Dunia Islam
Survei Terbaru, Mayoritas Warga Arab Tolak Akui Zionis “Israel”
Sebagian besar warga di negara-negara Arab tidak mendukung normalisasi hubungan dengan rezim zionis bernama “Israel”. Demikian hasil survei yang baru-baru ini diterbitkan.
“Sekitar 88 persen dari lebih 28 ribu responden di 13 negara di Timur Tengah dan Afrika Utara menentang pengakuan diplomatik terhadap ‘Israel’,” ungkap temuan Indeks Opini Arab tahunan seperti dikutip Anadolu, Kamis (14/10).
Menurut data yang dirilis minggu lalu tersebut, hanya 6 persen warga yang mendukung pengakuan resmi “Israel” dan 6 persennya lagi menolak menjawab.
Survei yang dilakukan Arab Center for Research and Policy Studies yang berbasis di Doha itu mencakup wawancara langsung dengan 28.288 individu responden.
Responden yang menentang hubungan diplomatik dengan zionis mendasarkan posisinya pada alasan yang terutama berkaitan dengan sifat kolonialis negara ilegal itu, kebijakan rasis dan ekspansionis, serta kengototan dalam menduduki atau menjajah wilayah Palestina.
Indeks Opini Arab, survei opini publik terbesar yang dilakukan di dunia Arab, dirilis di tengah gelombang kesepakatan normalisasi dengan rezim palsu zionis.
Hal senada juga diungkapkan sebelumnya pada Minggu lalu (11/10) oleh Kementerian Urusan Strategis negara ilegal zionis yang merilis laporan survei; bahwa 90 persen percakapan media sosial berbahasa Arab tentang perjanjian “Israel” dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain, rupanya diwarnai oleh pandangan negatif.
Tagar populer yang menentang perjanjian UEA dan Bahrain bahkan mencapai lebih dari 100 juta orang dalam waktu kurang dari sebulan. Berdasarkan laporan sebanyak sembilan halaman itu, 81 persen pengguna medsos Arab meninggalkan komentar “negatif”, 8 persen memiliki pandangan “sangat negatif”, dan hanya 5 persen saja yang melihatnya secara positif. Sementara 45 persen pengguna sosmed Arab berargumentasi tentang ‘pengkhianatan’.
Laman berita Haaretz melaporkan, studi itu memeriksa percakapan di Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube, antara 12 Agustus hingga 8 September, sebelum upacara penandatanganan resmi terjadi di Gedung Putih pada saat itu.
Tagar “normalisasi adalah pengkhianatan” dan “orang Bahrain menentang normalisasi” menjadi yang paling populer digunakan. Menurut laporan itu, tagar ini mencapai lebih dari 100 juta pengguna media sosial selama periode penelitian. Survei juga menunjukkan bahwa nyaris setengah yang membahas perjanjian ISRAEL-UEA berargumentasi tentang ‘pengkhianatan’ terhadap Palestina. Sentimen ini muncul dalam 45 persen komentar.
Persenan komentar negatif lainnya terbagi sebagai berikut:
- Warga yang mengeluhkan interaksi negara dengan zionis secara umum (27 persen)
- Menuduh UEA munafik (10 persen)
- Menuduh UEA menyerah pada kepentingan AS (5 persen)
- Menuduh UEA hanya menginginkan keuntungan sendiri (4 persen)
Sebaliknya, hanya 10 persen komentar yang mengatakan sesuatu yang baik tentang perjanjian tersebut. Langkah itu kemudian diikuti Bahrain, meskipun muncul kecaman luas dari Palestina, yang menegaskan bahwa perjanjian itu adalah pengkhianatan terhadap tujuan mereka.
*Dikutip dari berbagai sumber