Ikuti Kami Di Medsos

Artikel

Epik Karbala dan Kekalnya Pesan Imam Husain As

Kehidupan manusia berlalu dengan berbagai peristiwa dan fenomena. Akan tetapi, ada sebagian peristiwa yang tidak memudar seiring dengan berlalunya masa, bahkan semakin terang menyinari pemikiran dan pandangan umat manusia. Pada tahun 61 hijriah, sejarah mencatat sebuah peristiwa besar yang meski telah berabad-abad berlalu, namun masih menjadi inspirasi dalam transformasi politik dan sosial sepanjang masa. Kita sedang berbicara tentang kebangkitan epik Imam Husein as di padang Karbala.

Sebuah perjuangan epik yang tidak pernah usang termakan masa, bahkan semakin meluas menembus batas-batas geografi dan menjadi inspirasi untuk semua golongan. Di bulan Muharram ini, kita menyampaikan salam sejahtera kepada Imam Husein as dan para pahlawan Karbala. Salam kepada Imam Husein as yang telah menunjukkan pelajaran hidup yang kekal untuk umat manusia. Salam kepada Imam Husein as dan para sahabatnya yang setia, mereka yang telah mementaskan perjuangan heroik demi Islam.

Imam Husein as memulai gerakannya ketika budaya dan ajaran Islam yang murni sedang terancam penyimpangan. Imam Husein as menyaksikan bagaimana tujuan-tujuan yang diperjuangkan Rasulullah Saw terlupakan secara gradual, serta bagaimana pemerintahan Bani Umayah telah menguasai masyarakat dengan menggunakan uang maupun kekuatan.

Mengingat salah satu tugas dan tanggung jawab pemimpin dalam Islam adalah membimbing, Imam Husein as bangkit melawan penyimpangan untuk mengembalikan umat ke jalan kebenaran. Oleh karena itu beliau mengatakan, “Ketahuilah bahwa mereka (Bani Umayah) selalu bersama setan, meninggalkan perintah Allah Swt dan melakukan kefasadan secara terang-terangan. Mereka telah melanggar batasan Allah dan merampas harta milik masyarakat, mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah dan menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah Swt.”

Ucapan Imam Husein as itu menunjukkan bahwa gerakan beliau adalah dalam rangka menghidupkan dan memperkokoh nilai-nilai agama dalam masyarakat. Menyikapi kerancuan dalam masyarakat, Imam Husein as berkata, “Ya Allah! Kau sendiri tahu bahwa apa yang telah kami tunjukkan bukan demi persaingan atau kekuasaan, tidak pula demi duniawi. Melainkan untuk tegaknya agama-Mu, demi mengislah persada bumi-Mu, demi menenteramkan hamba-hamba-Mu yang tertindas sehingga dapat mengamalkan kewajiban dan hukum-hukum agama-Mu.”

Ucapan Imam Husein as telah menjelaskan runtuhnya spiritualitas dalam masyarakat Islam di masa itu. Di sisi lain, penimbunan kekayaan oleh para penguasa, perluasan bid’ah, terlupakannya wasiat Rasulullah, dan pengenyampingan Ahlul Bait Nabi as, semua faktor tersebut sedang menyeret masyarakat Islam kembali ke jurang kegelapan era jahiliyah. Pada era pemerintahan Bani Umayah, status kesukuan yang sangat ditentang oleh Rasulullah dihidupkan kembali. Masyarakat dengan cepat sedang membangkitkan budaya-budaya jahiliyah, yang telah dimusnahkan dengan risalah Islam yang disampaikan Rasulullah. Ajaran agama Islam benar-benar sedang terancam.

Sunnah dan agama ditafsirkan dengan penyimpangan, pemalsuan hadis dan berita-berita bohong meluas, bahkan tak jarang masyarakat meragukan nilai-nilai hakiki dalam agama Islam. Bani Umayah menyebarkan hadis-hadis palsu dari Rasulullah Saw dan para sahabat beliau, guna meyakinkan masyarakat bahwa mereka adalah pewaris hak kepemimpinan umat dari Nabi Muhammad Saw. Di sisi lain, kesombongan dan kerakusan Bani Umayah telah menciptakan jurang perekonomian masyarakat yang sangat dalam. Sedemikian rupa sehingga yang tampak dalam masyarakat Islam saat itu adalah makna sejati kekayaan dan kemiskinan. Dengan kata lain, tidak ada kelompok menengah dalam masyarakat. Kondisi tersebut mencapai puncaknya pada era pemerintahan Yazid bin Muawiyah.

Represi politik di era kekuasaan Bani Umayah sedemikian sadis sehingga tidak ada orang yang berani mengemukakan keberatan sedikit pun untuk menuntut haknya. Bahkan banyak tokoh masyarakat dan ulama yang memilih untuk bungkam. Mereka juga mengimbau Imam Husein as untuk berdamai.

Secara lahiriyah semua orang menunaikan shalat, berpuasa, dan melaksanakan haji, akan tetapi mengapa amalan ibadah tersebut tidak berdampak sedikit pun? Mengapa masyarakat tidak menunjukkan reaksi atas perkembangan sosial dan politik di sekitar mereka? Dengan kata lain, mereka telah menjauh dari hakikat agama. Kebodohan dan ketidakawasan masyarakat terhadap perkembangan politik-sosial, telah menyulitkan mereka untuk membedakan antara kebatilan dan kebenaran.

Di sisi lain, materialisme telah membutakan mata masyarakat sampai Imam Husein as mengatakan, “Kalian memperhatikan bagaimana janji-janji ilahi terlanggar, akan tetapi kalian tidak mengatakan sesuatu dan tidak pula merasa takut, sementara kalian mengeluh ketika terjadi pelanggaran terhadap perjanjian ayah-ayah kalian, akan tetapi kalian tidak peduli atas pelanggaran terhadap perjanjian Rasulullah Saw.”)Tahiful Uqul halaman 237)

Lalu dalam kondisi sedemikian parah ini, apa yang dapat menyelamatkan agama dari cengkeraman kaum mufsidin? Imam Husein as menyaksikan kondisi tersebut beliau berpendapat bahwa harus dilakukan penyelamatan menyeluruh baik dari sisi spiritualitas, ideologi, politik maupun sosial masyarakat Islam. Sebuah gerakan berdimensi budaya dan kemasyarakatan saja tidak akan mampu menyelesaikan masalah yang sudah sedemikian kronis. Maka untuk masalah ini diperlukan langkah menyeluruh. Pertama adalah tidak mengakui pemerintahan Yazid (Bani Umayah) dan kedua adalah menebus aksi perlawanan tersebut.

Melalui kebangkitannya, Imam Husein as mengecam pemerintahan zalim dan menunjukkan sistem pemerintahan ilahi yang dipegang oleh seorang imam yang adil dan saleh. Beliau menjelaskan hukum Islam dan menukil hadis Rasulullah Saw, “Barang siapa yang melihat seorang penguasa zalim yang mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah Swt, dan dia diam tidak menunjukkan reaksi, maka Allah berhak menempatkan orang itu di posisi penguasa lalim (neraka).” (Tuhaf al Uqul halaman 505)

Imam Husein as menyadari fakta ini bahwa para penguasa zalim dan fasid mengklaim diri sebagai pihak yang paling berhak untuk memimpin umat dan berkuasa. Mereka berusaha menghidupkan kembali era jahiliyah jilid baru dengan sampul yang berbeda. Mereka mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah Swt dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu Imam Husein as dalam mengungkap tujuan mereka, beliau mengatakan: “Aku keluar untuk mengislah umat kakekku, aku ingin menegakkan amar makruf dan nahyu munkar dan bersikap sesuai sirah dan sunnah Rasulullah Saw.”

Ketika Imam Husein as menegaskan bahwa filsafat gerakan beliau adalah islah umat dan dalam rangka menghidupkan kembali sirah dan sunnah Rasulullah Saw. Artinya, pesan Imam Husein as kepada masyarakat adalah “kalian telah menjauh dari sunnah Nabi Saw.” Imam Husein mengetahui dengan baik bahwa penyimpangan tersebut mengancam pondasi Islam dan jika berlanjut, maka betapa banyak maarif Islam yang akan tersingkirkan dan pada akhirnya Islam hanya akan menjadi sampul.

Ketika orang seperti Yazid bin Muawiyah telah menunjukkan penentangannya terhadap agama di depan publik dengan memanfaatkan posisinya sebagai khalifah, maka tidak ada ruang lagi bagi Imam Husein untuk membiarkan hal ini berlanjut. Karena proses tersebut pada akhirnya akan menghanguskan seluruh jerih payah dan perjuangan Rasulullah Saw dalam menyampaikan risalah Islam.

Gerakan Imam Husein as pada hakikatnya adalah sebuah peringatan. Peringatan yang berlaku di setiap era dalam sejarah, bahwa setiap perjuangan umat Islam terinspirasi dari heroisme epik Imam Husein as dalam menunjukkan hakikat agama samawi ini. Oleh karena itu, dalam banyak analisa tentang kebangkitan Imam Husein as di padang Karbala disebutkan bahwa beliau telah menghidupkan kembali Islam. [hajij]

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *