Berita
DPW ABI Kalbar Gelar Haul, Tekankan Kembali Peran Ulama sebagai Pewaris Nabi
Sabtu, (27/11) Yayasan Amirul Mukminin dan Dewan Pengurus Wilayah Ahlul Bait Indonesia Kalimantan Barat menyelenggarakan Haul Nabi Muhammad saw di Gedung Pusat Kajian Yayasan Amirul Mukminin, Jl. Tanjung Raya I Komplek Keraton Kadriah No. 14 Pontianak Timur.
Acara tersebut diawali pembacaan salam kepada Nabi Muhammad saw dipimpin Ustaz Fathan Mun’im MA, kemudian disusul dengan pembacaan manakib atau riwayat singkat Nabi Muhammad saw.
Ustaz Syarif Muhammad Fadhlullah selaku penceramah dalam acara tersebut menyampaikan tentang posisi Rasulullah saw sebagai utusan Allah, sehingga kita tidak boleh ragu akan posisi tersebut, Allah telah memposisikan Muhammad saw di muka bumi ini (sebagai Nabi, Rasul, dan Imam) bukan pilihan manusia melainkan pilihan Allah.
“Rasulullah saw adalah utusan Allah yang pasti sangat istimewa, sebab Allah sendiri yang memilih beliau. Pilihan ini pasti benar dan mustahil keliru,” tekannya.
Menurutnya, Nabi wajib suci karena dia adalah utusan Allah. Maka Nabi mustahil berbuat salah. Jika saat ini ada sebagian pihak yang mengatakan Nabi berbuat salah dan justru Sahabat Nabi yang benar, padahal Rasulullah saw adalah pemilik akhlak yang agung, maka ini adalah sebentuk upaya penyesatan di tengah umat.
Rasul memang bukan malaikat, beliau manusia, namun bukan manusia biasa. Karena beliau adalah manusia yang lebih agung dari para malaikat.
Dikatakan pula bahwa Rasul sangat memikirkan nasib umatnya. Kesusahan umatnya menjadi perhatiannya. Sehingga sampai saat menjelang beliau wafat, yang disebut adalah “ummati, ummati, ummati”.
Dalam salah satu riwayat, ketika Allah bertanya, apa yang membuat Rasul ridha, adalah jika tidak ada satupun dari umatnya yang masuk neraka.
Rasul juga berharap agar umatnya menjadi pengasih dan penyayang. Bukan menjadi bengis, kejam, pembenci, dan kasar.
Dalam kesempatan itu, disampaikan juga tugas dan posisi Nabi Muhammad saw menurut Alquran, di antaranya: menjadi Rasul, memikirkan nasib umat, berperangai pengasih dan penyayang, sebagai saksi di dunia dan akhirat, menyampaikan berita-berita gembira, menyampaikan ancaman dan peringatan, sebagai pendakwah atau da’i, penyampai risalah atau apa saja yang datang dari Allah, mengantarkan dan membimbing manusia kepada jalan yang benar menuju Allah. Juga sebagai cahaya yang menerangi dalam artian memberikan kejelasan dan petunjuk, sebagai Rasul yang diutus untuk semua manusia dan bukan untuk golongan tertentu saja.
Terkait posisi ulama sebagai pewaris para Nabi, maka konsekuensi tugas dan tanggungjawab serupa Rasulullah juga harus ditunaikan. Jika tidak, maka seseorang tak layak disebut ulama yang sesungguhnya.
Lalu bagaimana Rasul memposisikan dirinya di hadapan Allah dan umatnya? Berikut ini beberapa pernyataan dari beliau saw:
1. Aku adalah didikan Allah (Guru beliau adalah Allah), dan Ali adalah didikanku. Aku dididik Tuhanku dengan sebaik-baik pendidikan.
2. Aku rahmat yg memberikan petunjuk.
3. Aku adalah orang diharapkan oleh Ibrahim ketika membangun Ka’bah.
4. Aku adalah penghulu semua manusia dan aku tidak sombong.
5. Aku adalah penghulu para Rasul dan pemimpin para Nabi dan aku tidak sombong.
6. Akulah orang yang pertama memberi syafaat.
7. Aku orang yang paling kenal kalian dan Allah.
8. Tidak ada ciptaan yang lebih baik dariku.
9. Ada beberapa hal yang tidak diberikan kepada nabi yang lain, tapi Allah berikan untukku, yaitu: diutus untuk bangsa manusia seluruhnya, diizinkan untuk sujud dimana saja, dihalalkan bagiku harta rampasan perang, satu kalimat yang singkat tapi padat punya bobot yang luar biasa, diberi Alquran, bangun sepanjang malam untuk beribadah sampai kaki bengkak.
Bagaimana pula Imam Ali mempromisikan dirinya di hadapan Rasulullah? Imam Ali di hadapan Rasulullah saw hanya sami’na wa atha’na (aku dengar dan taat), sebab Imam Ali merasa dirinya hanya sebagai “budak” Rasulullah.
Selain itu dijelaskan pula tentang konsep Wilayatul Faqih sebagai representasi tugas kepemimpinan ulama sebagai pewaris Nabi.
Di akhir ceramahnya, Ustaz Syarif menyimpulkan bahwa posisi Nabi saw sebagai Rasul atau Utusan Allah, posisi Imam Ali sebagai penerus kepemimpinan umat pasca Nabi, dan posisi Wali Faqih sebagai representasi kepemimpinan para Imam Ahlulbait.
Terakhir, acara haul Nabi Muhammad saw itu ditutup dengan pembacaan doa ziarah yang dipimpin Ustaz Husein Afif. (Hakim/Yudhi)