Dunia Islam
Pesan Imam Ali Kepada Malik Al-Asytar An-Nakha’iy (Bagian Dua Belas)
Larangan Menumpahkan Darah Tanpa Alasan yang Dibenarkan
Awas! Jauhkanlah dirimu dari perbuatan menumpahkan darah siapapun tanpa alasan yang menghalalkan. Tiada suatu yang lebih dekat kepada pembalasan, lebih berat bebannya dan lebih cepat menghilangkan darah tanpa sebab yang dibenarkan. Ketahuilah bahwa pada Hari Kiamat, Allah SWT akan menjadikan persoalan penumpahan darah di antara hamba-hamba-Nya sebagai sesuatu yang pertama kali akan diadili-Nya. Maka jangan sekali-kali berusaha memperkukuh kekuasaanmu dengan menumpahkan darah yang diharamkan Allah. Perbuatan seperti itu justru akan melemahkan kekuasaanmu dan merapuhkannya, bahkan menghilangkannya darimu sama sekali.
Tiada maaf sedikitpun bagimu dari Allah ataupun dari aku bila kau lakukan pembunuhan dengan sengaja, sebab atasnya berlaku hukum badan. Tapi bila kau dihadapkan pada suatu pelanggaran, kemudian kau menyebabkan kematian si terhukum secara tidak sengaja, akibat cambuk, pedang ataupun tanganmu, maka cepat-cepatlah mencari kerelaan keluarganya dengan menunaikan segala yang menjadi hak mereka dengan sempurna. Jangan sekali-kali engkau sampai terhalang melakukannya oleh keangkuhan kekuasanmu.
Akhlak yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin
Jangan sekali-kali merasa bangga akan dirimu sendiri atau merasa yakin akan apa saja yang kau banggakan tentang dirimu. Jangan menjadikan dirimu sebagai penggemar puji-pujian yang berlebihan. Yang demikian itu merupakan kesempatan terbaik bagi setan untuk menghancur-luluhkan hasil kebajikan orang-orang yang berbuat baik.
Jangan mengungkit-ungkit kebaikan yang kaulakukan untuk rakyatmu atau membesar-besarkan jasa yang pernah kau perbuat, atau menjanjikan sesuatu kepada mereka lalu kau tidak memenuhinya. Perbuatan mengungkit-ungkit suatu kebajikan, memusnahkan pahalanya. Membesar-besarkan kebaikan diri, menghilangkan sinar kebenarannya. Dan menyalahi janji, menghasilkan kebencian di sisi Allah dan di sisi manusia. Allah berfirman: Sungguh besar kemurkaan Allah dalam hal kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. (QS 61:3)
Jangan tergesa-gesa mengerjakan sesuatu sebelum waktunya, atau melalaikan di saat kau mampu melakukannya. Jangan pula memaksakan diri ketika masih diliputi keraguan, atau kehilangan semangat bila telah jelas kebaikannya. Letakkanlah segala sesuatu pada tempatnya yang selayaknya dan kerjakanlah segala sesuatu pada waktunya.
Jangan mengkhususkan dirimu dengan sesuatu yang menjadi hak bersama orang banyak. Jangan berpura-pura tidak mengetahui sesuatu yang sudah jelas bagi setiap penglihatan. Hal itu pasti akan diambil kembali darimu untuk mereka yang lebih berhak. Dan sebentar lagi akan tersingkap penutup segala yang bersangkutan denganmu, dan setiap orang yang kaulanggar haknya pasti akan direnggutkan kembali haknya itu darimu.
Kendalikanlah luapan amarahmu, kekerasan tindakanmu, kekejaman tanganmu dan ketajaman lidahmu. Jagalah keselamatan dirimu dengan menahan gejolak emosimu dan menangguhkan hukumanmu dampai saat redanya kembali amarahmu. Sehingga dengan begitu kau mampu memilih yang paling bijaksana. Bahkan tidak memutuskan sesuatu kecuali setelah cukup menyibukkan hatimu dengan mengingat saat kau dikembalikan kepada tuhanmu kelak.
Adalah kewajibanmu untuk mengingat kebaikan yang telah dilakukan orang-orang pendahulumu. Baik yang berupa pemerintahan yang adil atau tradisi yang mulia. Demikian pula berita tentang Nabi kita saw atau ketetapan Allah SWT. Contohlah semua itu sebagaimana telah kau saksikan kami melakukannya. Curahkanlah daya upayamu dalam mengikuti segala yang kupesankan kepadamu dalam suratku ini dan kuikatkan erat-erat pada dirimu. Agar kau tidak mudah dijerumuskan oleh dirimu sendiri bila ia bergegas mengikuti hawa nafsunya.
Aku mohon dari Allah SWT; dengan rahmat-Nya yang amat luas dan kuasa-Nya yang maha besar yang mampu memenuhi segala permohonan, agar Ia melimpahkan taufik-Nya kepada diriku dan dirimu guna mencapai ridha-Nya dalam bertindak seadil-adilnya, untuk-Nya dan untuk makhluk-Nya. Juga demi kepuasan seluruh rakyat, kesejahteraan di segenap penjuru negeri, kesempurnaan nikmat dan berlipat gandanya kemuliaan. Dan agar Ia mengakhiri hidupku dan hidupmu dengan kebahagiaan dan syah’dah.[14] Sungguh kepada-Nya kita semua akan kembali. Salam untuk Rasulullah saw. dan keluarganya yang baik-baik dan tersucikan, sebagaimana ia untuk dirimu juga.(MK)
[1] Kharaj, segala pendapatan negara, termasuk zakat, pajak dan sebagainya.
[2] Pemberian subjudul dibagian ini, berasal dari kami sendiri –MB.
[3] Yakni rakyatmu yang Muslim maupun yang non-Muslim.
[4] Yang dimaksud dengan “memerangi Allah”ialah menentang syari’ah-Nya serta bertindak zalim.
[5] Kemarahan massa akan mengecilkan nilai kepuasan dari kaum elit atas seorang penguasa. Sebaliknya, selama massa rakyat merasa puas, kemarahan kaum elit tidak perlu terlalu di-risaukan.
[6] Yang dimaksud dengan “aurat di sini, ialah perbuatan atau keadaan yang pelakunya akan merasa malu apabila diketahui orang lain(aib).
[7] Dengan perilaku yang baik dan tidak menyakiti mereka.
[8] Orang yang berbuat kejahatan, menetapkan hukuman atas dirinya sendiri. Sedangkan yang mengerjakan kebaikan, menetapkan pahala untuk dirinya sendiri.
[9] Apabila seorang penguasa memperlakukan rakyatnya dengan baik, mereka akan mencintainya dan taat kepadanya, sedemikian, sehingga si penguasa akan selalu memiliki perasangkaan baik terhadap mereka.
[10] Jizyah ialan pungutan atas penduduk non-Muslim sebagai penggati pungutan zakat, pajak dan lain-lainnya, atas kaum Muslim. Kharaj, lihat catatan kaki nomor 1.
[11] Ahl adz-dzimmah ialan penduduk non-Muslim yang berlaku atas mereka perjanjian serta jaminan dan perlindungan keamanan.
[12] Ketika Khalifah Utsman r.a. telah makin lanjut usianya pemerintahan dikuasai oleh Marwan ibn Hakam, kemenakan dan sekaligus menantu Utsman r,a,n yang dengan kesewenangannya telah berusak citra pemerintahan khalifah Utsman.
[13] Dalam teks aslinya digunakan istilah “memakmurkan tanah”
[14] Syahadah, mati syahid karena membela agama Allah