hal penting lain bahwa dalam teori Arab, Persia, dan Cina pun peran India sebagai tujuan transit para dai dan muballigh awal Islam sangat urgen. Banyak dokumen mengindikasikan bahwa para sayyid Hadhramaut setelah berhijrah ke India dan berhenti di sana, dalam kelanjutan perjalanan mereka berhijrah ke Asia Tenggara. Keberadaan keturunan sayyid Hadhramaut dan juga cabang-cabang sayyid Azamatkhan di India dan Indonesia membuktikan klaim tersebut. Demikian pula pada abad ke-15 dan 16 Masehi, para muballigh dan saudagar Persia yang memperkenalkan Islam kepada penduduk negeri Siam dan Myanmar, juga berasal dari orang-orang Persia yang bermukim di India yang masuk negeri-negeri kawasan ini, di antaranya Thailand, Myanmar, dan Indonesia dengan tujuan dagang dan tabligh. [Lihat: Mohammad Ali Rabbani, Peran Mediasi India dalam Memperkenalkan dan Mempropagandakan Budaya dan Peradaban Islam di Asia Tenggara), Jurnal Tri Wulan Chesym Andaz-e Farhanggi (Visi Kultural), No. 26, Musim Panas 1998; Syiah di Asia Tenggara, Jurnal Tri Wulan Dunia
Kultural, No. 8, 1999]

Tampaknya, area utama pengaruh kultural dan madzhab India masa Islam terhadap kawasan ini berhubungan dengan Kaldeh dan Gujarat yang marak dengan madzhab Syafi ’i dan Syiah. Mughal Syiah merupakan kata yang dikenal di Myanmar yang dinisbatkan kepada orang Islam Syiah di Rangoon dan Mandali. Masjid Mughal Syiah di ibu kota Myanmar yang merupakan masjid tertua negeri ini terkait dengan orang-orang Syiah India-Persia yang bermukim di Myanmar yang sejak abad ke-18 dan selanjutnya menuju negeri ini. Kata Mughal berasal dari raja-raja bermadzhab Syiah Mughal di India.

Syarikah, peneliti Belanda dalam bukunya tentang dinamika sosial di Indonesia dengan bersandar kepada catatan perjalanan Ibnu Batutah, menyebutkan bahwa pada paruh abad ke-8 Hijriah, Combi adalah kota penting di Gujarat, India yang penuh masjid, bangunan tinggi dan ramainya perdagangan. Ia menambahkan bahwa abad ke-13 Masehi adalah permulaan tersebarnya Islam di Gujarat. Kota Ahmad Abad menjadi pusat penting para pedagang dan intelektual Muslim Persia. Islam diperkenalkan ke Sumatera dan Jawa dari kota Surat melalui jalur selatan India. [Menukil dari Mohammad Zafar Iqbal, “Ta’sir-e Zabon va Adabiyyot-e Forsi va Farhangg-e Ironi dar Zaban va Adabiyyot-e va Farhangg-e Andonezi” (Pengaruh Bahasa, Sastra dan Budaya Persia dalam Bahasa, Sastra dan Budaya Indonesia), Disertasi S3, Universitas Tehran, 2005]

 

Bersambung….

Dikutip dari artikel Ali Rabbani dalam buku Sejarah dan Budaya Syiah di Asia Tenggara.

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *