Dunia Islam
Membentuk Jiwa Bertanggung Jawab
Banyak sekali definisi dan pendapat yang menjelaskan tentang kehidupan. Sebagian pihak menyatakan bahwa kehidupan tak ubahnya mimpi dan fatamorgana. Sebagian lagi memaknainya dengan kejadian-kejadian yang tidak bertujuan dan manusia yang hidup di dalamnya hanya dapat pasrah menerima apapun yang terjadi. Sebagian lainnya menegaskan bahwa kehidupan merupakan program yang dibarengi dengan kesulitan dan kesedihan yang harus dipikul setiap orang.
Sementara dari sudut pandang Islam, kehidupan tak lain dari tugas yang dibebankan di pundak seseorang terhadap orang lain yang mustahil dielakkan. Dengan memahami bahwa kehidupan merupakan sebuah tugas, niscaya seseorang akan memiliki kekuatan yang sangat dahsyat; tidak akan menempuh kesesatan dan tidak pernah dikecamuk keresahan di saat hidup miskin dan kesusahan, tidak pantang menyerah dalam menghadapi segenap kesulitan, dan tidak pernah tersungkur di hadapan hantaman musibah dan problematika hidup.
Kehidupan adalah tugas. Karenanya, usaha sescorang akan senantiasa disesuaikan dengan tujuannya serta menjadikannya siap menjaga amanat yang sesungguhnya menyulitkan hidupnya. Ia akan lebih memprioritaskan kehidupan yang mulia ketimbang tunduk di hadapan segala bentuk perbudakan.
Tanggung jawab lahir dari anggapan bahwa kehidupan ini merupakan sebuah tugas yang harus diemban. Saat itu, makna kebahagiaan dan kesuksesan melaksanakan tugas dan tanggung jawab dapat dihayati.
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam upaya menumbuhkan jiwa bertanggung jawab.
- Pelajaran-pelajaran yang berkenaan dengan tanggungjawab merupakan hasil usaha dan rahasia dari diutusnya para rasul yang menyampaikan ajaran-ajaran Ilahi demi menggugah umat manusia agar mau menjalankan tugasnya.
- Menjalankan tanggung jawab membutuhkan usaha ekstra keras yang berkelanjutan. Seseorang tidak begitu saja terlepas dari tanggungjawab sekalipun telah menjalankannya selama sehari atau beberapa hari.
Tanggung jawab merupakan tugas yang sangat penting sekaligus wajib kita emban kita. Denga demikian, ia merupakan tugas yang tetap, terus ada selama kita masih hidup, dan tak perah lepas dari diri kita. Karena itu, kita tidak boleh merasa jenuh dan bosan terhadap tanggung jawab.
Manusia yang tak bertanggung jawab sungguh tidak bernilai. Ia menjadi tak ubahnya hewan yang berpikir, tertawa, dan hidup bermasyarakat. Al-Quran mengatakan bahkan ia lebih hina dari binatang. Tanggung jawab merupakan sesuatu yang wajib dipelajari dan dipikul. Para nabi memusatkan upayanya untuk mengarahkan dan menasihati manusia tentang keharusan memikul tanggungjawab ini.
Ali Qaimi, Mendidik Jiwa Bertanggungajwab